"Ego and Love cannot exist together"
'''
Pesta gemilang yang bertabur kemewahan terselenggara di malam itu. Ruangan besar hotel mewah itu dipenuhi dengan cahaya lampu dan dekorasi yang berkilauan. Musik yang merdu mengalun di udara, mengiringi langkah kaki para tamu yang berbusana rapi dan elegan. Di tengah ruangan, terdapat sebuah panggung besar yang dihiasi dengan bunga-bunga segar. Tepat di atasnya terdapat tulisan "20th Anniversary of JHS Entertainment". Pesta ulang tahun perusahaan ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi semua orang yang hadir.
Hari ini adalah perayaan hari jadi perusahaan Ayah Wonwoo. Para tamu undangan yang hadir tentu seluruh karyawan perusahaan dan seluruh jajaran artis yang berada di bawah naungan JHS Entertainment. Tak terkecuali Wonwoo yang mengundang semua anggota Seventeen. Sudah menjadi tradisi setiap tahun untuk mereka menghadiri acara ini. Yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya adalah pesta kali ini dua kali lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Terlihat dari dekorasi, hidangan, dan banyaknya tamu undangan. Bahkan Ayah Wonwoo juga mengundang para orang tua Seventeen.
Yang berbeda juga pada acara tahun ini adalah kalau biasanya Seventeen akan berkumpul di satu meja yang sama, kini salah satu dari mereka duduk terpisah. Siapa lagi kalau bukan biang perang dingin, Dokyeom. Lelaki hidung mancung itu sebenarnya tidak ingin datang. Hanya saja, sang Ibu yang merupakan artis dari agensi JHS memaksanya untuk datang. Dan berakhirlah ia duduk di sebelah Ibunya dengan menahan rasa dongkol yang ketara dari wajah muramnya. Sedang Seventeen duduk di meja sisi kiri panggung berseberangan dengan meja Dokyeom. Mereka pun sadar akan kehadiran Dokyeom memilih untuk tak bereaksi.
Di tengah keramaian suara ketukan dari mikrofon menandakan acara akan dimulai. Di atas panggung berdirilah sosok pria nampak gagah dengan balutan classic black tuxedo. Meski usianya sudah mencapai kepala empat, wajah persolen itu tak menunjukkan tanda-tanda penuaan sama sekali. Ketampanannya pun masih tampak.
"Selamat malam hadirin yang terhormat. Pada malam hari yang berbahagia ini, izinkan saya, Jeon Hyoseop, mewakili seluruh jajaran direksi dan karyawan JHS Entertaiment, mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati acara perayaan ulang tahun perusahaan yang ke-20 tahun. Atas nama perusahaan, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan dan artis yang telah bekerja keras dan berkontribusi dalam kemajuan perusahaan selama ini."
Suara tepukan meriah menyambut pembukaan dari sang CEO perusahaan. Wonwoo yang terduduk bersama teman-temannya tersenyum simpul memandang Ayahnya.
"Terlebih dari itu, malam hari ini saya akan mengumumkan satu hal yang tak kalah penting,"
Jeon Hyoseop menggantung kalimatnya menimbulkan sedikit kebisingan di antara para tamu.
"Saya akan menikah dan pada detik ini juga saya akan mengundang calon istri saya ke atas panggung," lanjut Hyoseop secara sukses membuat gaduh ruangan yang semula hening. Berbeda dengan Wonwoo. Senyumnya nmenghilang teganti dengan roman wajahnya yang menegang. Atmosfer di ruangan itu kini berubah, keringat dingin mengucur dari dahinya.
"Mari beri tepuk tangan pada calon istri saya—Lee Sunkyung!"
Deg.
Bersamaan dengan disebutnya nama itu dunia Dokyeom seakan berputar. Waktu terasa melambat melihat ibunya yang ada di sebelahnya berdiri dan naik ke atas panggung dengan anggun. Alam bawah sadarnya membawanya berdiri dari duduknya. Otaknya berusaha untuk memproses apa yang baru saja terjadi. Namun, tak sekalipun ia dapat mencerna peristiwa tersebut. Semua begitu mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
°F*ck My Life - svt
Teen FictionSetiap kisah mereka mencerminkan pancarona yang indah sekalipun terselimuti awan kelabu. Ketika segalanya menjadi sulit, mereka saling memasok sedikit kebahagiaan. Suara hati mereka terhubung satu sama lain, bertaut dan berbicara dalam kepiluan. -s...