15: Never Ending Storm

129 22 0
                                    

"Oh, even if we're facing each other, I still miss you"- To You


'''


"Apakah kita benar-benar membuang Jeonghan?" 

Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Dino begitu mereka duduk di sofa ruang keluarga rumah mereka. Tidak ada yang merasa tidak canggung dengan keadaan ini. Perginya Seungkwan untuk sementara ke Amerika saja sudah meninggalkan rasa janggal, apalagi ditambah Jeonghan. 

"Dino, kita sudah bahas ini kemarin—"

Belum selesai Seungcheol membalas, ucapannya terpotong oleh suara denting piano yang ditekan penuh emosi. Dilihatnya Woozi duduk manis di depan grand pianonya.

"Kenapa kau jadi seperti ini sih? Cheol, kau itu ketua. Seungcheol yang dulu pasti akan cari segala solusi untuk setiap permasalahan kita. Kalau begini caranya, artinya kau lari dari masalah!" pungkas Woozi tiba-tiba emosi.

"Apakah kau masih tak mengerti akar dari masalah ini apa? That fucking dude asked us to forget him when he himself wants to separate from us! Apa salahku? Aku hanya menuruti kemauan that asshole!" tukas Seungcheol tak terima sambil berdecak pinggang.

"Seungcheol tak salah. Jelas-jelas Jeonghan yang memulainya," cibir Hoshi yang masih setia membela Seungcheol sejak kemarin.

"Sepuluh tahun!"

Mereka seketika menoleh ke sumber suara yang berada di ujung ruang tamu yang berdiri di depan kanvas. 

"Butuh waktu sepuluh tahun kita untuk kenal satu sama lain. Sudah sepuluh tahun bahkan lebih kita kenal Jeonghan. Itu bukan waktu yang singkat untuk kita habisin waktu bersama-sama, melewatkan banyak hal bareng, menelan pil pahit, bahkan melakukan banyak hal konyol bersama. Apakah berakhir seperti ini?"

Minghao yang sejak kemarin hanya diam, tiba-tiba bersuara lantang. Seakan emosinya sejak kemarin ia tahan-tahan. Hingga akhirnya tumpah detik ini.

"Lalu kau menyalahkanku?"

Belum sempat Seungcheol mendekat ke arah Minghao, Vernon sudah lebih dulu menahan bahunya, "Cheol, tenanglah. Dan kalian jangan memancing masalah baru. None of us can blame each other, karena kita gak ada yang tahu masalah sebenarnya apa. Jadi, Joshua bisakah kau ceritakan apa yang terjadi sampai Jeonghan berkata seperti itu kemarin?"

Yang ditanya mengerjapkan matanya beberapa kali, terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba yang diajukan kepadanya. Bahkan seisi ruangan kini tertuju padanya, "A-aku hanya menyapa ayahnya, kita mengobrol sedikit tentang perkuliahan."

'Benar kan?'

"Lalu kenapa Jeonghan sampai marah begitu padamu, apa yang kau katakan padanya?" tanya Vernon penuh selidik.

Joshua meneguk salivanya kasar, tenggorokannya selalu terasa kering setiap ditanya mengenai kejadian saat itu, "Entahlah, aku tak mengatakan apa-apa, hanya dia marah begitu saja."

'Maafkan aku, Han'

Seungcheol tertawa sinis, "See? Himself and his anger issues."

"Meskipun begitu kau juga salah Cheol, buat apa kau memukulnya," ungkap Mingyu tetap kekeuh tak membenarkan tindakan Seungcheol.

"Cih, tapi Jeonghan juga berlebihan. Saat Seungcheol menamparku saat itu aku pun tahu itu kesalahanku dan aku pantas mendapatkannya."

Ucapan Dokyeom barusan mampu membuat Wonwoo yang duduk di sebelahnya menjitak keningnya, "Yang kau lakukan memang parah, dasar bodoh."

°F*ck My Life - svtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang