3: Trauma

272 21 0
                                    

"I was a child, I didn't need to be stronger, I needed to be safe"


'''


Kringgg

Setelah bunyi bel berdering, para murid segera berlari berhamburan keluar kelas dan menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah lapar menahan empat jam pelajaran sebelum istirahat tadi. Tak terkecuali dengan Seungcheol dkk yang ikut serta meramaikan isi kantin.

Setelah antrian begitu panjang, akhirnya mereka mendapatkan nampan yang terisi penuh oleh makanan. Segera mereka menduduki meja kosong yang tersedia.

"Ah, aku lupa mengambil minuman," keluh Minghao. Minghao memang selalu memilih mengambil minuman yang tersedia di kantin, berbeda dengan yang lain lebih suka membawa tumblr minum.

"Akan aku ambilkan, kau mau apa?" tawar Dokyeom karena kebetulan ia juga belum mengambil minuman.

"Apa saja yang ada di sana," jawabnya.

"Aku lihat tadi ada yang membawa fanta, kau mau?" Minghao mengangguk tanda setuju.

Setelah beberapa saat Dokyeom kembali dengan dua minuman berwarna merah di tangan-nya. Ia meletakkan satu di depan Minghao dan satu untuk dirinya.

Mereka makan dengan tenang tanpa perbincangan apa pun, sibuk memberi makan cacing-cacing dalam perut mereka yang kelaparan. Hingga Minghao selesai duluan menyantap makanannya dan segera minum untuk melepaskan rasa serat di tenggorokannya...

"HUEK"

"MINGHAO!" Sontak semua yang ada di sana sungguh panik dan khawatir. Mereka menghentikan aktivitas santap mereka.

Tiba-tiba Minghao terjatuh dari duduknya. Secara paksa Minghao memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam lambungnya. Cairan tersebut keluar bahkan bercampur dengan darah akibat Minghao terbatuk-batuk terlalu keras. Matanya memerah dan berair. Peluh membasahi sekujur tubuhnya.

"ADA APA DENGANMU HAO?!" jerit Jeonghan panik. Ia mengguncang-guncangkan bahu Minghao. Namun sang empu masih terus memuntahkan semua makanannya. Kondisi kantin menjadi ricuh. Begitu pula dengan Minghao. Baju seragamnya yang semula putih bersih, kini bersembur dengan warna merah dan basah. Rupanya sudah benar-benar kacau. Meja Seventeen kini menjadi pusat perhatian di tengah keramaian kantin.

Dokyeom lantas mengalihkan perhatiannya pada minuman merah yang tadi ia bawa. Ia mencoba meneguknya sedikit dan mengecap rasa yang ada. Kedua matanya terbelalak, "I-ini bukan fanta-"

"Apa?" tanya Hoshi gusar.

"Ini sirup...," lirihnya dengan gemetar.

Kepala Minghao semakin berdenyut. Ia memegangi dadanya yang sesak. Panggilan dari teman-temannya berdenging di gendang telingnya. Pandangannya mulai kabur. Hal terakhir yang ia lihat adalah wajah cemas Jeonghan.

"GAWAT! CEPAT TELEPON AMBULANS!" pinta Hoshi.


'''


Plak

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi tirus Dokyeom, yang diberikan oleh Seungcheol. Dokyeom tak mengelak, pasrah pipinya menjadi sasaran empuk kekesalan Seungcheol. Bahkan ia mampu merasakan aura marah dari sentuhan keras itu. Karena ia sadar rasa sakitnya itu tidak sebanding dengan apa yang Minghao rasakan sekarang.

Minghao sudah mendapatkan penanganan dari dokter di IGD rumah sakit keluarga Jun. Dan sekarang ia sudah dipindahkan ke kamar inap. Yang bisa mereka lakukan saat ini hanyalah menunggu kedua kelopak mata itu terbuka, entah kapan.

°F*ck My Life - svtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang