"Pembunuh"

1 1 0
                                    

...

"Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu, Hani," kataku.

"Apa itu?" tanyanya.

"Tapi kau harus janji untuk tak menyebarkannya pada yang lain, termasuk orang tuaku,"

"Baiklah, aku akan menuruti kemauanmu," ujarnya.

"Terima kasih," kataku.

Aku menghela napas panjang. Apa ini keputusan yang tepat untuk memberitahunya? Pikirku dalam hati.

Aku menelan ludah. Rasanya tenggorokanku kering sekali. Apa tak ada air disini?

"A-aku...... Aku seorang pembunuh," kataku

"Apa maksudmu?" tanyanya.

"Aku seorang pembunuh, Hani" kataku lagi.

"Tidak! Lucy yang ku kenal bukan pembunuh!" teriaknya.

Sepertinya dia masih belum mau percaya kalau aku ini seorang pembunuh. Dasar keras kepala! Naif sekali kau!

"Harus berapa kali lagi kukatakan padamu, Hani? Aku ini seorang pembunuh!" Teriakku.

Dengan perlahan aku menghampirinya. Aku melangkah pelan sambil meregangkan otot tanganku. Melihat aku mendekat kearahnya, Hani mundur. Ia terlihat sangat ketakutan.

"Lu-Lucy? A-apa yang a-akan kau lakukan?" Katanya.

Suaranya kedengaran bergetar. Apa dia benar-benar takut?

"Diam dan jangan bergerak lagi Hani!" seruku dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya.

"MENJAUH DARIKU LUCY!" teriaknya.

Hani tak bisa kemana-mana lagi. Tembok besar berdiri di belakangnya, sedangkan di sebelah kanannya ada pagar pembatas dan sebelah kirinya ada tumpukan kotak kayu. Pasrah dengan keadaan, dia pun menutup matanya.

Aku mengangkat tanganku tinggi-tinggi lalu.....

PLAKK!!!

"AAAAAAA!!!!!" teriak Hani memekakkan telingaku.

Aku tersenyum puas. Hani pun membuka matanya tanpa sadar, karena tak merasakan apa-apa. Kecuali rasa sakit di pipinya.

"A-apa yang k-kau lakukan? Lu-Lucy?" Tanyanya sambil memegang pipinya.

Matanya mulai berkaca-kaca. Sepertinya aku mengeluarkan terlalu banyak tenaga untuk memukulnya.

"Sudah kubilang kan, aku ini pembunuh, Hani" kataku sambil tersenyum.

Aku menunjukkan telapak tanganku. Matanya membulat, tak percaya.

"Pembunuh nyamuk" kataku.

KRIK KRIK KRIK.....

"Pffft..... Hahahahahahahahaha" suara tawa kami terdengar sampai ke rumah sebelah.

....




Epilog:

Hani tiba-tiba membuka pintu kamarku dengan kasar. Aku yang sedang rebahan sambil baca komik di hp pun terkejut hingga hpku jatuh menimpa mukaku dengan keras.

"Apa sih Hani?! Biasa aja buka pintunya! Sudah malam!" Teriakku sambil mengusap bagian wajahku yang baru saja tertimpa hp.

"Lucy! Lihat nih! Nih!" Ucap Hani sambil menunjukkan pipi kirinya.

"Bengkak gara-gara kamu tadi sore bodoh! Besok sekolahku bagaimana?" Ucapnya.

"Ya sekolah tinggal sekolah, apa susahnya?" Jawabku.

....


Keesokan harinya, kami masuk sekolah dengan pipi yang sama-sama bengkak akibat tamparan yang tak sengaja (atau mungkin sengaja?) kemarin. Rasanya sangat memalukan.

-Tamat-



****
Catatan dari Rayn:

Cerita pendek yang satu ini super pendek ya wkwkwk. Aku nemu draftnya diantara draft wp yang udah kutulis dari tahun 2015. Draft cerita ini terakhir kuedit sekitar tahun 2018 jadi sudah 4 tahun(?) mengendap sehingga kuputuskan untuk publish di sini.

Oh iya, menurut kalian wahai pembacaku yang budiman, lebih baik cerpen super pendek macam ini atau cerpen yang cukup panjang sekitar 1000 sampai 3000 kata? Dengan catatan 3000 kata kubagi 2 atau 3 chapter yaa. Terima kasih untuk yang bersedia menjawab 😁👍🏻

Okee sekian dulu, see you later,
bye bye 👋🏻

-Rayn, March 4, 2022

NovellejaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang