7

412 55 8
                                    

Sekalipun tidak banyak yang tahu, ketimbang putih tulang yang tampak pucat dan menyesakkan, Hinata lebih suka warna hijau.

Hijau adalah warna kebebasan—warna yang sama dengan daun pada pohon yang rindang, rumput pada padang sejauh mata memandang, dan lautan dimana ia pernah bersenang-senang. Kontras dengan putih yang kerap mengingatkannya pada pengekangan—empat dinding Hyuuga yang disebut rumah, gaun dan sehimpun perhiasan yang indah, serta secarik kertas renyuk di kaki merpati yang membawa kabar pertumpahan darah.

Bagusnya, dengan taman-taman paling indah di seantero negeri dan dinding-dinding berlapis tapestri, wastu Uchiha punya lebih banyak warna hijau dan lebih sedikit warna putih. Hal yang sekalipun belum mampu menyembuhkan trauma, tetapi paling tidak membuatnya tak lagi merana.

Ada satu taman yang paling Hinata suka, terletak di bagian tenggara dan menjadi suakanya kala gundah gulana. Taman itu bisa jadi bukan yang paling indah, bukan pula yang paling megah. Namun karena lokasinya yang tak terjamah, Hinata selalu menganggapnya sebagai jelmaan berkah.

Biasanya ia pergi kesana ketika senja, saat mentari tergantung rendah dan lembayung berada pada waktu paling indah. Satu-satunya celah dari serangkaian rutinitas seorang matriark yang tak punya jeda. Sebuah momen dimana ia bisa berkeluh kesah kendati bibir terbungkam dan tak bisa menyuara sumpah serapah.

Pada waktu dimana ia terjaga seorang diri sembari meresapi semilir udara sore hari, girah seakan bangkit dari sebidang tanah. Lenyap sudah seluruh lelah dan resahnya. Tidak ada distraksi yang mumpuni sebab realitanya lantas terdistorsi. Dan barang sejenak, ia kemudian berdiri pada pusat dunia yang dicipta seorang diri—berpretensi; ia telah menang dan bebas dan tidak pernah kalah.

Hinata pikir taman itu akan selalu tidak berpenghuni, secara eksklusif hanya didatangi oleh ia sendiri. Namun pada satu waktu ketika ia berusaha lari dari hiruk-pikuk kewajiban yang laun terasa seperti beban, ada entitas lain yang telah mendahuluinya. Seorang pria yang tengah larut dalam bentalanya sendiri, tidak terusik di antara demonstrasi gerakan yang jelas dibangun melalui serangkaian latihan dan disiplin berkepanjangan. Satu yang dari kejauhan bisa Hinata kenali bahkan tanpa harus menaruh asumsi—suaminya sendiri.

Hinata tentu tahu bahwa suaminya adalah seorang ahli pedang dan rutin berlatih dari waktu ke waktu. Namun ini adalah kali pertama ia melihat keahlian pria itu secara langsung. Kombinasi antara ketangkasan dan kekuatan yang mematikan, tetapi juga tampak elegan sekalipun tidak dimaksudkan. Sebuah atraksi yang menakjubkan.

Dan lantaran terbius oleh aksi sang suami, ia tak sadar bahwa kakinya bahkan tak mengambil jeda dan kerap mendekat—jauh terlalu dekat. Sebab ketika Sasuke kemudian berbalik dan memenjara tatapannya dengan waspada, tahu-tahu jarak di antara mereka hanya terpaut beberapa kaki saja.

Hinata bisa melihat bagaimana bahu Sasuke bergerak naik-turun dalam ritme yang lebih cepat, entah terengah karena latihan atau justru terperangah karena kehadiran sosok yang tidak ia nantikan. Bulir peluh meluncur dari pelipis sang suami ketika ia kemudian mengangkat sebelah alis guna bertanya tanpa suara. Mengalir ke sisi pipi, menuju leher, dan kemudian mengilang di balik kerah pakaiannya yang juga sudah basah oleh keringat. Pun cara jemari pria itu kerap mengendur dan mengerat pada gagang pedangnya seolah tengah menimang-nimang sesuatu. Kial kecil yang tidak signifikan tetapi juga tidak lantas luput dari pengamatan.

Dalam keheningan yang laun terasa canggung, waktu berlalu seakan tengah tergagu. Sasuke masih memandangnya dengan tanda tanya sekalipun enggan bersuara, sementara Hinata sendiri tengah kehilangan kata-kata.

Tadinya ia kira dengan menyaksikan kehadiran Sasuke yang tak biasa di suakanya sudah cukup mengejutkan, namun ternyata seuntai tassel* familiar yang menggantung pada pangkal pedang pria itu jauh lebih mengejutkan. Membawanya pada sekelebat memori masa lampau yang terasa satu kehidupan jauhnya—kepada sosok yang belakangan ini bahkan sulit ia kenali sekalipun hadir dalam mimpi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Survivor (SH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang