Syam yang Misterius

497 115 19
                                    

Hari ini, Syam dan Viona memasuki rumah baru mereka. Rumah mewah yang disiapkan lelaki itu sejak lama untuk siapa pun wanita yang menjadi istrinya. Rumah dua lantai dengan luas yang sangat memanjakan mata dan indah.

Kamar mereka ada di lantai dua, bersama kamar lainnya. Di bawah, ada kamar untuk para pekerja dan lantai tiga dibuat untuk tempat santai dengan roof top dan design yang menawan.

Laksanan ratu, Viona memasuki rumah itu. Namun, tentu saja tak meninggalkan cinta untuk suaminya. Tetapa saja, berpikir bahwa andai menikah dengan Sakha pun dia akan memiliki semua ini.

Dia pun tampil sebagai ratu dan istri Syam yang disegani. Namun, tetap tak meninggalkan cintanya untuk Sakha. Menjaganya dan merencanakan untuk tinggal bersama di rumah ini.

Hari ke tiga pernikahan, Viona dan Syam seperti seorang teman. Mengobrol banyak hal. Bermain golf di halaman, karena memiliki lapangan mini. Kemudian memanah bersama dan juga jogging. Namun, semua itu tak membuat Viona bisa kagum pada suaminya.

"Kalau boleh tahu, kenpa tanganmu gak bisa digerakkan?" tanya Viona menatap Syam yang akan memukul bola golf dengan satu tangan saja.

"Dokter bilang ada kelainan saraf, dan ini terjadi sejak kecil. Sudah diobati seperti apa pun, masih begini," jawab Syam serius.

"Oh," desis Viona mengangguk.

"Aku tahu, kamu pasti minder memiliki suami seperti ini. Aku pun sempat ragu menerima perjodohan kita, tapi papa meyakinkanku bahwa kamu perempuan yang baik dan layak untukku."

Viona terdiam mendengar pernyataan Syam yang membuatnya begitu merasa istimewa.

"Aku tahu, pasti sulit menerimaku. Karena itu aku berusaha paham, kita akan jadi teman dan pacara dalam waktu yang entah sampai kapan. Sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku layak sebagai suamimu," ujar Syam dengan senyuman dan mata yang tak pernah berani menatap istrinya, "bahkan aku sungkan menatap wajah kamu. Terlalu cantik. Jiwa lelakiku bisa tak tahan. Sedangkan aku harus menunggu sampai kamu menginginkan."

Viona tersenyum dan menarik napas dalam. Namun, semua itu tak lantas membuatnya luluh. Dia masih tetap teguh pada perasaannya dengan Sakha. Dia masih sangat mencintai lelaki itu.

"Kamu tahu?" tanya Syam menoleh pada Viona. "Aku berharap ... ini adalah pernikahan pertama dan terakhir. Aku harap ... kamu jadi teman hidup dan matiku."

Viona tersenyum dan mengangguk lemah, meskipun masih sangat berat baginya menerima semua itu.

***

"Kejutan!" pekik Sakha ketika Syam hendak berangkat ke kantor.

"Sakha?" Syam langsung memeluk adiknya tersebut. Dia meminta sang adik masuk, dan membatalkan keberangkatannya sementara waktu. Memilih menerima kehadiran adiknya yang sudah seminggu tak dia temui, karena sejak menikah mereka berbeda rumah.

Obrolan pun mulai membahas segala hal, termasuk bisnis Sakha yang lagi-lagi gagal. Padahal sang ayah sudah menggelontorkan dana yang tak sedikit.

"Aku berpikir mau belajar bisnis darimu, Kak. Jadi ... boleh aku tinggal denganmu beberapa bulan saja?" tanya Sakha memasang wajah penuh harap.

Syam tersenyum dan menepuk pundak adiknya.

"Kamu harus izin kakak iparmu. Rumah ini sudah menjadi miliknya," ujar Syam dengan manis.

"Wow, manis sekali. Kalian pasti sangat bahagia," bisik Sakha, padahal penasaran apakah kakaknya sudah ada rasa pada istrinya. Atau jangan-jangan Viona pun sudah luluh padanya.

"Aku sangat mencintainya. Seminggu menjadi suaminya adalah hal luar biasa. Aku bahkan sangat takut kehilangan dia." Syam merona dan menunduk.

Sakha tertawa dengan wajah cemas. Dia takut, jika Viona sudah melakukan segala hal dengan kakaknya. Meskipun sesungguhnya itu wajar dan sah-sah saja. Namun, perjanjian mereka adalah Viona akan menjaga kesuciannya.

Getar AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang