"Ayah, aku mencintai Sakha dan bukan Syam," ujar Viona setelah keluarga Hangga pulang dari rumah mereka.
"Vio, kami pun mengira kalau anaknya hanya Sakha. Ayah gak mungkin meralat dan mengatakan kalau kita maunya kamu nikah sama adiknya. Ini serba salah, Nak." Dasman menatap putrinya yang menggeleng pilu.
"Ayah, aku mencintai Sakha. Aku pacaran sama Sakha. Aku gak mungkin menikah dengan lelaki asing yang bahkan ... cacat!" Viona menatap sang ayah berharap dikasihani. Dipahami, bahwa dia tidak mencintai lelaki itu.
"Ayah paham. Tapi kamu bisa bayangkan? Andai kita katakan kamu sukanya Sakha, lalu mereka tersinggung ... jangankan kamu dinikahkan dengan Sakha, mereka tak akan sudi berhubungan lagi dengan kita." Dasman menatap serius. "Usaha kita sedang sepi. Butuh modal besar, dengan kamu menikahi Syam ... dia akan membantu ayah dari segi keuangan dan bisnis."
"Aku tidak mencintai Syam, Ayah! Aku gak mau menikah dengan lelaki cacat itu!" teriak Viona dengan isakan.
"Vio, cacat kan hanya sebelah tangannya. Lainnya katanya normal." Sang ibu turut bersuara.
"Aku gak sudi menikah dengan dia. Titik!" Viona menatap ibunya yang berusaha meyakinkan keadaan.
Viona lari ke dalam kamarnya, dia berusaha menghubungi Sakha yang juga tengah gelisah karena keputusan orang tuanya.
Sebagai anak kedua, Sakha sama disayang oleh keluarganya. Mendapatkan pendidikan terbaik, hanya saja dia tak secerdas Syam yang memiliki kekurangan. Sakha yang ceria lebih bersikap sebagai casanova para wanita. Tebar pesona dan menikmati pujaan para perempuan padanya.
Berbeda dengan Syam, kekuarangan menjadikan dia minder. Fokus dirinya hanya pada prestasi, pendidikan dan karir. Hingga mampu memiliki nilai akademik terbaik, serta kemampuan mengelola bisnis yang sangat cemerlang.
Syam tak pernah dekat dengan wanita mana pun. Dia minder dengan kekurangannya. Meskipun wajahnya tentu sebanding dengan Sakha yang juga tampan.
Sakha berulang kali memiliki pacar, meskipun cintanya paling dalam pada Viona yang sangat sulit dia dapatkan bahkan untuk sebuah ciuman saja. Meskipun sering berpegangan tangan, tapi Viona sangat hati-hati dalam menyerahkan tubuhnya.
Viona mengharap hubungan bersih dalam pacarannya. Cium pipi boleh, pegangan tangan oke, tapi tidak dengan cium bibir atau bahkan tidur bersama dan melepaskan keperawanan. Dia masih menjaga itu.
Namun, hari ini dia sangat frustasi dengan perjodohan antara dirinya dan Syam. Tak ada cinta di hatinya, yang ada adalah benci. Tak ada kagum pada lelaki itu, tak peduli dia baik hati. Syam telah mengambil hak hidupnya, mengambil haknya untuk merasakan cinta dan telah memisahkan dari kekasih hatinya.
Viona sangat benci lelaki yang selalu dipuji oleh orang tuanya tersebut.
Tak ada yang istimewa baginya dari lelaki itu selain menjijikan dan memprihatinkan karena tangannya tak bisa digerakkan.
***
"Sakha!" panggil Viona setelah akhirnya dapat menemui kekasihnya itu.
"Sorry, Vio, aku benar-benar bingung karena aku tak pernah bisa menolak aturan orang tuaku. Kalau mereka memberikan kamu pada Kak Syam, aku bisa apa?" Sakha menatap kekasihnya.
"Sakha! Aku ini cintanya sama kamu. Aku tak mungkin bahagia dengan menikahi kakakmu. Kita tinggal jelaskan pada mereka dan katakan bahwa kita saling mencintai," ujar Viona penuh harap.
"Dulu, aku menyukai sebuah barang. Saat itu, papa mengatakan bahwa barang itu jauh lebih pantas untuk Kak Syam. Aku pun mengatakan padanya, bahwa aku menginginkan barang itu karena lebih dulu melihatnya. Akhirnya ... Kak Syam memberikannya padaku, tapi kamu apa yang papa lakukan pada barang itu?" tanya Sakha menatap dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Getar Asmara
RomansaPacaran dengan adiknya, dinikahkan dengan kakaknya. Viona pun memilih tetap menjalin kasih meskipun telah menjadi istri dari Syam Syailendra.