Kelabu yang Membiru

3 2 0
                                    

"Menciptakan sepuluh kenangan indah itu mudah, tetapi menyingkirkan satu trauma, mungkin butuh waktu selamanya."

___@@@___


Luka di tubuh Varsha perlahan membaik. Tubuhnya tak kekurangan apa pun selama berada di bawah pengawasan dokter senior. Sayang, benturan kebat pada jiwa membuatnya tak kunjung membuka mata. Hanya terlentang dengan napas pelan, sepelan bulu yang terhempas angin lalu jatuh ke tanah.

Ini hari ketiga dan belum ada tanda kapan bangunnya Varsha. Tak ada yang ia lakukan, selain menjentikkan jari dan alis. Karena terlalu cemas, orang tuanya pun memindahkan perawatan ke rumah. Kekayaan mereka lebih dari cukup, sekalipun digunakan untuk membangun rumah sakit sendiri. Jadi, bukan masalah besar menyewa beberapa set alat medis.

Maka dari itu, Anita yang semula sibuk mengurusi toko perhiasan miliknya pun beralih menjadi ibu rumah tangga yang diam di rumah setiap saat, mendoakan kesembuhan sang putri. Ia ingin menjadi orang pertama yang tersenyum kala anak tercinta bangun dari istirahat panjangnya.

Sementara itu, pihak polisi terus melacak keberadaan Adam. Pria itu diduga kabur, tak datang ke persidangan dan dengan adanya hasil visum yang menunjukkan DNA-nya pada bekas kekerasan di tubuh Varsha, ia resmi dinyatakan sebagai buronan. Kini nasib keluarganya berapa di ujung tanduk, Malik--ayah Varsha--teramat murka, ia bersumpah pada diri sendiri untuk menemukan dan memberi pelajaran pada penjahat yang berani melukai putri semata wayangnya.

***

Di hari berikutnya, pada suatu senja yang dipenuhi semburat jingga, Varsha kembali membuka mata. Perlahan tapi pasti, ia beberapa kali berkedip sebelum akhirnya bisa menyesuaikan cahaya di ruangan tersebut. Tak ada orang. Selain keheningan, tak ada yang dapat didengar.

Wanita berkulit putih itu menatap sekitar, ia tak begitu familiar dengan pemandangan yang seolah baru dilihat kali itu. Varsha lantas melepas alat bantu pernapasan yang membantunya bertahan sampai saat ini, rasa sakit luar biasa dirasakan begitu kakinya yang telanjang menyentuh dinginnya lantai marmer.

Ya, bekas operasi tentunya perlu lebih banyak waktu untuk bisa menutup sempurna. Namun, Varsha menjadi keras kepala dengan tak menghiraukan sakit. Ia tetap berjalan sambil memegangi pinggang. Sekarang seluruh tubuhnya nyeri, kakinya yang lemah, tak kuasa menjadi tumpuan. Varsha pun terjatuh di langkah ke tujuh.

"Astaga, Nona!" teriak perawat yang bertugas memantau putri Malik hari itu. "Kenapa Anda langsung bangun?"

Teramat hati-hati ia memapah sang pasien dan membantunya berbaring kembali. "Apa Anda butuh sesuatu?"

"Tidak, siapa kau?" tanya Varsha sembari memijat kening.

"Saya suster yang diperkerjakan secara khusus untuk merawat Anda. Tolong jangan ke mana-mana, saya akan segera kembali."

Tak lama berselang, wanita tersebut kembali bersama Anita dan seorang dokter. Dokter tersebut mengeluarkan stetoskop, mengecek detak jantung Varsha. Ia juga dengan teliti memeriksa bagian lain, sebelum bertutur, "Anda lebih cepat pulih dari perkiraan. Bisa tolong katakan perasaan Anda? Mungkin ada bagian yang terasa sakit?"

"Tidak, aku bahkan tidak tahu kalian sedang apa."

Jawaban disertai raut datar itu membuat semua orang tersentak. Anita memandang sang dokter, sorot matanya menanyakan apa yang terjadi. Meski demikian, sang dokter tetap tersenyum dan kembali bertanya, "Nona Varsha, terakhir kali keluar rumah, Anda pergi ke mana?"

"Entahlah," singkatnya.

"Apa benar tak ada yang sakit, bagaimana lengan kanan Anda? Apa tidak terasa nyeri?"

"Ya, karena Dokter mengatakannya, ini terasa sedikit sakit. Apa aku tertabrak di jalan? Kalau begitu, bagaimana kondisi sopirku?"

Dokter mengusap lembut rambut mitra bicara. "Dia baik-baik saja. Anda juga akan segera bisa keluar rumah, tapi untuk saat ini, tolong jangan tinggalkan kamar. Kami akan melepas alat bantu, jadi sebagai gantinya Anda harus minum obat dengan teratur. Paham?"

Varsha mengangguk, semata agar bundanya tak makin terlihat gusar.

"Baiklah, kalau begitu suster akan membantu Anda membersihkan diri." Sang dokter pun mengajak Anita keluar. Ia menjelaskan kemungkinan jika saat ini Varsha mengalami amnesia ringan akibat trauma. "Saya belum bisa memastikannya. Bawa Nona ke rumah sakit untuk menjalani beberapa tes, Anda tak perlu cemas, kasus seperti ini normal terjadi, sepertinya Nona terguncang, jadi sebisa mungkin Nyonya bersikap tenang dan jangan mengingatkan pada kejadian buruk apa pun."

"Tapi bagaimana jika dia ingat?" Anita menghela napas.

"Dalam kasus seperti ini, mungkin ingatannya aka pulih setelah tiga atau tujuh hari. Namun, saya tidak yakin, ada pasien yang tidak ingat lagi selamanya. Tetap saja, kita perlu melihat hasil pemeriksaan, asalkan otaknya tak mengalami cidera, ini bisa menjadi hal yang baik, setidaknya Nona bisa cepat pulih tanpa ingat kejadian tersebut."

Istri Malik tersenyum tipis. Melirik pintu, lalu berkata, "Iya, jangan sampai ada kekurangan apa pun saat pemeriksaan nanti. Pastikan persiapannya, aku yang akan bicara pada ayah Varsha, kalian tak perlu ikut campur."

"Tentu, Nyonya."

Melodi Varsha: Hujan Terpikat SenyummuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang