7

52 10 0
                                    

"Lo yakin gak suka sama Erlin, Chan?" Tanya Chenle menjemput Haechan pagi-pagi dari apartemen miliknya untuk ke sekolah.

Semalam Haechan menginap disalah satu kamar Chenle yang ada di apartemen ini.

Cowok yang ditanya itu sibuk memainkan ponsel. "Kenapa emang?"

"Lo ampe nyuruh gue cari nomor kamarnya." Chenle memfokuskan diri pada jalanan karena ia sedang menyetir.

"Kalo dipikir-pikir, lo gak pernah kayak gini." Timpal Chenle.

Cowok yang dianggap sultan SMA Dream itu penasaran dengan sikap dan tingkah Haechan.

Haechan yang dia kenal tidak akan mau repot-repot menjenguk seorang cewek. Apalagi sampai berusaha mencari nomor kamar apartemen cewek tersebut.

Untungnya apartemen yang ditinggali Erlin merupakan apartemen milik papa Chenle. Jadinya lebih gampang untuk menelusuri kamar Erlin. Walaupun hal yang dilakukannya adalah tindakan ilegal, tapi karena permintaan Haechan, cowo itu menurut saja. Mungkin kalau ketahuan, Chenle bisa dipenjara karena telah menyebarkan informasi pribadi seseorang.

"Lo suka kan sama Erlin?"

Haechan menyeringai geli. "Gue gak mungkin suka sama dia."

Chenle tidak percaya. "Terus lo ngapain ke apartemen dia malem-malem?"

"Numpang makan." Jawab Haechan gamblang dengan muka tanpa dosa.

***

"Lin, gue ngerasa bersalah sama Haechan." Ujar Lami dengan kondisi masih baring diranjang rumah sakit.

Erlin yang baru selesai pulang sekolah, saat ini tengah membantu Lami mengerjakan pr serta cacatan lainnya agar cewek itu tidak ketinggalan pelajaran.

"Gue....." Lami terlihat merenung, "Belum sempet ngucapin makasih ke dia."

Erlin tenang mendengarkan curhatan Lami. Netra coklat itu sibuk menata kalimat-kalimat yang ada dibuku, sesekali mulutnya berkomat pelan seolah membaca.

"Gue tau dia emang ngeselin. Tapi setelah diinget-inget, dia juga sering bantuin gue."

Gerakan pulpen ditangan Erlin berhenti.

"Gue dulu sering dibuli sama anak-anak cewek Dream karna jadian sama Jeno. Haechan yang selalu ngebela gue." Lami mengingat kembali akan pertolongan Haechan dulu disaat dia mendapat intimidasi kasar dari para siswi SMA Dream. Haechan juga tak segan memarahi mereka.

Satu hal yang paling Lami ingat yaitu perkataan Haechan waktu itu.

"Kalo dia sama Jeno gak pacaran dari awal, emangnya Jeno bakal suka sama salah satu dari kalian? Sepercaya diri apa kalo kalian lebih cantik dan lebih baik dari dia?"

Lami tertawa karena malu akan dirinya. "Gue emang gak tau diri."

Cewek itu menangis sembari tersedu-sedu. Ah sungguh menyebalkan jika mengingat perkataan buruknya pada Haechan kemarin.

"Cengeng banget sumpah."

Lami dan Erlin menoleh.

Yang berbicara barusan adalah Haechan. Ada beberapa sosok lagi disana. Renjun, Chenle, Jaemin, Jisung, dan tentu saja ayangnya Lami si Jeno.

Haechan berjalan mendekat dan mengambil foto Lami saat menangis. Ia tertawa terbahak karena muka Lami difoto itu begitu konyol dan lucu.

Tangisan Lami semakin kencang. Ia tidak terima dengan perlakuan Haechan barusan.

Lami menyesal sudah bilang merasa bersalah pada cowok tersebut. Mana didengar oleh yang bersangkutan.

Ia... Tidak sudi.

INSIDEN || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang