3

53 7 0
                                    

"Naik." Ulang Haechan sekali lagi.

Erlin tetap diam ditempat. Dia memalingkan muka seolah menganggap tidak ada orang disana.

"Daerah sini susah dapetin ojek online." Ujar Haechan dibalik helm. "Paling pilihan terakhir lo jalan kaki."

"Tapi kalo lo mau ngambil resiko dibegal dan perkosa sih gak papa."

Erlin menatap Haechan setelah sederet kalimat menakutkan yang cowok itu ucapkan.

"Naik atau gue tinggal sekarang." Haechan bersungguh-sungguh dengan kalimatnya barusan.

Segenap rasa gengsi dan harga dirinya, Erlin mencoba melupakan itu sejenak. Sebenarnya dia juga agak takut sejak tadi karena merasa ada beberapa orang yang mengawasinya dari kejauhan. Jika ia mengabaikan pertolongan Haechan hanya karena gengsi, ia bisa membahayakan diri.

Jadi, terpaksa Erlin pun menaiki motor hitam raksasa milik Haechan.

"Gue gak tanggung jawab ya kalo nyawa lo melayang." Tegas Haechan karena Erlin tidak menaruh tangan pada pinggangnya.

Bukannya Haechan mau nyari kesempatan dalam kesempitan. Tapi dia terbiasa bawa motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Kalau Erlin tetap tidak ingin melakukannya, setidaknya Haechan sudah memperingatkan dari awal.

Kedua tangan itu melingkar ke perut Haechan. Ada kecanggungan yang meliputi hati Erlin. Malu dan kesal menjadi satu.

"Rumah lo daerah mana?"

"Kemang- WOI!!!!" Teriak Erlin karena Haechan yang langsung menancap gas tanpa aba-aba. Erlin mengeratkan pelukannya dan menutup mata karena ketakutan. Sedangkan cowok yang memegang kendali kendaraan itu- tersenyum iblis.

***

Selang beberapa waktu, motor Haechan akhirnya sampai disebuah perkarangan gedung bertingkat.

Cowok berambut coklat tersebut melihat ke arah bangunan tinggi didepannya. "Lo tinggal di apartemen?"

Erlin yang baru turun dari motor- mengangguk mengiyakan. Ia sibuk membenahi rambutnya yang berantakan akibat diantar Haechan dalam perjalanan.

Haechan kembali menyalakan motor dan hendak pergi sebelum Erlin menarik jaketnya. Mata itu bergulir pada sebuah tangan yang menyentuhnya. Haechan mendongak.

"Turun bentar." Pinta Erlin.

"Mau ngapain?"

"Bentar doang."

"Lo mau ngasih gue kiss buat tanda makasih?"

Erlin melotot tajam.

"Kalo gak, mending gak usah." Haechan menepis tangan Erlin dan bersiap.

"Bentar aja." Erlin memberi tatapan penuh memohon.

Haechan menoleh ke arah lain akibat sorot mata Erlin. Cowok yang tingginya 174 cm itu akhirnya menurut dan melepas helm. Rambut lemasnya diacak secara spontan menggunakan tangan.

Haechan memandang Erlin seperti mengintimidasi. Sedangkan cewek yang lebih pendek darinya tersebut tidak merasa takut. Erlin benar-benar tidak takut berada didekat Haechan.

Mata Haechan melebar kaget saat Erlin mengambil tangannya. Lengan jaketnya ditarik keatas- menampilkan luka-luka di tangan yang jelas terlihat masih baru.

"Ini karna tadi pagi?" Tanya Erlin yang memang penasaran saat perkumpulan mereka tadi. Ia tidak sengaja menangkap luka ditangan Haechan ketika cowok itu mengangkat gelas minumannya.

"Hm, cuma luka kecil." Jawab Haechan asal yang kemudian terkejut karena Erlin menarik lengannya memasuki gedung apartemen.

Sesampai di Lobby, Erlin mendudukan Haechan disofa ruang tunggu.

"Jangan kemana-mana. 5 menit gue balik lagi." Pinta Erlin langsung bergegas naik lift.

Lantai 5.

Erlin buru-buru ke kamarnya yang bernomor 520. Dia menaruh tas selempang hitam diatas kasur.

Erlin berjalan mendekati lemari. Ia mencari sesuatu disana.

Bibir pinknya merekah karena berhasil menemukan kotak P3K. Erlin langsung keluar dari kamar dan kembali memasuki lift.

Lantai L.

Keluar dari Lift, Erlin berjalan menuju ruang tunggu. Jujur saja dia sedikit merasa bersalah karena insiden pagi tadi. Setidaknya ia akan bertanggung jawab mengobati Haechan walaupun merupakan hal yang kecil.

Kaki itu terus melangkah hingga ia berhenti didepan sofa kosong.

Erlin menghela napas. Ia mendecak pasrah karena Haechan sudah pergi. Cowok itu tidak menuruti perkataannya.

Notif handphone Erlin berbunyi, ia merogoh benda persegi empat itu dari dalam saku celana.

+62821.....
Kalo mau tanggung jawab. Besok ikut gue

+62821.....
Dari cowok manis yang abis nganterin lo

***

To be continue...

INSIDEN || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang