6

47 11 0
                                    

"Mereka udah ditangkep sama polisi." Ujar Mama Lami yang tentu shock berat saat tahu anaknya mengalami pencegalan. Untungnya ada Haechan menolong mereka diwaktu yang tepat.

"Tante mau liat Lami dikamarnya. Kamu bantu dia ngobatin luka ya. Abis itu kita bawa ke dokter."

Erlin mengangguk mengerti. Tepat setelah kepergian Mama Lami, ia pun langsung mengambil kotak P3K dan menaruhnya diatas meja.

Kotak berwarna putih dibuka, Erlin mengambil kapas dan menempelkannya pada cairan antipseptik yang kemudian dijepit menggunakan pinset.

Darah dekat mulut Haechan mulai dibersihkan. Sesekali cowok itu akan berdesis karena perih.

Selesai bagian mulut, Erlin berpindah pada bagian pelipis.

"Kaki lo masih sakit?" Tanya Haechan.

Erlin fokus pada kegiatannya. Jika diperhatikan secara detail, ada beberapa tahi lalat kecil dimuka Haechan.

"Lo yang dipukul kenapa nanyain gue?"

"Gue ngeliat kaki lo diinjek sama dia tadi."

Sekarang giliran tangan Haechan yang dibersihkan. Ruas-ruas jari pria itu banyak mengeluarkan darah. Erlin terpaku beberapa detik sebelum akhirnya ia melanjutkan kembali.

"Kaki gue gak sakit. Yang harusnya dikhawatirin tuh lo sendiri. Badan lo banyak yang berdarah."

"Kan ada lo yang ngobatin."

Erlin sukses dibuat bungkam. Ia menatap Haechan. "Tadi itu bahaya. Harusnya kalo lo tau gue sama Lami lagi diincer, lo bisa langsung nelvon polisi tanpa harus mukul."

"Kalo misalnya tadi lo yang kalah gimana?" Lanjut Erlin.

Haechan menampilkan smirk tipisnya. "Gini cara lo terima kasih ke gue?"

Menghela napas panjang, Erlin mengambil tangan Haechan lagi dan membersihkannya secepat mungkin. Kini tinggal langkah terakhir yaitu membalut perban.

Lilitan kain putih mulai dilakukan.

"Gue gak bakal ngelupain pertolongan lo hari ini kok. Lo bisa minta balas budi apapun ke gue."

"Gue...." Terdiam sejenak, Erlin melanjutkan, "Pasti nepatin janji."

Seringai misterius bertengger dibibir Haechan.

Cowok itu memandang Erlin intens. "Apapun?"

Tangan Haechan selesai ditangani. Erlin mendongak. "Asal lo gak minta nyawa gue, gue bisa nepatin."

Seringai Haechan semakin lebar. "Ok."

***

"Thank you Lin udah mau nemenin Lami kemaren." Ucap Jeno yang baru menjenguk Lami sehabis pulang sekolah.

Cowok itu merasa bersalah karena kemarin tidak bisa mengantar Lami pulang. Andai ia menjemput Lami, kejadian buruk yang dialami pacarnya pasti tidak terjadi.

Erlin mengangguk kecil. Ia menoleh pada Lami yang tertidur damai. Panic attack Lami memburuk. Temannya itu sampai pingsan dan terpaksa harus di opname.

"Lo bisa makasih ke Haechan. Dia yang udah nolongin gue sama Lami."

Pandangan Erlin beralih pada Jeno. "Kalo gak ada dia, gue gak tau apa yang bakal terjadi."

"Haechan...."

Jeno menggantungkan ucapannya sebelum akhirnya ia mengangkat suara lagi, "Dia hari ini gak masuk sekolah."

Alis Erlin mengkerut.

"Gue sama yang lain mau jenguk dia. Tapi.... semenjak Mark kecelakaan, Haechan gak pernah mau nerima orang lain kerumahnya." Jelas Jeno.

INSIDEN || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang