4

57 11 0
                                    

"Bukan gue Lin yang ngasih. Jeno." Lami bersikukuh membela dirinya bukan pelaku yang memberi nomor hp Erlin ke Haechan. Itu semua ulah Jeno, dia juga sempat memarahi sang pacar yang tidak minta ijin dulu ke Erlin.

"Ngapain dikasih sih." Kesal Erlin pada Lami walau bukan sahabatnya itu yang melakukan. Ya, soalnya Erlin tidak mau lagi berurusan dengan cowok yang bernama Haechan.

Anaknya tengil.

"Lo dichat apa emang?"

Erlin memperlihatkan pesan yang Haechan kirim semalam.

"Lah lo dianterin dia semalem? Gak jadi naik ojek?"

Alis Erlin mengkerut. "Gak dapet ojek semalem gue. Dia yang nawarin."

"Bukannya itu anak bilang ada urusan ya haha."

"Gak tau deh. Gak jelas emang."

"Terus lo mau ketemu dia?" Tanya Lami sambil memakan bakso hangatnya.

"Enggaklah. Ngapain."

"Itu dia minta tanggung jawab."

"Dikira dia gak perlu tanggung jawab juga?"

Lami tertawa. Aneh memang si Haechan. "Bocah prik."

"Siapa yang bocah prik?" Tanya Sunghoon yang tiba-tiba bergabung dan duduk disebrang Erlin.

"Cowok yang nabrak Erlin kemaren."

Mata Sunghoon melebar. Dia terkejut saat tahu Erlin kecelakaan. Cowok itu buru-buru pindah kesamping Erlin dan menelisik kondisi si cewek. Siku Erlin ada bekas luka gesekan.

"Ada luka lain selain disini gak?"

Erlin menggeleng pelan. "Cuma luka kecil, nanti juga sembuh."

"Kenapa bisa ditabrak? Kamu gak lapor polisi?"

"Salah aku. Main hp dideket jalanan."

Sunghoon manut-manut mengerti. "Kakak udah bilang kan kalo mau kemana-mana minta Kakak yang anterin aja."

Lami melihat Sunghoon dan Erlin bergantian. Mereka terlihat cocok. Tapi sayang, perasaan Erlin tidak berlabuh pada kakak kelas mereka itu.

"Aku bisa sendiri kok. Lagian cuma belanja mingguan."

"Tapi kamu ditabrak. Berarti gak bisa sendiri kan?"

Erlin menghela napas. "Kak, aku bukan cewek manja yang selalu harus minta tolong ke temennya sendiri."

Kata 'teman' barusan, entah kenapa membuat hati Sunghoon mendadak sakit.

***

Bel pulang berbunyi.

Semua peralatan sekolah beserta buku paket dimasukan kedalam tas. Murid-murid sudah berkeliaran keluar kelas semenjak bel berdering.

"Lin, gue duluan ya. Udah dijemput ayang." Lami pamit duluan karena Jeno sudah ada didepan sekolah.

"Ok, hati-hati."

Selesai.

Erlin bangkit dari bangku dan menuju gerbang sekolah melewati lorong-lorong teduh.

Notif pesan masuk.

+62821....
Gue udah disamping sekolah lo

Ck, Erlin mendecak sewot. Apa-apaan pesan barusan? Kenapa lelaki itu jadi bertingkah sendiri?

***

Motor hitam ducati itu bertengger begitu perkasa. Cowok dengan kaki panjangnya tersebut duduk menyender ke motor sambil menunggu seseorang.

INSIDEN || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang