10

56 8 0
                                    

"Lo bisa masak?" Erlin cukup ragu soal kemampuan masak Haechan.

Ya, cowok itu kelaparan karena belum makan dari siang. Tapi karena sudah lumayan malam, banyak restoran dan toko makanan yang sudah tutup. Alhasil Haechan memutuskan ke apartemen Erlin untuk membuat makanan- mengingat gadis tersebut sepertinya punya banyak bahan yang bisa diolah.

"Chan...."

Haechan tengah sibuk memasukkan aneka sayur mayur kedalam rebusan berwarna oranye kemerahan. Dia juga menambah beberapa frozen food seperti dumpling, tofu, bakso, crab ball. Orang-orang menyebutnya tom yum.

"Ini lo liat kan gue lagi masak." Sahut Haechan yang kini memasukkan 1 sendok garam.

"Yakin?"

Masakan itu diaduk, Haechan mengambil kuah dengan sendok tadi dan mencicipinya sedikit. Bibirnya melengkung. Sendok itu mengambil kuah lagi dan ditiup. Lalu, Haechan menyodorkannya pada Erlin. Erlin yang tiba-tiba ditodong dengan sendok Haechan, agak kaget.

"Cobain." Pinta Haechan.

Erlin menurut, ia menerima suapan Haechan dan matanya berbinar seketika. Cewek itu tersenyum. "Enak."

"Bantu siapin alasnya, mau gue taroh." Kata Haechan setelah mematikan kompor dan bergegas untuk mengangkat panci dengan sarung tangan kain.

Erlin melakukan seperti yang diperintahkan. Haechan menaruh panci panas yang ia bawa ke atas alas dengan hati-hati agar tidak tumpah atau jatuh soalnya bahaya.

"Ada nasi gak?" Tanya Haechan.

"Ada."

"Bantu siapin ke meja ya."

"Ok." Erlin berjalan beberapa langkah kekanan untuk meraup nasi dan dimasukan kedalam bakul. Ia juga menyiapkan dua piring, dua mangkuk beserta dua gelas dengan air.

Erlin melongok dari belakang. Ia kepo karena Haechan masih berkutat dengan kompor. "Lo masak apalagi?"

"Telur goreng."

"Perlu gue bantu?"

"Gue bukan Kak Mark yang goreng telor— minyaknya dimasukin belakangan."

Erlin tergelak. "Serius? Kakak lo goreng telornya kayak gitu?"

"Iya, dia emang bego kalo soal goreng telor."

Tawa kecil menghiasi ruangan. Erlin jadi penasaran seperti apa rupa asli seorang Mark alias kakaknya Haechan?

Tengil kayak Haechan?

Tampaknya acara masak-memasak Haechan sudah selesai karena ia datang dengan piring isian dua telur ceplok.

Netra Erlin terpukau karena telur buatan Haechan matang sempurna dan bentuknya juga cantik. Padahal dia tidak berekspektasi bagus.

"Lo beneran bisa masak Chan?" Erlin tetap tidak percaya dengan kemampuan masak Haechan. Matanya berpaku pada kedua hidangan yang ada dimeja.

Sedangkan Haechan, ia menyeringai pada cewek didepannya. "Lo bener-bener ngeremehin gue?"

Erlin mendongak dan lumayan gelisah karena Haechan menampilkan smirk. Maksudnya, smirk Haechan sekarang terlihat menyeramkan dan mengintimidasi.

"Jarang aja gitu ada cowok yang bisa masak."

"Yang ngerawat dan ngasih makanan Kak Mark dirumah itu gue." Haechan memberi jeda. "Gue awalnya juga gak bisa, tapi karna Kak Mark kecelakaan, ya mau gak mau gue belajar. Soalnya dia lebih suka masakan rumah."

Erlin mengangguk. "Gue kirain lo suka jailin kakak lo. Maksudnya kayak adek yang jahil gitu."

"Dulunya sih gitu. Tapi sekarang kan dia cacat, jadi gue berenti."

INSIDEN || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang