13

31 3 2
                                    

Seperti yang sudah direncanakan, Sunghoon benar-benar ke apartemen Erlin.

Cowok itu tengah duduk disofa ruang tamu. Berhadapan dengan Lay- Papa Erlin yang menatapnya kurang ramah. Lay lumayan posesif jika ada cowok yang mencoba mendekati putrinya. Walau cuma sekadar teman.

"Kenapa harus belajar di apartemen anak saya?"

Sunghoon memberi senyuman kecil. "Kalau ditempat lain, saya takut om makin khawatir sama Erlin. Lebih baik disini karna ada om yang ngawasin."

Alis Lay naik sebelah, ia cukup mengapresiasi jawaban pintar dan 'jantan' dari Sunghoon barusan. Cowok yang lebih tinggi darinya itu berbicara tanpa gugup ataupun gelisah.

Lay menyebutnya tampan dan berani.

"Kamu perwakilan kelas dua buat dipasangin sama anak saya?"

Sunghoon mengangguk. "Iya om."

"Udah berapa lama kenal anak saya?"

"Hampir satu tahun om."

"Kalian akrab?"

Bibir Sunghoon terangkat. "Kita akrab udah kayak kakak adik." Entah kenapa ujung kalimat barusan terasa menusuk. Tapi nyatanya Erlin memang menganggap hubungan mereka sebatas itu. Dia tidak bisa meminta lebih. Resikonya terlalu besar.

"No, saya tidak berpikir begitu."

Mata Sunghoon mengerjap.

"Tatapan kamu ke anak saya terlalu beda buat hubungan kakak adik."

"Maksud om?"

"Kamu suka kan sama anak saya?"

Sunghoon tidak menjawab. Ia menatap ke arah lain. Apa sikapnya terlalu mencolok sampai-sampai Papa Erlin berkata demikian? Ah bukan cuma dia sih, teman-teman Sunghoon yang lain juga bilang begitu.

***

"Sunghoon ganteng."

Erlin menoleh pada Krystal yang tiba-tiba saja menyeletuk soal paras Sunghoon. Ya Erlin akui Sunghoon memang tampan, ya terus kenapa?

"Kamu.... serius cuma temenan sama dia?" Tanya Krystal sembari menyiapkan beberapa cemilan dan minuman bersama Erlin.

"Iya, kenapa Mama nanyanya gitu?"

"Hm, Mama gak masalah. Anaknya sih baik kalo diliat-liat. Tapi kamu tau Papa kan?"

Erlin mengangguk. Papanya itu tipe Ayah yang sangat posesif dan anti sama lelaki disekitaran Erlin.

***

"Yuk dimakan." Ujar Krystal tersenyum ramah.

"Makasih Tante."

"Kamu dipilih jadi perwakilan sekolah pasti karna pinter." Puji Krystal.

Bibir Sunghoon merekah. "Cuma beruntung aja Tante."

"Terlalu ngerendahin diri. Kakak kan pernah juara olimpiade matematika se Indonesia. Itu kayaknya bukan cuma beruntung."

Lagi-lagi bibir pria itu terangkat. Ia agak sungkan jika membahas prestasinya disekolah. Soalnya Sunghoon bukan tipe orang yang suka pamer.

"That's great. Udah ganteng, pinter lagi."

"Kak Sunghoon gak suka dipuji Ma, liat tuh mukanya merah haha."

Krystal ikutan tertawa menyaksikan raut wajah Sunghoon yang seperti kepiting rebus.

"Mama mau nyusul Papa, kamu lanjut belajar aja sama Sunghoon."

"Ok."

Tepat kepergian Krystal, Erlin langsung bertanya, "Hadiah yang dikasih ke Mama Kakak gimana?"

"Mama suka, dia keliatan seneng." Sunghoon mendongak dan menatap Erlin. "'Makasih udah nemenin Kakak pas nyari kado."

INSIDEN || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang