Niall meloncat kegirangan ketika wajah zayn telah muncul dilaptop. Lagi-lagi mereka melakukan skype ditengah waktu kosong. Bersama the boys yang telah berjajar disofa dengan tapi, niall tak berhenti menggeliat kegirangan. Liam yang melihat hal itu hanya tertawa sambil berkata " niall tenanglah kami juga sangat senang dengan berita baik ini"
The boys hanya mengangguk sambil tersenyum. Harry yang sedang memperhatikan niall berhasil memperlihatkan dimplesnya akibat ulah niall.
"YA TUHAN AKU TIDAK BISA MENAHANNYA AAAAA......" seru niall. Ia berteriak sangat kencang, melebihi teriakan para fans diluar sana.
"ITU ZAYN! YEAY, WHOOP....WHOOP" kata louis kegirangan. Beberapa detik kemudian semua pandangan tertuju pada laptop dihadapan mereka. Mereka memfokuskan pandangan pada satu gambar disana. Kepada lelaki yang sedang menyengir sambil melambaikan tangannya.
"Hai." ujar lelaki itu.
"ZAYYYNNNNNN..........KAMII SEMUAA MERINDUKANMUU......" teriak the boys secara bersamaan. Teriakannya memenuhi seluruh ruang dibangunan elit new york. Mereka menjadi heboh. Ditambah lagi dengan kegaduhan yang mereka buat seperti louis yang sedang melempari popcorn kearah harry. Zayn hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Mereka idiot.
"Sudah dengar berita baiknya kan?"tanya liam membuat the boys mengalihkan aktifitasnya. Mereka kembali menatap zayn yang sedang menyengir disana.
Butuh beberapa detik agar zayn menjawab pertanyaan itu. Ia terdiam seolah-olah berfikir, namun dengan demikian tetap saja the boys telah mengetahui bahwa zayn telah mendengar kabar baik itu. Zayn hanya tersenyum sambil menatap satu persatu teman-temannya itu. Ketika pandangan terakhirnya tepat berhenti pada liam, ia mengangguk membenarkan.
"AAAA.....BENARKAN JANJIKU WAKTU ITU? KITA PASTI AKAN BERTEMU!" teriak harry lebih awal setelah anggukan zayn.
*BENAR! DAN KINI SESEORANG AKAN MEMPERTEMUKAN KITA...OMIGOSH ZAYNN AKU INGIN MEMELUKMU!" kata louis membenarkan. Tak lama zayn terkekeh. Tak ada hal yang bisa membuatnya tersenyum sangat lebar seperti sekarang selain teman-temannya ini.
"Dan kini aku juga ingin memeluk kalian. Pelukkk......" Zayn merentangkan kedua tangannya seakan-akan ingin memeluk teman-temannya. Sedangkan the boys saling berpelukan dan ikut merentangkan tangan mereka menuju kemera. Mereka berpelukan jarak jauh. Zayn tahu bahwa saat ini ia tidak benar-benar bisa merasakan pelukan hangat teman-temannya itu. Tapi nanti, dia akan merasakannya tak lama lagi dan saat itulah titik kerinduannya akan runtuh. Melihat pelukan itu zayn merasa iri. Ia iri dengan the boys yang masih bisa saling berpelukan sedangkan ia berada ditempat yang tak sama dengan jarak yang sangat jauh. Dulu mereka selalu melakukan hal bersama. Saling merangkul dan melakukan semuanya dengan bersama. Seharusnya, ia berada ditempat itu sekarang bersama the boys dan saling berpelukan.
Tiba-tiba perasaan itu kembali muncul. Hatinya kembali merasakan kepedihan ketika menyadari ia bukan bagian dari one direction. Ia merasa sedih dan kembali frustasi. Zayn menurunkan tangannya dan terdiam ditempat. Sedangkan the boys masih berpelukan berharap bahwa zayn ada disana.
Zayn kembali duduk dikursinya dan menonton the boys. Tanpa sengaja liam. Mengihkan pandangannya. Ia melihat raut wajah zayn tengah bersedih. Tak lama zayn menghela nafas sambil menunduk.
"Oh, tidak. Jangan lagi." pinta liam dalam hati yang langsung menyadari apa yang zayn rasakan.
"Mate?" panggilnya masih menatap zayn dilaptop. Ia melepaskan pelukannya dan hal itu juga langsung diikuti the boys. Sontak the boys langsung menatap layar laptop yang memperlihatkan zayn.
"Zayn?" panggil louis.
"Aku...aku hanya menyesal." kata zayn tiba-tiba. Ia masih menundukkan kepalanya tanpa melihat the boys. "Andai saja waktu itu aku tidak memutuskan untuk keluar dari one direction pasti saat ini aku bisa memeluk kalian."
The boys hanya bisa saling tatap dengan sedih. Kerinduan mereka pada zayn melebihi batas kata rindu. Mereka tak masalah kehilangan zayn, karena mereka masih berempat meskipun tak lengkap. Tapi zayn, ia sendiri disini. Tanpa seorangpun bagian dari mereka yang telah merintis karir dari awal.
"Aku, benar-benar merindukan kalian. Aku tak bisa seperti ini. Seperti pemikiran awalku, menghubungi kalian sama saja membuka luka lamaku." ucap zayn lemah. Ia tak berhenti menunduk sejak tadi.
"Tidak zayn. Jangan lagi. Kumohon jangan lagi seperti ini. Kami juga sangat merindukanmu. Kau tidak tahu bagaimana keadaan kami saat kau tak mau berhubungan dengan kami. Kami begitu berantakan, sama sepertimu." ucap niall dengan tegas. Suaranya bergetar menandakan ia hampir menangis dan nada ucapan itu terdengar marah serta kecewa.
"Kumohon jangan seperti ini lagi. Sudah cukup kami kehilangan kau dari one direction, dan kau mau kembali menghilang jadi sahabat kami?" nada suaranya melembut dan buliran air mata niall jatuh begitu saja. Dada niall bergetar dengan isak tangisannya.
"Kumohon jangan seperti ini lagi zayn." ucap nial dengan lirih. Kali ini isak tangisnya keluar begitu saja. Dengan segera niall mendudukkan dirinya disofa sambil menutup wajahnya. Harry yang melihat hal itu segera menghampiri niall dan memeluknya. Ia menghusap punggung niall pelan seraya menenangkan.
Akhirnya zayn menoleh. Ia menatap niall dan teman-temannya yang sedang tertunduk sedih. Genangan air mata zayn jatuh begitu ia berkedip.
"Niall, maafkan aku. Sungguh aku tak mau membuat kalian bersedih."
"Kalian bisa melakukan semuanya tanpaku. Kalian bisa melanjutkan hidup kalian tanpa seorang teman sepertiku. Aku bukan hal penting niall." zayn terkekeh sambil menghapus air matanya.
Kali ini louis menoleh. Ia merasa tak suka dengan ucapan zayn.
"Bukan hal penting? Zayn, lima tahun sudah kami melakukan semuanya bersamamu. Berjuang bersama, senang bersama, dan sedih bersama. Apa kau masih ingin mengatakan bahwa kau bukan hal penting?" louis diam sejenak seraya menahan tangisannya. " zayn, kau adalah hal terpenting untuk kami. Kami menyanyangimu." sambungnya.
Zayn kembali menunduk."aku juga menyayangi kalian." ucapnya pelan.
Liam menghela nafas panjang saat melihat zayn kembali seperti ini. Ia sangat tahu bahwa temannya itu mudah berkecil hati. Zayn juga mempunyai masalah dengan kepercaya dirian. Lantas liam mengambil alih persoalan ini. Ia berjalan mendekat pada laptop dan mulai berkata. " zayn, berhenti bersikap seperti ini. Sejauh ini kau telah melakukan banyak hal. Kita tidak akan bisa saling melupakan begitu sajakan? Kau juga harus ingat bahwa sejak awal kau keluar dari one direction kami selalu mendukungmu. Ingat zayn, kami akan selalu mendukungmu. Kami akan selalu ada kapanpun kau butuhkan. Aku tak mau kejadian beberapa bulan lalu terulang lagi yang mana hal itu hanya membuat kita sedih. Hal itu tak ada untungnya zayn. Yang lalu biarlah berlalu. Dan kau harus ingat satu hal, bahwa kami sangat menyayangimu." kata liam panjang lebar. Ia berharap zayn akan luluh dengan perkataannya kali ini. Hal itu tak boleh kembali terulang, sungguh mereka akan sangat sedih bila hal itu terjadi.
Zayn mendongak dengan mata sembab akibat habis menangis. Tak lama ia tersenyum menatap liam.
"Aku tahu liam. Yah, aku tahu. Aku hanya merasa kecewa tadi. Tapi, aku tidak akan mengulang kejadian itu. Kau harus tahu bahwa aku akan selalu berpegang pada kalian yang telah mengatakan akan selalu mendukungku. Maka dari itu, aku tak mau mengecewakan kalian, dan aku akan membuat kalian bangga padaku. Aku sangat menyayangi kalian."
Liam berjerit riang. "Zayn, kau mengejutkanku. Sungguh aku tadi berfikir bahwa kau akan kembali meninggalkan kami." ucap harry tiba-tiba. The boys kembali berteriak riang. Niall yang tadinya menangis langsung menghapus air matanya dan kembali menggeliat kegirangan.
"Aku tidak akan mengecewakan kalian lagi. Tidak akan, sekalipun." ucap zayn dengan tegas. Bibir tipisnya memperlihatkan senyum simpulnya. Dan ia menghela nafas panjang sambil melihat the boys yang masih menggeliat girang disofa. Ia tak sabar untuk bertemu the boys beberapa hari lagi. Semua rasa rindu itu akan terobati. Beberapa jam lalu zayn mendapat undangan kesebuah acara talk show yang juga mengundang the boys. Acara itu akan menjadikan pertemuan pertama the boys dan zayn yang sudah tiga bulan tak bertemu. Zayn tak sabar untuk berada pada wakt u itu. Disaat tiba waktunya, zayn benar-benar akan memeluk the boys dengan erat dan menguarkan semua kerinduannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Zayn, How Are You?
Fanfictiontak ada yang menginginkan ini terjadi. bahkan dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih berat untuk menerima keputusan yang telah diambil. semua orang percaya bahwa semua akan indah pada waktunya. tapi, sepertinya tidak akan ada waktu-waktu bah...