lima

615 111 5
                                    

"Mira, gue Mira. Amirah Fatin. jangan bilang kalo lo lupa sama gue Ra?"

ya tuhan.. ini beneran? jadi aku beneran tidak salah dengar? aku bahkan sampai menganga dan menjauhkan handphone ku dari telinga

Mira. Mira sahabatku? menelfonku? sungguh, aku tidak menyangka sama sekali. ahhh Miraaa, aku rindu!

"Mira? ini beneran lo Mir? yaampun demi apa ini lo Mir" kataku kemudian setelah keterkejutan ku sedikit menghilang

"haha iya ini gue Ra. kenapa? lo kangen banget ya sama gue? iyalah pasti. siapa sih yang ga kangen sama gue, Amirah Fatin. secara kan gue ini dulu famous banget pas kita SMA" katanya lagi, sombong sekali mentang-mentang pernah menjadi famous seangkatan. atau bahkan mungkin satu sekolahan saat itu, saat aku masih duduk dikelas 11 dan ia dikelas 12

yaaa aku dan Mira memang terpaut usia satu tahun, Mira setahun lebih tua dariku dan aku tentu saja setahun lebih muda darinya. memang ku akui Mira sangat famous pada saat itu. ya tentu saja ia menjadi famous, karena apa? karena ia sempat diperebutkan oleh beberapa lelaki yang juga famous di sekolahku pada saat itu

kapten basket sekolah kami misalnya? namanya Bryan. ia sudah berulang kali menyatakan perasaannya pada Mira, bahkan bisa hampir setiap minggu ia mengutarakan perasaannya dan selalu berakhir sama. Mira selalu juga menolaknya secara mentah-mentah

flashback on

suara ricuh dari tengah lapangan terdengar memekakkan telinga, aku tengah berjalan sendirian di koridor sekolah ini untuk segera pulang. karena aku merasakan tubuhku yang kurang sehat, jadilah aku terburu-buru untuk segera sampai di parkiran sekolah ini. sebelum sampai, aku sedikit melirik kearah lapangan dimana disana berdiri sahabatku yang mana sedang dikelilingi ramai siswa siswi dan ia sedang disodorkan dengan sebuah bouquet bunga besar yang sangat cantik. tapi aku tidak memperdulikannya. pemandangan ini selalu kulihat setiap minggunya, lagipula badanku lebih penting, aku merasa sangat pusing sekarang. kulihat Mira bukannya menatap lelaki didepannya, tetapi malah balik menatapku lekat sampai aku hilang di belokan

sampai di parkiran, aku berdiri disamping mobil berwarna putih ini dan memilih bersandar di pintu nya. sambil menunggu seseorang yang sedang menjadi pusat perhatian ditengah lapangan sana menghampiriku

yaa, Mira. ia menjadi pusat perhatian disana karena sang famous sekolah, kapten basket sekolah, Bryan kembali menyatakan perasaannya lagi dan lagi pada Mira

"Ara" teriak seseorang

aku menoleh kearah sumber suara. terlihat disana Mira sedang berjalan dengan terburu-buru kearahku. tampak raut kekhawatiran diwajahnya saat ini. hey kenapa? aku tidak tau kenapa, apa sesuatu terjadi saat ia berada di lapangan sana?

kulihat Bryan berjalan dibelakangnya dan berhenti beberapa meter dari aku dan Mira berada, ia memperhatikan kami dari sana. jadi, Mira menerimanya? kali ini Mira tak menolaknya? okay Ara. nanti saja bertanya nya, kepalamu lebih penting. aku benar-benar pusing saat ini dan memilih untuk diam saja saat Mira telah berdiri didepanku

tiba-tiba Mira menggenggam tanganku lembut dengan sebelah tangannya, sedangkan tangannya yang lain menyentuh keningku lembut. aku sudah terbiasa dengannya, bagiku ia sudah seperti kakak kandungku sendiri. maklum, akukan anak satu-satunya dan tidak mempunyai kakak bahkan orang tua, jadi Mira lah kakak ku

"badan lo panas banget. kita ke klinik dulu buat periksa ya? lo pasti demam" katanya pelan padaku. aku semakin lemas saja, bagaimana tidak, kepalaku semakin pusing saja dari menit ke menit. jadi yang bisa kulakukan hanyalah mengangguk mengiyakan ajakannya

Mira membuka mobilnya dan menuntunku masuk kedalamnya. dan kemudian ia berputar mengitari mobil untuk kemudian masuk dan duduk dikursi sebelahku, kursi pengemudi

"lo jadian sama Bryan Mir? lo nerima dia jadi pacar lo? atau?" sebelum Mira menjalankan mobilnya, aku bertanya. ia sedang terburu-buru memakai seatbelt ditubuhnya

kulihat ia menggeleng pelan menghadapku "engga ada yang jadian. masih tetap sama kaya biasanya" jawabnya kemudian

"kenapa? kenapa lo selalu nolak cowok-cowok yang suka sama lo Mir?" tanyaku lagi. tapi ia tak menjawabnya, hanya senyuman lebar yang ia berikan padaku dan setelahnya kami pun cuss darisana untuk ke klinik. memeriksa keadaanku dan kemudian pulang

flashback off

aku tersenyum mengingat itu, seperhatian itu Mira padaku padahal aku dan dia bukanlah kakak adik kandung

oh ya, yang kedua namanya Rizky. Rizky ini sedikit pemalu. yaa, ia bisa famous karena ketampanan yang ia punya. dengan wajah manis bak keturunan india, ia bisa memikat siapa saja yang ia mau. tapi sayangnya, ia malah menyukai sahabatku Mira. ya tentu saja Mira akan menolaknya. bahkan sampai detik ini aku selalu heran kenapa Mira selalu menolak mereka-mereka yang menyukai nya. apa kurangnya mereka? ganteng, bersih rapi, yang jelas, mereka berasal dari keluarga yang sama dengannya. maksudku, keluarga terpandang. dasar Mira aneh. okay begini saja, akan kutanyakan langsung padanya nanti, agar aku tidak makin dibuat penasaran seterusnya

"Ra? woi, lo masih disana kan?"

aku hanya diam karena aku masih tenggelam menyelam dalam pikiranku

"Woi Ra, ada yang nyariin lo didepan" teriak Sinta tiba-tiba sambil menggedor-gedor pintu kamarku ini. yang sontak membuatku kaget setengah mati. Sinta kurang ajar, untung saja aku tidak langsung mati terkena serangan jantung. awas saja, sekeluarnya aku dari kamar akan langsung kuusir saja ia keluar dari rumah ini

"iya Sin, tunggu bentar!" teriakku balik untuk menjawab Sinta

"woi Ra, siapa? lo punya utang ya? terus yang punya utang dateng kerumah lo buat minta utangnya? astaga Ara, udah gue bilangin lo bisa minta sama gue. gue ini sahabat lo, kakak lo. kita itu udah kayak adik kakak kandung" ucap Mira tiba-tiba mengomel dari seberang sana

aku menghela nafas karenanya. yaa, ini dia sifat Mira yang terkadang membuatku heran. ia sangat posesif kepadaku seakan-akan aku ini adalah berlian yang paling mahal harganya. lebay sih emang, tapi begitulah kenyataannya. ia terlalu membatasi ku untuk melakukan hal ini itu. aku tau ia khawatir padaku, tapii ah sudahlah lupakan saja

"engga Mir ga gitu. itu Sinta, katanya ada orang yang nyariin gue didepan. gue kesana dulu ya takutnya penting. nanti call gue aja lagi" kataku kemudian setelah Mira selesai mengomel diseberang sana

"okay. but, first give me ur home address. setelahnya baru lo boleh kedepan" katanya. kan benar apa kubilang, ini nih suka memaksa sekehendaknya. tapi gapapaa lah, toh ia bukan penjahat melainkan sahabatku

"iya iya nanti gue kirimin alamat rumah gue dari pesan, yaa? udah gue matiin dulu. bye Mir, see u!" kataku yang kemudian langsung mematikan telfon yang masih terhubung diantara kami

akupun segera membuka pesan dan mengirimkan alamat lengkap rumahku pada Mira. setelahnya aku kembali meletakkan handphone diatas meja dan segera keluar dari kamar. aku mempercepat langkahku yang masih sedikit pincang untuk segera sampai didepan. siapa ya yang datang? duh penasaran. jangan-jangan emang tukang koperasi yang minta dilunasi? eh tapikan aku gaada ngutang disana. gimana sih Ra?

cklekk

"siapa ya?" tanyaku setelah aku membuka pintu. dan yang kulihat ialah seseorang yang sedang membelakangiku dan ia segera membalikkan badannya menghadapku saat aku mengeluarkan suaraku ini untuk bertanya

setelahnya yang kudapati adalah sesuatu diluar dugaan. demi apapun aku kaget melihatnya. demi Sinta yang suka ileran kalo tidur, ini adalah sesuatu yang mengejutkan,  sangat mengejutkan. sesuatu yang telah lama kutunggu akhirnya datang juga. oh god.... finally!

Voted?
Comment?

sunshine (chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang