dua

1K 162 2
                                    

cklekk

ahhhh, ramenya. aku tidak berpikir cafe ku akan rame begini pada pagi hari ini. jam 10 itu terbilang masih pagi bukan? apalagi ini hari sabtu. anyway, cafe ku memang selalu ramai, makanya aku dan dua orang karyawan ku kewalahan jika harus melayani hampir ratusan orang setiap harinya. haruskah kubuka lowongan pekerjaan? dengan mencari satu atau dua karyawan lagi untuk menemani yang dua nya disini? okay, nanti akan kucoba pikirkan.

kuusap usap tanganku di badan, merapikan pakaian ku yang sedikit berantakan karena tadi terkena angin saat aku mengebut diperjalanan.

"Ara"

suara itu. ya, suara siapa lagi jika bukan Sinta si bawel nan berisik, pasti ia akan mengomel mengapa aku terlambat datang padahal tadi yang kujanjikan adalah dalam kurun waktu 30 menit. telingaku sakit mendengar teriakan dan omelan nya, sudah hampir setiap hari aku mendengarnya, sudah jadi makanan ku sehari-hari saat masuk ke cafe ini. aku khawatir lama-lama aku budeg, sepertinya aku sekali-kali harus ke dokter THT untuk memeriksa gendang telinga ku. siapa tau kan? who knows

sebenarnya kadang aku sering dibuat berpikir. yang mempunyai cafe ini aku, yang bos nya disini adalah aku, semua karyawan takut dan sopan padaku. tapi lihatlah makhluk yang satu ini, sementang mentang dia adalah sahabat karibku sejak SMA dia jadi seenaknya begini terhadapku.

"lama banget sih lo"

aku menghela nafas berat melihatnya yang sekarang tengah berdiri didepanku dengan melipat kedua tangan didada. tak lupa matanya juga melotot tajam kearahku. memangnya apa salahku? suka suka aku dong, toh ini cafe ku.

"lo tau ga si, ini itu udah satu jam sejak terakhir kali gue telfon lo. lo kemana dulu sih?" tanyanya nyolot.

tanpa menunggu jawabanku, Sinta sudah terlebih dahulu menyeretku kesalah satu meja di cafe ini. aku yang tidak menyangka sama sekali akan diseret begini hanya bisa mendumel kesal saat ia masih asik mengomeliku sambil menyeretku.

emang dia pikir dia siapa. hey, aku bukan binatang yang diseret seret. lihat saja nanti, tidak akan kuantar kau pulang, sialan. pulang saja sendiri, naik taxi kek, gojek kek, apapun itu. kalau perlu jalan kaki saja sekalian.

kini kami telah sampai disamping salah satu meja, Sinta langsung melepaskan tangannya dari lenganku dan mengubah mimik wajahnya menjadi senyum secerah dan semanis mungkin. euww menyebalkan

"maaf membuat anda lama menunggu nona viona. ini dia pemilik cafe ini, kalau begitu saya pamit dulu" ucapnya kemudian berlalu dari sana

cih, sok sekali. apa apaan, suaranya diubah sedemikian rupa menjadi seperti di imut imutkan begitu. biar apa? imutan juga aku kemana-mana

"ekhem, silahkan duduk"

aku tersadar dari atensi ku yang sedaritadi melihat kearah mana Sinta berjalan. dan kini aku melihat seorang wanita yang yaa bisa dibilang cantik, dewasa. seperti kata Sinta, bahwa ia berusia satu atau dua tahun diatasku bukan? sepertinya memang begitulah kenyataannya.

tapi tunggu dulu. ia tidak nampak seperti orang penting menurutku. karena apa? ini nih aku jelaskan

anehnya, ia hanya menggunakan tank top pendek berwarna putih dan dipadukan dengan jaket baseball versity berwarna coklat. terkesan santai memang, namun tetap terlihat cantik

cantik? haha tapi masih cantikan aku kali. dia mah kalah. selain cantik, aku juga imut, mataku besar bulat, putih, tinggi, kurus, tepos. oke lupakan soal tepos. itu tidak masuk kriteria sama sekali, tidak mengenakkan untuk dibaca dan didengar

aku mulai duduk didepan nya. terlihat ia mengamati gerak gerikku sedari awal aku tiba disini. baru saja pantatku mendarat mulus dikursi, tiba-tiba dia menjulurkan tangannya didepanku

sunshine (chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang