Guys, kalo ada typo atau kata-kata yang kurang tepat dan kurang enak dibaca, please KOMEN ya. Biar aku perbaiki, soalnya aku masih belajar hehe.
~~~Akhir pekan telah berlalu, kini semua manusia dihadapkan lagi dengan kegiatan-kegiatannya. Tidak terkecuali dengan Jia. Gadis tersebut masih tertidur pulas di kasurnya. Seolah terkena pelet oleh kasurnya, Jia enggan untuk membuka matanya walaupun burung-burung peliharaan Hafidz, yang selalu ditempatkan diluar kamar Jia sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu.
"Arend, coba bangunin Aubree" titah Mami si kembar.
Arend merupakan nama panggilan Hafidz, dan Aubree merupakan nama panggilan Jia yang biasa digunakan oleh Mami dan Papi mereka. Mami dan Papi mereka menggunakan nama depan anak-anaknya untuk menjadi nama panggilan di rumahnya, karena nama depan anak-anaknya merupakan pemberian dari nenek dan kakek si kembar.
Tanpa berlama-lama lagi, Hafidz segera menuju ke kamar Jia untuk membangunkannya. Hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan ketika mereka menginjak semester tua, mengingat Jia yang sangat amat susah untuk bangun akhir-akhir ini. Disisi lain, Jia memang seseorang dengan sifat perfeksionis dan ambisius untuk mendapatkan nilai yang sempurna dalam perkuliahannya dan mencapai semua goals dalam hidupnya. Salah satu goals dalam hidup Jia yaitu, untuk memberikan bukti nyata keberhasilan dirinya kepada semua orang yang pernah merendahkan dan meremehkan dirinya ketika masa-masa SMA nya.
Hafidz masuk ke kamar Jia tanpa mengetuk pintunya, karena Jia jarang mengunci pintu kamarnya. Seperti biasa, pemandangan yang dilihat Hafidz setiap pagi saat membangunkan Jia yaitu kamar yang cukup luas dengan buku-buku berserakan baik di lantai, meja belajar ataupun kasur.
Hafidz menghembuskan nafasnya dan langsung membereskan buku-buku Jia yang berserakan tersebut. Hafidz tahu, jika akhir-akhir ini Jia terlalu keras pada dirinya sendiri dan suka sekali menyakiti dirinya sendiri dengan jam belajar yang keterlaluan.
"Ini orang satu susah banget bangun. Padahal si Alice, Morgan, Max, Luke, Serena dengan baik hati udah jadi alarmnya, gratis lagi" gerutu Hafidz sambil memandangi Alice, Morgan, Max, Luke, Serena, 5 burung peliharaan kebanggaan yang Hafidz miliki.
Hafidz mendekati Jia yang masih tertidur pulas dikasurnya "Jangan terlalu keras sama diri sendiri, Bree. Mami Papi juga ga nuntut lo macem-macem kok. Kadang gue sedih dan ngerasa sakit ngelihat lo yang ga berhenti buat bikin capek diri lo sendiri." Bisik Hafidz kepada Jia sambil mengelus puncak kepala kembarannya tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, Hafidz memang sangat menyayangi Jia hanya saja Hafidz tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata karena love language hafidz bukan word of affirmation melainkan act of service. Untuk saat ini, Jia merupakan satu-satunya tempat Hafidz berteduh dikala dirinya merasa kepanasan. Hafidz tidak akan membiarkan orang-orang diluar sana menganggu dan menyakiti Jia. Sayangnya, Hafidz tidak mengetahui apa yang Jia alami di masa lalu. Andai saja dulu Hafidz mengetahui apa yang dilakukan oleh teman-teman Jia, pasti Hafidz akan segera pindah ke sekolah yang Jia tempati dan membalas semua perbuatan teman-teman sekolah Jia secara langsung.
"Bree, bangun" Hafidz mencoba membangunkan Jia dengan lembut.
Tidak ada respon dari Jia.
"Bree, bangun udah pagi" Hafidz kini mencoba membangunkan Jia dengan menggerakkan kepala Jia dengan kedua tangannya.
Masih tidak ada respon dari Jia.
"AUBREE BANGUN GAK LO" Teriak Hafidz yang sudah kehilangan kesabarannya, lantaran Jia masih belum bangun juga.
Jia hanya berdehem.
"NAJIS KENTUT YA LO?" Teriak Hafidz sambil memukul Jia dengan bantal ketika menyadari jika ada bau tidak sedap muncul dalam penciumannya.