21➶

428 47 54
                                    

Note: Kalo bisa, di tengah cerita nanti saya saranin kalian buat baca sambil dengerin lagu
"Lights Are On / lagu sad lainnya"
biar kerasa feel-nya
.

.

.

Disini, Yuno tertidur di atas meja makan dengan memangku kepalanya di kedua lipatan tangannya. Ia terbangun lantas mendengar langkahan menuju ke arahnya.

"(y/n), aku sudah menunggu-" Ucapan Yuno terpotong oleh pekikan (y/n).

"Kenapa kau menyembunyikan masalahmu dariku dan Felix, Yuno?..." Gumaman (y/n) lagi-lagi terdengar sangat tajam. Menatap Yuno penuh dengan amarah.

Pria itu menelan ludah kasar, "Aku tidak mengerti maksudmu." Elak Yuno bingung, sekarang ia benar-benar berkeringat.

(y/n) menaruh sebuah kertas di hadapan Yuno yang ia temukan tadi saat di belakang teras rumah.

Yuno terbelalak, ia benar-benar tidak sadar jika surat itu terjatuh saat bersantai di pagi hari tadi. "Sial. Aku ceroboh sekali..."

"Jelaskan padaku." Ucapnya yang masih menatap Yuno dengan tajam. (y/n) mencengkeram bawah bajunya, lalu menggebrak meja makan di hadapan Yuno dengan keras. Yang berhasil membuat telapak tangannya memerah.

"Apa jangan-jangan kau sudah tidak percaya lagi kepadaku, huh?!" Pekiknya berteriak.

"Padahal aku ini istrimu, tempatmu untuk mengeluarkan keluh kesahmu!!!" (y/n) terpancing amarah, kakinya berjalan mendekati Yuno dan menunjuk dada pria berambut hitam tersebut berkali-kali.

"Atau jangan-jangan kau menceritakan semua masalahmu kepada wanita jalang itu?!"

"Kumohon jangan salahkan Juvia mengenai hal ini..." Sahut Yuno membuang muka.

"KAU GILA YUNO!" Raungan (y/n) terdengar keras, mengejutkan Felix hingga akhirnya kini ia keluar dari kamar anak-anak. Felix terlonjak kaget melihat wajah mengeras (y/n).

"SEMPAT-SEMPATNYA KAU MEMBELA WANITA MURAHAN ITU DI HADAPANKU?!" Seru (y/n).

Yuno berdiri menyentak kursi kebelakang dan mencengkram erat pergelangan tangan (y/n), "TAPI INI TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN JUVIA!!! kau benar-benar istri yang sangat buruk, (y/n)" Pekik Yuno melontarkan kata-kata menusuk kepada (y/n)

Yuno tersentak pelan. Pegangannya pada tangan (y/n) melonggar begitu melihat sepasang mata didepannya mulai tergenang air mata.

"B-bukan begitu, A-aku hanya..." Ucapnya terpotong, membuang muka sedikit takut dengan tatapan (y/n) saat ini,

"Aku takut membuatmu menangis lagi..." Sambungnya lirih.

Sikap Yuno saat ini berbanding terbalik dengan sang istri, dirinya sekarang benar-benar takut untuk berucap.

"Kau keterlaluan... Yuno!" (y/n) terisak mengeluarkan seluruh isi hatinya yang dulu ia pendam dalam-dalam. Yuno menunduk, kedua tangannya mencengkram kuat di samping tubuhnya.

"Maaf..." Cicit Yuno pelan. "Aku... minta maaf. Kumohon"

(y/n) menggeleng dengan mengusap semua air mata di wajahnya, tetapi ia benar-benar tidak bisa.

"Hatiku masih belum cukup kuat untuk memaafkanmu."

Yuno hendak menghapus air mata
(y/n) sebelum akhirnya tubuh wanita itu dipeluk erat oleh Felix. Pria itu mengusap pelan kepala (y/n).

"Sudah... jangan menangis lagi, ada aku." Gumam Felix.

Melihat itu Yuno hanya diam. Tak sanggup untuk berkata apapun.

Menatap kedua tangannya dengan lirih, membayangkan apa yang terjadi ketika dia sudah tiada nanti.

"Aku benar-benar suami yang bodoh." Batinnya.

.
.
.
.
.

"Kenapa kau datang kesini?" Pekik
(y/n) melirik Yuno dengan mata yang masih memerah.

Pria itu hanya bergumam, "Entahlah."

"Jangan begitu Yuno, setidaknya perlakukan istrimu sendiri dengan baik." Sahut Felix berdiri dari tempat kasur.

"Baiklah, aku minta maaf. Setidaknya uruslah matamu yang membengkak itu."

"Urus saja wanita itu, jangan aku." Cibir (y/n).

Yuno lalu pergi entah ingin kemana, (y/n) sudah tidak peduli lagi dengan pria itu. Hatinya benar-benar dibuat hancur olehnya.

Sebenarnya (y/n) tak menyangka bahwa ia akan mengatakan hal itu semalam.

"Istirahat saja dulu, aku akan membuatkan makanan untukmu." Pamit Felix setelah mengusap surai
(y/n).

"Arigatō."

~

Beberapa menit kemudian, wanita ini terkejut ketika mendapati Yuno yang kembali ke hadapannya dengan membawa sekantong kompres berisikan es.

"Kompres dulu matamu, aku akan menemani disini." Ujar Yuno sambil menaruh kompres itu di hadapan
(y/n).

(y/n) hanya terdiam, sementara Yuno mendorong wanita itu agar berbaring di kasur.

"Lagi-lagi aku membuatmu sedih, ya?" Gumam Yuno dengan mata sayu. (y/n) tidak bisa berkata-kata lagi dengan keadaan Yuno sekarang.

"Aku hanya punya sisa hidup sebulan saja-" Sebelum Yuno menyelesaikan ucapannya, (y/n) kini mendecih, memotong perkataan Yuno.

"Kumohon jangan berkata seperti itu, aku tidak ingin menangis lagi..." Sahut (y/n) dengan nada kecil.

Yuno terdiam, tanpa mengucapkan sepatah katapun dan duduk di samping (y/n). Ia mengusap rambut wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.

"Aku berjanji, sebulan penuh ini aku akan berusaha keras untuk membahagiakanmu dan juga anak-anak."

(y/n) tersenyum, "Ya, aku akan memegang janjimu itu."

"Mungkin ini sedikit menggelikan, tetapi aku benar-benar mencintaimu." Ucap Yuno tersenyum,

"Kumohon, maafkan aku karena tidak bisa berada di sampingmu hingga tua nanti."

(y/n) menangis dalam diam, usapan dan juga ucapan yang baru saja Yuno lontarkan membuatnya semakin goyah.

Mata Yuno mulai berkaca-kaca, ia jadi bersyukur karena sudah menutup mata wanita itu dengan kompres. Setidaknya wanita itu tidak akan melihat ekspresinya sekarang ini.
.
.
.
TBC

maaf bang sy nangis waktu bagian ini🙏🙏

"Kumohon, maafkan aku karena tidak bisa berada di sampingmu hingga tua nanti."

𝐃𝐢𝐬𝐠𝐮𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (Yuno x Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang