Semilir angin berhembus dari timur mengantarkan kesejukan untuk satu keluarga kecil yg ada di sana. Mendung menghiasi langit seolah mengerti dengan kesedihan yang dirasakan oleh mereka semua.
Suara tangis dari dua anak kecil sudah terdengar sejak tadi. Namun, (y/n) hanya bisa menunduk dalam-dalam mencoba untuk menahan air matanya untuk keluar. Sementara Felix hanya bisa terdiam menatap sang istri dengan sekilas.
(y/n) terduduk lemas di depan papan nama salah satu suaminya, sementara Felix, Gilbert, dan juga Adrian berdiri dibelakangnya.
"Sayang..." Ucap Felix memegang pundak sang istri, (y/n) menoleh dengan senyum letihnya, wajahnya terlihat pucat saat menatap Felix yang berada dibelakangnya.
"Aku akan mengantar anak-anak pulang terlebih dahulu." Sambung Felix, "Pemakaman tidak cocok untuk tempat anak kecil."
(y/n) hanya mengangguk mengiyakan, sementara suami dan kedua putranya meninggalkannya sendirian di sini, seperti biasanya.
"Selamat pagi, Yunoku sayang..." Ucap (y/n) tersenyum simpul menatap batu nisan bertuliskan nama Yuno.
"Sudah lebih dari 1minggu kau meninggalkan kita semua, ya?" Lanjut (y/n) sambil melamun. Tidak ada semangat dalam dirinya yang ada hanya kehampaan dan kesedihan yang mendalam."
Lalu ia kembali tersenyum, mencoba menghapus semua pikiran sedihnya, "Duh.. Padahal kita baru saja dipertemukan kembali, tetapi kenapa kau meninggalkanku lagi?" Kata (y/n) memanyunkan bibirnya. "Apakah... Apakah kau benar-benar sudah ingin meninggalkanku terlebih dahulu?"
"......."
(y/n) menunduk, tiba-tiba air matanya keluar dengan deras. Tanpa mengekspresikan apapun, ia juga tidak berkedip membiarkan semua air matanya keluar.
"Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf... Yuno-kun." Gumam (y/n) yang masih menunduk.
Langkahan kaki terdengar dari arah samping (y/n). Tetapi wanita itu tidak menoleh sedikitpun, dan menghapus semua air mata yang masih turun deras dipipinya.
"(y/n)-san, sudah lama kita tidak bertemu." Kata wanita yang berada disampingnya. Suaranya terdengar sangat familiar di telinga wanita paruh baya itu.
Wanita itu ikut duduk, dan menghadap ke (y/n) langsung. Sedikit menoleh untuk menatap makam yang bernamakan Yuno.
"Kenapa kau ada disini, Juvia?" Tanya (y/n) dengan nada dingin, ia tidak menoleh sedikitpun.
Juvia lalu meremas kedua lututnya itu dengan kuat, ia menggigit bawah bibirnya, mencoba untuk menahan ekspresi sedih di wajahnya.
Wanita itu tiba-tiba saja berlutut memohon kepada (y/n) dengan isakan yang tiba-tiba saja keluar dari mulutnya, badannya terlihat bergetar hebat.
"Aku... aku benar-benar minta maaf, kumohon." Gumam Juvia disela-sela tangisnya.
(y/n) menoleh kesamping memperhatikan Juvia dengan mata mati, dan tanpa ekspresi.
"I-ini semua salahku, a-andai saja aku... aku tidak meninggalkan Yuno-san sendiri di halte bus saat dia mabuk." Ucap Juvia terbata-bata.
"M-mungkin dia akan terus hidup.. hiks."(y/n) berpindah posisi menghadap ke Juvia, sementara Juvia masih berlutut memohon maaf.
"Tidak secara langsung kau penyebab meninggalnya Yuno, Juvia." Kata (y/n) dengan nada sedikit lantang.
Juvia lalu beranjak mengangkat kepalanya, ia melihat mata (y/n), terlihat jika wanita itu menatapnya dengan tatapan kebencian. Juvia hanya bisa menatap (y/n) dan meminta belas kasih kepada wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐢𝐬𝐠𝐮𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (Yuno x Readers)
Teen Fiction❝ 𝐏𝐄𝐍𝐘𝐄𝐒𝐀𝐋𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐄𝐒𝐀𝐑 𝐃𝐈 𝐇𝐈𝐃𝐔𝐏𝐊𝐔 𝐀𝐃𝐀𝐋𝐀𝐇 𝐀𝐊𝐔 𝐊𝐔𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐁𝐄𝐑𝐔𝐍𝐓𝐔𝐍𝐆 𝐓𝐀𝐊 𝐁𝐈𝐒𝐀 𝐓𝐔𝐀 𝐁𝐄𝐑𝐒𝐀𝐌𝐀𝐌𝐔.❞ . ♧ . ♧ . Bila ada kesamaan jalan cerita atau karakter yg persis, mungkin itu hanya kebetulan...