- CHAPTER O1

116 2 0
                                    

3 tahun kemudian.

Perempuan berpakaian seragam SMA itu mulai menuruni tangga dengan santai, ia memegang jaket kesayanganya di lengan sebelah kiri, langan kanan nya ia pakai untuk menyetel musik yang terhubung ke airpods. Kaki nya melangkah ke arah ruang makan, disana sudah ada sang Kakak yang sedang manikmati sarapanya. Ia mempercepat langkah nya kemudian menduduki kursi tepat di depan sang Kakak.

Mereka adalah, Karina dan Kirana. Kejadian 3 tahun yang lalu dimana kejadian kematian sang Mama dan Papa nya membuat mereka mau tidak mau harus mengurus kehidupan mereka sendiri. Kirana kini menduduki bangku kelas 3 SMA, sedangkan Karina ia kuliah di salah satu Universitas Indonesia mengambil jurusan Psikologi.

Mereka sudah terbiasa dengan kesepian ini, walaupun terkadang mereka sangat merindukan kehangatan keluarga ini, merindukan kumpul di ruang makan, kumpul untuk nonton film bersama dan merindukan pelukan dan dukungan kedua orang tua mereka yang pasti.

"Nanti malem, taruhanya mobil inceran lo."

Kirana menaikan sebelah alisnya, "dimana?"

Karina membuka handphone nya, menunjukan roomchat nya dan Ia hadapkan ke arah Kirana, "disini."

Kirana mengangguk paham, Ia tahu dimana tempat itu. Saat ingin memasukan sendok ke dalam mulutnya, Kirana teringat sesuatu kemudian menatap sang Kakak dengan ragu,

"Kenapa?" Tanya Karina yang paham msksud tatapan Kirana.

"Lo udah cari tau?"

"Udah, kita tinggal jalanin sesuai rencana aja."

Kirana lagi lagi mengangguk, mulai menyatap makanan nya lagi. Diam diam Karina tersenyum tipis menatap Kirana yang berpenampilan seperti itu. Dulu sebelum kedua orang tua nya meninggal, Kirana jauh berbeda dari ini. Kirana dulu sangat feminim, tidak suka berpakaian tomboy seperti ini. Karina lebih suka Kirana yang sekarang, Kirana yang sekarang adalah bayangan Karina di masa lalu. Ia tidak merubah Kirana sedikitpun, hanya saja Kirana yang ingin berpenampilan seperti ini.

Karina berjalan di lorong kampus nya dengan santai, Ia mengunyah permen karet kesukaanya. Jaket kesayanganya selalu terpasang dan jangan lupakan airpods yang selalu setia menemani Karina kemana mana.

Karina terkenal orang yang tidak tersentuh di kampusnya, berbicara hanya seperlunya dan tidak ingin ribet. Karina hanya memilki satu teman di kampusnya, dan sikap temanya itu tidak jauh beda dari nya.

Hari ini, Karina hanya memiliki jadwal pagi. Setelah nya mungkin Karina akan menghabiskan waktunya di basecamp nya.

"Rin." Karina menoleh, Ia mendapati teman nya disana Cindy.

"Jam 7." Intruksi Karina yang langsung di angguki Cindy.

Mereka berjalan beriringan menuju kelas pagi hari ini, banyak yang menatap mereka dengan berbagai tatapan, dan mereka tidak pernah mempermasalahkan itu. Karena mereka tidak akan peduli dengan itu.

Saat ingin memasuki lift, mereka dikejutkan dengan teriakan histeris dari arah sebrang. Cindy menatap intens kejadian di sebrang sana, Ia juga sedikit pensaran ada apa disana. Setelah satu menit, matanya membesar melihat kejadian itu.

Cindy menepuk pundak Karina, setelah Karina menoleh Ia memberi isyarat dan Karina sama tidak kalah terkejutnya.

Kirana sudah sampai di tempat yang tadi pagi ditunjukan oleh sang Kakak. Ia menatap sekitar yang lumayan ramai, Kirana berjalan tanpa melepas helm dan jaket nya kearah sepupunya, Kenzo. Kirana tidak takut siapa lawan nya malam ini, Ia hanya ingin mengambil mobil impian nya itu.

Kenzo yang menyadari kedatangan Kirana melambaikan tanganya ke arah Kirana, isyarat untuk menyuruh Kirana segera kesini karena permainan akan segera dimulai. Setelah sampai di dekat Kenzo, Kirana membuka sedikit kaca helm nya untuk memastikan area sekitar.

"Lawan lo kali ini cukup sulit Ran. Dia Gentala, ketua geng Bruiser. Dia terkenal kejam, dan sekali ada orang yang buat kesalahan gak bakal dia ampuni. Satu lagi, lo harus hati hati sama temen temen nya itu. Good luck!" Bisik Kenzo.

"Gue gak takut, sampah kayak dia terlalu mudah." Jawab Kirana.

Setelah mendengar jawaban Kirana, Kenzo terbelak. Kenapa sepupunya itu tidak ada takut takut nya sama sekali? Kenzo merapalkan doa doa nya, karena Ia tahu seberapa kejam nya Gentala.

Di sisi lain, Kirana sudah siap dengan motor kesayanganya itu. Ia menatap sekilas ke arah Gentala yang menatap nya remeh, juga teriakan teman teman Gentala yang menyuruhnya untuk membuka kaca helm.

Kirana tidak memperdulikan itu, Ia malah memainkan gas motor nya membuat asap motor itu keluar mengenai gerombolan teman teman Gentala.

"Are you ready to lose?" Bisik Gentala di dekatnya.

Kirana terkekeh, "Are you ready to lose?" Tanya Kirana balik.

Gentala menggeram, baru kali ini Ia di anggap remeh.

-

Kirana berhasil mencapai garis finish duluan, Gentala? orang itu masih tertinggal jauh. Kenzo yang melihat sepupunya itu memenangkan balapan ini dan mengalahkan Gentala terkejut bukan main. Ini Gentala, Gentala Jericho ketua geng Bruiser. Geng yang terkenal akan ke kejaman se antero bandung.

Kirana menghampiri Kenzo yang masih terkejut, Ia memberi tahu Kenzo agar mengantarkan mobil nya ke tempat biasa. Kenzo hanya bisa mengangguk mengiyakan, setelah berbicara dengan Kenzo, Kirana segera meninggalkan tempat itu.

Tapi sebelum benar benar meninggalkan tempat itu, Ia melewati Gentala dan teman temanya. Terlihat wajah Gentala yang marah menatap kearahnya, teman temanya pun kini menatap dirinya. Kirana menaiki motornya mendekati mereka, sekitar 5 meter dari Gentala, Kirana menaikan tanganya dan memberikan jempol terbalik ke arah Gentala.

Setelahnya, Kirana mengendari motornya dengan kencang tanpa memperdulikan cacian dari geng Bruiser.

"Siapa dia?" Tanya Gentala tersulut emosi.

"Gue gatau, dia daritadi gak buka helm boss." Jawab Bryan, salah satu Anggota Bruiser.

"Gue gamau tau, kita harus kejar dia sekarang."

Mereka mengangguk, selain Gentala yang emosi mereka juga ikut emosi atas remehan dari lawan Gentala tadi. Mereka meninggalkan area balap dan mengerjar orang yang tadi memberikan jempol terbalik itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

malentendido - ENDWhere stories live. Discover now