- LAST PART.

61 3 2
                                    

10 tahun kemudian.

10 tahun sudah Kirana tertidur, dokter bilang kini mereka hanya menunggu keajaiban tuhan. 10 tahun lamanya, Kirana tidur nyenyak. Karina, perempuan itu sudah lulus sejak 5 tahun yang lalu. Kenzo, laki laki itu berhasil menemukan tujuanya yaitu menjadi seorang Arsitek. Gentala? Ia meneruskan perusahaan Ayah nya dan menjadi CEO muda disana. Gentala juga tidak menyerah menunggu kirana nya.

Dan ada yang lebih mengejutkan lagi, Karina sudah mempunyai anak. Anak karina bernama Askala Maynard. Karina menikah dengan Galang tepat 5 tahun yang lalu. Setelah kelulusanya, dan menjadi sarjana Galang mengutarakan perasaanya selama ini. Karina jelas terkjut saat mengetahui bahwa Galang menyimpan perasaanya sejak mereka SMP dan Karina juga baru tahu kalau Andreas tidak hanya membunuh kedua orang tua nya, tapi juga kedua orang tua Galang beserta adiknya Galang.

Askala sekarang berumur 4 tahun, Ia sangat tampan sama seperti Ayahnya. Kini, Asakala sedang berada dirumah sakit. Pertama kali Askala menginjak kakinya di tempat orang sakit ini, dan yang mengajaknya kesini adalah Galang. Bagaimanapun juga, Aska harus tau siapa tante nya.

Karina memasuki ruang dimana Kirana tertidur, sama seperti 10 tahun yang lalu, Kirana tertidur tenang dengan berbagai alat yang menempel tidak ada yang berubah. Setiap kali masuk kesini, rasa sesak selalu menjalar ditubuh Karina, kapan adiknya akan bangun?

Di sampingnya, Galang merangkul pundak Karina untuk menguatkan sang Istri. Galang juga menggendong Askala, bocah itu menatap bingung kearah seseorang yang terbaring lemah di kasur rumah sakit. Askala juga melihat banyak selang disambungkan ke tubuh orang itu, Askala berfikir bagaimana cara dia makan kalau ada selang selang itu?

"Papa, dia siapa?"

"Dia aunty kamu sayang, adiknya Mama."

"Aunty?" Tanya Askala.

"Iya, Aunty Kirana namanya."

"Kembaran mama ya Pah?"

"Bukan sayang, kalau yang lagi bobo itu namanya Kirana. Kalau Mama namanya Karina."

Bocah itu menggaruk hidungnya yang tak gatal, "Aska gak bisa bedain Pah, sama sama cantik, terus namanya juga kembar."

Karina yang sedari tadi diam terkekeh, Ia mengambil alih Askala dari Galang kemudian mencium pipi gembul anaknya itu.

"Aska, Tante Kiran lagi mimpi indah, coba deh Aska ajak ngomong,"

"Oke mama!"

Aska turun dari gendongan Karina, Ia mendekat kearah Kirana tanpa rasa takut. "Hallo aunty cantik, aku Aska anak nya Mama karin sama Papa Galang."

"Kirana, kapan kamu mau balik sayang?"

"Atau kamu mau ikut Mama Papa?"

Kirana, perempuan cantik itu bertemu Mama papa nya. Ia tidak tahu dimana tempat ini, yang pasti tempat ini sangat damai. Tidak ada keributan, tidak ada kejahatan dan yang pasti ini membuat Kirana nyaman.

Kirana juga bertemu dengan Papa Mama nya, Kirana merindukan mereka sangat. Kirana rasanya tidak ingin meninggalkan mereka, tapi Kirana juga rindu Karina sang Kakak. Kirana sudah berjanji akan balik ke asalnya, tapi untuk saat ini Kirana ingin bersama kedua orang tua nya dahulu.

"Kirana masih kangen sama kalian,"

"Kirana, kamu tidak bisa berlama lama disini. Kakak mu dan yang lain pasti merindukanmu, kembali lah nak.." Ujar Andra.

"Papa, papa sama mama harus janji sama Kirana buat selalu dateng ke mimpi Kirana ya."

"Kami berjanji sayang, sekarang pergilah ke cahaya putih itu dan temui Kakakmu. Jangan lupa, salamkan rindu kami kepadanya." Ujar Rosa, Mama Kirana.

Kirana mengangguk, Ia mengikuti perintah kedua orang tua nya. Ia berjalan kearah sinar putih itu, semakin dekat kaki nya terasa berat dan semakin dekat juga Ia mendengar teriakan teriakan seseorang. Kirana mendengar teriakan Kenzo, Karina dan Gentala?

Kirana berusaha merangkak kearah sana, kaki nya tidak bisa lagi digerak an. Tapi Kirana terus berusaha mencapai titik sinar putih itu, Kirana meringis ini sakit.

Sampai pada akhirnya, Kirana membuka matanya perlahan. Hal itu membuat semua orang yang ada diruangan itu terkejut bukan main. Kirana mencoba menyesuaikan cahaya yang ada diruangan itu, Ia melihat sekeliling ruangan itu. Disana ada Karina, Galang, Kenzo, Gentala, Cindy dan yang terakhir Ia melihat anak kecil yang belum pernah Ia liat.

Karina menghampiri Kirana yang kesusahan membuka alat pernafasanya, setelah itu Karina memeluk erat tubuh Adiknya yang masih beradaptasit itu. Sungguh, ini seperti mimpi batin Karina.

"Ran?"

Kirana menoleh kearah sumber suara disana, Ia mendapati Kenzo yang semakin tampan menurutnya. Kirana juga melihat Kenzo berkaca kaca, Kirana berdecak memang berapa lama Ia tertidur sampai membuat Kenzo seperti itu?

"Berapa lama?" Tanya Kirana pada sang Kakak.

"10 tahun."

Kirana terkejut, Ia refleks bangun dan menyeret semua alat alat yang ada ditubuhnya,

"Woi, santai santai." Ujar Cindy.

"10 tahun?"

Kirana mengenggam tangan Karina, Ia melihat sebuah cincin terikat dijari manis Karina. "Kak, lo?"

"Ponakan lo." Tunjuk Karina pada Askala.

"Ponakan?"

"Lemot lo!" Ejek Kenzo sambil mengusap air matanya yang sedikit menetes.

"Apasih?"

"Mending lo semua keluar dulu, biarin Kirana adaptasi setelah sekian lama." Ucap gentala yang sedari tadi diam.

Mereka mengangguk, setelahnya satu persatu mulai keluar dari ruangan itu menyisakan Gentala dan Kirana disana. Kirana menatap heran kearah mereka yang keluar, padahal perjuangan Kirana kesini susah tapu sekarang malah ditinggal?

Lamunanya terhenti saat Kirana melihat Gentala duduk di kursi samping brankar Kirana. Gentala juga menggenggam erat telapak tangan Kirana yang masih terpasang infus.
Kirana jadi teringat malam itu, saat Ia dikepung oleh Gentala dan teman temanya.

Ia jadi berpikir, apakah perkataan Gentala tidak main main kala itu? 10 tahun katanya Ia tertidur dan saat ini Kirana masih melihat Gentala disini. Apa Gentala menunggunya? Ah, Kirana juga sekilas ingat, saat itu Gentala lah yang membawa Kirana kerumah sakit setelah tertembak. Gentala juga yang teriak malam malam dirumah sakit agar Kirana cepat ditangani, Kirana ingat.

"Aku kangen.."

"Aku?" Tanya Kirana bingung.

"Kirana, 10 tahun aku selalu nunggu kamu disini Kirana dan aku gak mau lagi nunggu kamu lama lama,"

"Kirana, will u marry me?"

"Hah?"

Gentala berdecak, "singkatnya, kamu mau gak nikah sama aku? sama kayak yang dilakuin Karina sama Galang."

"Gentala, tapi.."

"Kirana, percaya sama aku. Perkataan aku malam itu bukan sebuah candaan."

"Gentala, kamu yakin?"

"Aku yakin, banget."

"Yaudah, kalo kamu yakin aku ikut aja."

Gentala terbelak, ini Kirana menerimanya?!

"Kirana?"

"Iya Gentala, ayo."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

END.

malentendido - ENDWhere stories live. Discover now