- CHAPTER O4

65 2 0
                                    

Bugh!

"Lo bener kan anak buah Gentala?" Bentak Kirana setelah memukul wajah Iqbal dengan keras.

Sore ini, Kirana, Karina, Kenzo dan Cindy kembali meng introgasi Iqbal. Mata mata yang mereka kurung dari 2 hari yang lalu. 2 hari yang lalu, mereka meninggalkan Iqbal dengan keadaan penuh lebam di wajahnya. Iqbal masih tidak mau mengaku atas dasar apa Gentala menyuruhnya kesini.

Hal itu tentu membuat Kirana geram, Karina sang Kakak masih bingung kenapa Kirana begitu emosi ketika tahu mata mata ini berasal dari Gentala. Sebenarnya ada hubungan apa antara Kirana dan Gentala? pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.

"Siapa Gentala sih?"

"Ketua geng Bruiser." Jawab Kirana singkat.

"Bruiser?" Kompak Kenzo dan Karina.

"Bruiser, geng motor yang dikenal seantero Bandung karena kekejam an ketua geng itu. Ketua geng itu Gentala Jericho, anak dari Antonio Jericho. Antonio Jericho itu, pengusaha tambang terbesar di Asia tenggara. Gentala adalah ketua geng Bruiser generasi 15. Iqbal emang anggota Bruiser, dia disuruh kesini sama Galang Arseno, ketua Bruiser angkatan 14." Jelas Cindy panjang lebar.

"Maksud lo?" Tanya Kenzo menatap heran kearah Cindy.

Cindy mengangguk, menjawab kebingungan Karina dan pertanyaan Kenzo. "Gentala dan galang adalah keluarga dari orang yang udah bunuh bokap nyokap nya Karina,"

"Galang sendiri anak dari Windra maynard, adik dari bokap nya Gentala."

Kenzo yang paham mendekati Iqbal dan mencari handphone dari penyusup Aodra itu. Iqbal sedikit berontak, tapi Ia kembali dia saat di tampar keras oleh Kirana. Setelah mendapatkan handphone itu, Kenzo membuka isi handphone itu dan benar saja notif dari Galang dan Gentala beribuan disana. Kirana yang penasaran ikut melihat isi handphone Iqbal, disana Gentala terus mengirim pesan tentang bagaimana misi nya? dan yang paling parah adalah, Iqbal mengirim foto Kirana saat melepas helm yang dikenakan saat balapan kemarin.

Kirana mengambil kasar handphone Iqbal dan memberi tahu pada Karina Kakaknya. Karina tak kalah terkjut saan perbuatan Iqbal yang memfoto wajah Kirana lepas balapan kemarin malam. Ini bahaya, identitas mereka hampir terbongkar. Karina seperti tidak asing dengan yang bernama Galang, seperti pernah bertemu tapi dimana?

"Galang anak Hukum, satu kampus sama kita." Karina mengangguk, menyadari jika Galang memang satu kampus denganya.

Kirana mengendarai motor nya dengan cepat, Ia dikejar oleh seseorang. Kirana tahu, itu Gentala. Gentala membawa sekitar 10 orang untuk ikut mengejarnya. Kirana tidak takut, hanya saja jika melawan Kirana akan kalah jumlah. Ia tidak peduli dengan umpatan masyarakat yang berada disekitar situ.

Ia membelokan motornya ke arah gang menuju rumahnya, tapi belum sempat menaikan laju motornya segerombolan motor mencegahnya. Kirana mencoba berbalik tapi Gentala sudah ada di belakangnya. Mau tidak mau, Kirana harus melawan Gentala untuk kali ini.

Kirana tidak akan melepas helm dan jaketnya, Ia mengunci helm nya agar tidak terlepas. Kirana juga mencabut kunci motornya agar tidak terjadi sesuatu nanti. Ia bergerak mundur saat Gentala mulai berjalan maju mendekatinya. Dari dalam kaca helm, Kirana benar benar menatap benci kearah Gentala yang melalukan cara sampah seperti ini. Mengepungnya, dan membuatnya dalam keadaab terdesak. Gentala benar benar sampah dimatanya.

"Mau kabur kemana lagi lo?"

"Kirana Alvenzhel, who are you?"

Pertanyaan tidak berguna itu membuat Kirana muak, "mau apa lo?"

"Mau lo."

Gentala mengisyaratkan anggota yang dibelakangnya untuk memegang Kirana, melihat intruksi Gentala pada orang yang dibelakang nya Kirana semakin was was dan benar saja, 2 orang menarik jaket kulitnya sampai Kirana tidak bisa bergerak.

"BANGSAT LO!"

Kirana berontak sekuat tenaga, tapi tenaga dua orang itu tak bisa Ia kalahkan. Kira melihat wajah Gentala yang kini sejajar dengan wajahnya. Tangan Gentala mulai mendekat untuk membuka helm nya, itu membuat Kirana murka. Kirana melakukan berbagai cara, salah satunya mengangkat tubuhnya dan menendang Gentala sampai terjatuh.

Gentala menggeram, Ia bangun dengan kasar. Mendekat kearah Kirana dan membuka paksa helm full face Kirana. Gentala terdiam saat melihat wajah cantik Kirana. Gentala akui, Kirana memang cantik bahkan sangat cantik. Hidung nya yang mancung, bibir tipis dan mata Kirana yang indah. Gentala menyukainya.

"Cantik."

Gentala menghadap kearah belakang, terkekeh melihat teman teman nya yang terkejut. "Woi, gue jatuh cinta."

Hal itu membuat sahabat sahabat Gentala terkejut, ini bercanda atau hanya jebakan? Gentala tidak pernah ingin disentuh dengan perempuan manapun kecuali Bundanya. Tapi melihat wajah Gentala yang tidak main main, mereka jadi yakin dengan ucapan Gentala. 18 tahun hidup, Gentala tidak pernah merasakan debaran saat bertatapan dengan seorang wanita. Gentala yakin, dia jatuh cinta saat melihat Kirana pertama kali. Kirana berhasil mengalihkan dunia nya. Ia bersumpah, akan menjadikan Kirana miliknya dan hanya untuknya.

Kirana sendiri tak kalah terkejut dengan hal itu, Ia berpikir Gentala tidak waras yang gampang jatuh cinta hanya dengan satu pandangan. Kirana tidak menganggap ini serius, Ia ingin lepas dari Gentala malam ini dan ingin membalaskan dendam nya ke Antonio, ayah dari Gentala. Kirana benci Gentala, dia bisa hidup bahagia tanpa rasa bersalah. Apa Gentala tidak sadar atas tatapan benci Kirana?

"Lo, punya gue." Ucap Gentala tanpa ingin di bantah.

"Gue bukan punya lo, lepasin gue anjing!"

"Sayang.."

"Jijik anjing, gue bunuh lo!" Balas Kirana tak mau kalah.

"Tapi sebelum bunuh lo, gue harus bunuh bokap lo dulu."

"Apa maksud lo hah?!" Tanya Gentala tak terima.

"Lo!" Kirana menunjuk wajah tampan Gentala tanpa rasa takut.

"Lo, anak pembunuh Gentala."

Bugh!
Bugh!
Bugh!

"GUE BENCI LO BAJINGAN!"

"BOKAP LO UDAH REBUT KEBAHAGIAN GUE, BOKAP LO PEMBUNUH ANJING!"

bugh!

"LO, GUE BENCI LO!"

Kirana terus memukuli Gentala tanpa ampun, Gentala hanya pasrah. Ia tak mau melawan, membiarkan gadisnya untuk memukulinya. Gadisnya? ya, Gentala sudah mengklaim Kirana sebagai gadisnya. Teman teman Gentala ingin menghalangi Kirana, tapi Gentala mengisyaratkan untuk jangan menghalangi Kirana. Setelah dari sini, Gentala harus cari tahu maksud dari omongan Kirana.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

malentendido - ENDWhere stories live. Discover now