Oci sudah rapi dengan rok denim dan kaos putihnya duduk di meja makan. Tentu saja pemandangan yang tidak biasa, apalagi untuk Jessy dan Rumi. Penghuni kontrakannya dipastikan akan terlihat keberadaannya maximal jam 1 siang kalau sudah hari minggu, tapi ini masih jam 8 pagi dan sudah ada yang menghuni meja makan."Tumben kak udah mandi, mau kemana?" Tanya Jessy menghampiri Oci yang sedang mengunyah roti panggangnya.
"Mau pergi" jawab Oci.
"Yeee ya tauu, kan ditanya kemana cii" kesal Rumi, ia baru saja selesai melakukan jogging pagi karena merasa sudah gemukan.
"Gue juga gaktau" jawab Oci lagi.
Jessy dan Rumi saling tatap, reflek Jessy memegang dahi kakak kontrakannya itu takutnya ngawur karena lagi sakit.
"Hmmm normal mi" ucap Jessy.
"Kak, lo jangan macem-macem deh" rengek Rumi.
"Huff, gue emang mau pergi tapi gue gak tau bakal kemana ini lagi nunggu di jemput" jelas Oci setelah rotinya habis.
"Sama siapa? Tumben banget deh, biasanya selalu ngosongin minggu buat tidur" respon Jessy.
"Ini juga terpaksa, mau nebus dosa gue" dumel Oci. Kemudian ketiga terdiam karena mendengar suara motor memasuki area kontrakan mereka.
"Gue duluan ya, mandi lo mi bau banget" ejek Oci sambil berbegas keluar.
"GAK LO BILANG JUGA GUE LANGSUNG MANDI" amuk Rumi. Jessy yang di sampingnya pelan-pelan mundur sambil menutup hidungnya, Rumi melihat gelagat Jessy dan ia tersinggung bukannya langsung pergi Rumi malah memeluk Jessy yang sekarang sudah pura-pura pingsan kebauan.
_______
"Jadi kita mau kemana?" Tanya Oci sambil memakai helm.
"Hmmm belum tahu sih, jalan aja dulu" jawab Wilmar.
"Gak ada tujuannya gitu?" Sekarang Oci sudah duduk manis di belakang.
"Gue cuma minta temenin gue seharian ci, cuma gue juga gak tau mau kemana" ucap Wilmar sambil mengoper jaketnya untuk menutupi kaki Oci yang terekspos karena ia memakai rok.
Oci memilh untuk tidak menjawab lagi, ia jelas bingung tapi what can expect from Wilmar yang kelakuannya gak bisa ditebak. Baru sekitar 20 menit berjalan tanpa arah, Wilmar membuka suara lagi.
"Mampir ke kosan gue dulu ya"
"Kenapa? Ada yang ketingalan?" Wilmar hanya mengangguk.
Sampai mereka di kosan Wilmar,
"Ci keberatan gak kalo jalan-jalannya gak jadi?"
"Kenapa? Lo aneh banget sumpah"
"Ehehehe tiba-tiba gue mager jalan jauh, kita nonton aja yuk"
"Disini?" Oci sebenarnya sudah biasa masuk ke kosan teman cowonya seperti Bams dan teman-temannya bahkan apart Janu tapi entah kenapa ia ragu untuk masuk ke kosan Wilmar.
"Iya, tapi kalo lo gak nyaman ki-" belum beres Wilmar menjelaskan, Oci sudah melewatinya untuk masuk ke kamarnya. Wilmar kaget tapi senyumnya merekah.
Kamar Wilmar cukup rapi, Oci yang masuk duluan itu bingung karena tempat duduk di kamar itu hanya tempat tidur Wilmar. Ia sempat melihat karpet bulu tetapi posisinya belum di gelar, ia segan tapi kalau tidak duduk akan terlihat awkward. Wilmar yang melihat Oci celingak-celinguk hanya tertawa kecil.
"Duduk aja ci di kasur, santai" ucap Wilmar.
"O-okay, tapi kita mau nonton dimana? Laptop?" Tanya Oci, ia tidak melihat TV dikamar ini.
"Make yourself comfortable" jawab Wilmar, ia segera berjalan menuju meja belajarnya mengambil alat kecil dan laptopnya. Ia kemudian kembali ke dekat kasur dan menarik layar polos di sebrang kasur dan menyeting alat kecil tersebut.
"Waahh, keren"
"Nih pilih aja filmnya" Wilmar menyerahkan laptopnya.
"Lo suka genre apa?" Tanya Oci sambil scroll film di netflix.
"Gue nonton basically everything" Wilmar menjawab sambil mengeluarkan alat perangnya a.k.a cemilan.
"The Notebook?"
"Sure" Wilmar membawa cemilannya ke atas kasur dan disambut meriah oleh Oci. Sejujurnya ini kegiatannya tiap minggu di kamar, ia sempat bete karena harus bagun pagi di hari minggu tapi moodnya kembali baik karena bisa bersantai meskipun bukan dikasurnya.
Detik film dimulai, keduanya fokus menonton sambil mengunyah padahal mereka sudah menonton film ini berkali-kali tapi tetap saja terhanyut ke dalam filmnya. Mereka sesekali berdiskusi tentang what if scenarios di film tersebut, sampai di climax film yang membuat Oci menangis. Wilmar menertawakan Oci karena sampai akhir film tangisan Oci belum reda juga.
"Hey, udah kali, udah beres nih"
"T-ttapi se-hiks dih huhu" Oci memeluk guling yang daritadi ada di dekatnya
"Sstt sst udah" Wilmar menepuk-nepuk kepala Oci untuk menenangkannya. Reflek Oci menyenderkan kepalanya ke dada bidang Wilmar sambil masih memeluk guling. Tangan Wilmar berpindah melingkari bahu Oci dan mengusap pelan.
"Kalo lo jadi Allie, lo milih Noah apa Lon?" Tanya Wilmar saat Oci sudah tenang.
Oci yang masih di posisi yang sama mendongak untuk melihat Wilmar, ia kemudian berpikir. Wilmar membawa tangan kanannya memainkan rambut panjang Oci, ia juga ikut menunduk untuk melihat Oci.
"Hmmm mungkin Lon? Karena gue percaya pepatah yang bilang if you love 2 people at the same time, choose the second one because if you really loved the first one, then you wouldnt have fallen for the second" jawab Oci menatap Wilmar.
Suasana di kamar itu jadi sunyi setelah film yang sudah selesai, cahayapun redup ditambah langit yang mulai gelap pertanda akan hujan. Entah karena terbawa suasana atau apa, tangan Wilmar yang sebelumnya bermain dengan rambut Oci perlahan naik hingga rahang Oci, tangan kirinya turun ke pinggang ramping Oci. Oci yang semula bersandar di dada Wilmar sekarang sudah duduk, ia dapat merasakan jarak yang mulai menipis. Keduanya sadar apa yang akan terjadi tapi tak satupun dari mereka berniat menyela, Wilmar melirik bibir ranum Oci mengisyaratkan izin yang dibalas Oci dengan menutup matanya.
Wilmar kemudian menghilangkan jarak itu. Bibir Oci terasa manis dan sedikit asin akibat sisa tangisnya, dari kecupan berubah menjadi lumatan yang lembut. Oci ikut membalas lumatan itu, ia juga mengalungkan tangannya di leher Wilmar. Ciuman itu mulai tergesa, Wilmar semakin menarik pinggang Oci untuk mendekat padanya hingga mereka di kagetkan dengan suara hp Oci. Oci melepas cumbuan itu, dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya, ia sadar betul siapa penelpon tersebut karena ringtone khusus yang ia bedakan.
"Sorry" gumam Oci sambil mengambil hpnya dan bergegas keluar dari kamar Wilmar meninggalkan Wilmar yang cukup terkejut dan sedikit kecewa.
Oci tidak mengangkat telpon tersebut, ia butuh waktu untuk mencerna apa yang telah ia lakukan. Telpon itu kembali berdering, Oci menghela nafas dalam dan mengangkat telpon tersebut.
"Ya?"
"Ci? Are you busy? Sorry gue telpon, ini gue di kontrakan lo tapi lo gak ada. Lo dimana?" Tanya Ayden dari sebrang sana.
"Hah? Lo ngapain di bandung?" Panik Oci.
"Gue besok kan mau ada job, i told you"
"Ah iya, lo ke Janu dulu aja deh nanti gue nyusul"
"Okay, tumben banget lo minggu gak di kontrakan"
"Eh em iya, anu, ada kegiatan"
"Oke oke, sorry ya kalo gue ganggu sana lanjut aja" ucap Ayden sambil memutuskan telpon.
"Shit. Ambigu banget, aduh udah gila gue" batin Oci, ia tak henti memukul-mukul kepalanya. Bisa-bisanya ia lupa Ayden bakal main ke Bandung, bisa-bisanya ia balas ciuman Wilmar.
"Anjing gue merasa kaya lagi selingkuh padahal gue jomblo" gumamnya.
-TBC-
Im sorry gaisss, aku dari kemarin sakit dan makin sakit pas tau Rosé covid, jadi belum bisa update ini baru masuk kantor lagi huhuhu
Jaga kesehatan semua ya!
Thank you for reading, jangan lupa vote dan commentnya🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosemary🌷
Любовные романыTentang kehidupan kampus Athellica Rosdinata a.k.a Oci bersama sahabatnya, gebetannya dan teman-temannya yang selalu mewarnai hari-harinya.