3 - Regan

1.1K 107 1
                                    

Bian melaju dengan kecepatan tinggi. Wajah dinginnya menjadi lebih serius dan tegang.

Tapi tiba tiba hatinya menjadi tenang. Nafasnya mulai kembali teratur. Seperti Bian baru kembali ke alam sadarnya. Bian menengok ke arah Reno. Laki laki dengan wajah sok kuatnya kini berubah menjadi wajah anak laki laki yang polos dan manja.

Wajah itu teduh, matanya terpejam tenang. Smartwatch nya sudah lama tak berbunyi. Tadi Bian sempat meminumkan obat untuk Reno. Dan untungnya kini jantung Reno sudah stabil.

Bian menengok ke arah jemari pucat yang kini terletak diatas punggung tangan Bian. Sedangkan tangan kirinya memegang oksigen portable.

Bian menurunkan kecepatannya.

Ponsel Bian bergetar. Sebuah nama yang tak asing tertera pada ponsel Bian.

Ayah Reno.

Bian mengangkatnya.

"Bagaimana keadaannya?" Suara di seberang telpon terdengar panik.

"Bian udah minumin Reno obat, om. Sekarang lagi perjalanan ke rumah sakit"

"Regan mana?"

Bian diam tak menjawab.

"Om ke rumah sakit sekarang. Kabarin om terus ya"

"Iya om"

***

Gilang duduk di ruang tunggu operasi dengan gelisah.

Sedangkan Bian memilih untuk menjauh dan mencari udara segar.

Ayah Bian mendekat pada Gilang. Membisikan kalau anak sulungnya sudah sampai rumah sakit.

Dan benar saja. Regan baru saja datang dan mendekat pada ayahnya itu. Tapi tanpa disangka, satu tamparan keras mengenai wajah Regan. Membuat ujung bibirnya sedikit robek.

Regan tak melawan, seperti ia sudah terbiasa dengan hal itu.

Para pengawal memilih menjauh dan memberi ruang pada ayah dan anak itu.

Gilang menatap anak sulungnya tajam. Sedangkan Regan hanya memalingkan wajahnya cuek seakan tak peduli akan tamparan keras itu.

Melihat respon Regan yang tak peduli. Gilang menjadi lebih frustasi dan terduduk di bangku tunggu dengan memedam emosinya. Percuma saja Gilang memarahi Regan. Toh anak sulungnya itu tidak lagi mendengarkannya.

"Duduk" perintah Gilang.

Regan tak bisa membantah, ia pun duduk sesuai perintah ayahnya.

"Reno tak bisa bertahan lebih lama lagi. Entah kapan mungkin kejadian seperti ini akan terulang. Sebelum itu terjadi. Ayah mohon.. tolong bantu dia bertahan"

Regan menengok dan menatap tajam ayahnya.

"Apa itu yang ayah katakan juga ke ibu sebelum ibu pergi?" Tanya Regan dengan suaranya yang dalam menahan geram.

Gilang kini balas menengok dan menatap bingung kepada anak sulungnya itu.

Regan mulai berkaca kaca. Ia menahan sekuat tenaga amarah dan tangisnya.

"Ayah yang bikin ibu meninggal kan?" Suara Regan pelan tapi dalam menahan semua gejolak dihatinya.

"Ini semua untuk membalas budi ayah ke ibumu"

"Membalas budi apa?? Ayah pernah mikirin perasaan aku? Perasaaan Reno?"

"Regan, berhenti bersikap kekanak kanakan!" Geram Gilang.

Gilang mengatur emosinya.

Regan sudah tidak tahan lagi berada disana. Ia berdiri dan beranjak pergi.

"Reno lahir supaya kamu hidup" ucap Gilang sendu menatap lantai rumah sakit. Hatinya terasa perih mengingat kenangan 17 tahun silam.

SAYAP PATAH : Reno untuk Regan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang