۪۫❁ཻུ۪۪┊Archi Jinora Pakusadewo.

376 40 0
                                    

╔═════════════════╗

"Seorang bajingan, akan tetap menjadi bajingan."

╚═════════════════╝

.
.
.

Benar saja, pria bertubuh lebih besar dari Jinora, secara paksa menarik dagunya, guna menatap mata tajam dari sang dominan saat ini.

"AKH!!"

"S-SAKIT!"

Cengkraman pada rahang Jinora semakin kuat, dengan paksa, tangan kekarnya menekan pipi bagian luar, sehingga, dengan kasar mulut itu terbuka.

Pria tersebut tak menyia-nyiakan kesempatan, dengan kasar pula, ia memasukkan satu persatu suapan bubur, hingga bubur itu tinggal sedikit, andai saja Jinora tak menangis dan terbatuk-batuk, mungkin, bubur itu sudah habis.

Menyadari bahwa dirinya terlalu kasar dan terlalu cepat menunjukkan sisi buruk dirinya, ia segera melepaskan cengkraman itu, tatapan yang sedari tadi menajam, kini mulai sendu, menatap pemuda manis yang tengah terisak di depannya.

Ia gelagapan sendiri. "Maaf." Sesalnya.

Sungguh, ia benar-benar menyesali perbuatannya, namun, disisi lain, ia terpaku dengan pemandangan di depannya. Seorang remaja dengan pipi chuby tumpah kemana-mana, bibir mungil nan semerah cery, serta air mata yang mengalir membasahi wajahnya, dan jangan lupakan, hidung merah. Benar-benar menggemaskan, ingin rasanya segera menerkam remaja ini, tapi ia sadar, ia bukan seorang bajingan berbentuk manusia. Mungkin.

"Apa saya terlalu kasar?" Seharusnya pertanyaan itu tidak terucap, melihat kedua pipi hingga rahang Jinora yang memerah.

Jinora tak mengeluarkan suara dalam tangisannya, hanya saja isakan kecil yang terdengar. Walaupun hanya isakan, tapi hal itu mampu membuat sosok pria matang menatap iba dan menyesali perbuatannya.

Perlahan, direngkuhnya tubuh ringkih itu ke dalam pelukan. Dengan gerakan retorik, Jinora menyandarkan wajahnya ke dada sang empu. Air mata yang menetes, turut membasahi kemeja biru si empu.

Disaat keduanya larut dalam rasa kasih sayang yang diberikan di dalam pelukan. Keduanya tak menyadari, bahwa pintu telah terbuka, dan menampilkan sosok kecil nan cantik.

"Daddy." panggilnya lucu.

Kedua anak Adam yang mengarungi kesenangan sejenak, mereka menghiraukan panggilan si kecil, hingga akhirnya, si kecil berjalan riang, dan berusaha menaiki kasur king size berwarna biru langit tersebut. Setelah sampai, tangan mungilnya pun, turut andil memeluk kedua insan tersebut, sontak hal itu membuat mereka terkejut.

"Oh! Astaga! Kamu membuat daddy terkejut, baby," ucap si pria, tangan besarnya meraih si kecil untuk duduk di pangkuannya.

Si kecil menurut, ia duduk di pangkuan daddynya, dengan pandangan mata tertuju pada pria cantik yang baru saja berada di dalam hangatnya badan orang tuanya.

"Daddy, kakak cantik ini namanya ciapa?" Tanyanya dengan suara khas anak berusia 4 tahunan.

"Ini teman daddy."

"Hayoo, nama ku Clarycia, panggil aja Cia," ucap si kecil dengan menjulurkan tangan mungilnya, sontak dibalas dengan uluran tangan pula oleh Jinora.

"Nama kakak Jino. Cia umur berapa?"

"Umur Cia, macih 4 tahun."

"Oh ya, kakak temannya daddy? Kok daddy ndak pelnah biyang ke Cia? Daddy mawu Cia mayah? Cia ndak mau kalau daddy punya teman yang jahat kayak dulu!" cerocos si kecil bernama Cia.

[3 : ✔️] 𝐑𝐄𝐍𝐉𝐀𝐍𝐀 •〚𝐁𝐎𝐘𝐒𝐋𝐎𝐕𝐄〛 • 〚𝐎𝐍-𝐆𝐎𝐈𝐍𝐆〛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang