Aku masih ingat saat pertama kali kita bertemu ....
Rindou berdiri di balkon dengan kedua tangannya yang bertumpu pada pembatas besi. Pria jangkung dengan gaya rambut seperti ubur-ubur itu mengambil sebatang rokok lalu mengapitnya di sela jari telunjuk dan jari tengah. Menyalakannya, mengisapnya dengan nikmat, lalu mengembuskannya secara perlahan. Manik kembarnya itu menatap sendu langit malam yang indah. Di bawah sinar rembulan, Rindou kembali mengingat saat-saat pertama kali dirinya bertemu dengan seorang wanita yang ia cintai atau mungkin selalu ia cintai.
Kejadiaannya pada saat 13 tahun yang lalu ....
Seorang remaja laki-laki berusia 18 tahun melangkahkan kaki jenjangnya melewati koridor guna menuju ke kelasnya yang berada di ujung sana. Remaja laki-laki dengan rambut berwarna blonde/blue ditambah dengan kacamata bulat berwarna gold yang bertengger di hidungnya. Matanya menatap tajam pada sekumpulan gadis yang tengah berbisik membicarakan dirinya hingga membuat siapa saja yang melihat aura menyeramkan dari tatapan tajam itu mentalnya langsung ciut seketika.
Namanya Haitani Rindou atau yang biasa dipanggil Rindou itu merupakan adik kandung dari Haitani Ran. Siapa yang tak kenal dengan Haitani bersaudara? Berandalan yang menguasai daerah Roppongi. Apalagi dengan kekuatan mereka yang kuat serta tak kenal ampun itu. Kedua saudara yang tampan, namun sayang mereka hampir bersikap tak berperasaan.
Ketika Rindou sampai di depan kelasnya, semua murid yang sekelas dengannya menyingkir—memberi jalan saat Rindou menatap tajam pada murid-murid yang tadinya tengah berkerumun itu. Rindou duduk di bangku paling belakang tempatnya di samping jendela. Rindou mendudukkan dirinya, menopang dagunya dengan sebelah tangannya sembari memperhatikan ke arah luar jendela. Rindou tak memiliki teman dekat di kelasnya sebab mereka terlalu takut dan ragu untuk berbicara dengan si bungsu Haitani. Menatap matanya saja mereka sudah gemetar hebat. Rindou sendiri juga tak pernah mau bergaul dengan teman kelasnya sendiri. Mereka terlalu membosankan baginya dan terlalu banyak berbicara. Berisik. Dan yang perempuan juga terlalu banyak tingkah, mencari perhatian ke sana kemari, berdandan menor dan berpenampilan seperti wanita penggoda, terlalu banyak bicara, dan selalu berteriak tidak jelas seperti Tarzan.
Rindou hanyut dalam lamunannya hingga tak menyadari bahwa bel masuk sudah berbunyi dan guru pengajar sudah masuk ke dalam kelas. Tatapan Rindou masih terpaku ke luar jendela, entah apa yang membuat dirinya terus-terusan menatap ke luar.
Guru laki-laki tersebut yang notabenenya adalah wali kelas di kelas Rindou sekaligus guru yang mengajar hari ini di kelas Rindou. Pria yang sudah berkepala lima itu membetulkan letak kacamatanya yang tadi sedikit merosot.
"Selamat pagi, anak-anak!" sapanya pada semua muridnya.
"Selamat pagi, Misato Sensei!" sahutnya serempak minus Rindou.
"Hari ini kalian kedatangan teman baru." ucap Misato dengan senyum yang mengembang.
Para muridnya sedikit terkejut mendengar hal itu. Ada yang merasa senang karena akan mendapatkan teman baru, ada yang merasa penasaran dengan penampilan dari murid baru itu, dan ada juga yang berbisik-bisik tak enak terhadap murid baru tersebut. Sedangkan Rindou tak minat untuk mendengarkan.
"Silakan masuk!" seru Misato mempersilakan murid barunya masuk ke dalam kelas.
Ia menurut dan melangkahkan kakinya memasuki kelas. Menempatkan dirinya di sebelah Misato.
"Nah, sekarang perkenalkan dirimu pada mereka yang nantinya akan menjadi teman barumu." ucap Misato.
Remaja itu mengangguk patuh.
"Namaku Hitori Ryu. Salam kenal, ya!" ucapnya dengan ramah sambil membungkukkan badannya sopan.
Semuanya terpesona dengan kecantikan gadis di depan ini. Senyumannya manis, suaranya lembut dan tenang saat didengar, wajahnya yang sempurna tak ada celah—cantik rupawan bagaikan Dewi Yunani, ditambah lagi aura positif yang terpancar dari gadis itu.
Semuanya berbisik kagum satu sama lain. Ternyata teman baru mereka adalah seorang titisan bidadari.
Rindou yang awalnya merasa tak minat itu akhirnya mengalihkan pandangannya. Kedua manik matanya mulai terpaku pada seorang gadis yang masih berdiri di depan sana.
"Nee, Hitori-chan. Silakan duduk di bangku sebelah Haitani-kun."
"Haitani-kun, angkat tanganmu!"
Rindou mengangkat sebelah tangannya. Gadis itu menatap Rindou untuk sesaat dan setelahnya mulai berjalan menuju tempatnya akan duduk.
Namun sebelum ia berjalan ke tempat duduknya, Misato berpesan kepada muridnya agar bisa berteman baik dengan murid baru tersebut.
Gadis itu mulai mendudukkan dirinya tepat di sebelah Rindou. Ia menolehkan kepalanya ke arah Rindou sambil tersenyum ramah.
"Namaku Hitori Ryu. Namamu siapa?" tanyanya mengajak Rindou untuk berkenalan.
"Haitani Rindou." jawab Rindou dengan wajah yang datar seperti biasanya.
"Wah, nama yang keren! Sama seperti orangnya." puji gadis itu yang sukses membuat hati Rindou berdebar.
Baru kali ini ada gadis yang berani berbicara dengannya, menatap matanya, dan memuji dirinya. Ah, mungkin karena dirinya belum tahu siapa Rindou sebenarnya makanya gadis itu tidak merasa takut pada Rindou.
"Terima kasih." balas Rindou pada pujian tadi.
Gadis itu mengangguk, "Kau mau makan siang bersamaku?" ajaknya.
Rindou tersentak kecil. "Ano ... Hitori-san,"
"Eh? Panggil aku Ryu saja. Jangan terlalu formal begitu. Anggap saja kita sudah lama kenal." Lagi-lagi senyuman manisnya mengembang.
Rindou mengangguk patah-patah. "Nee, Ryu-chan. Apakah kau tidak salah mengajakku untuk makan siang bersama?" tanya Rindou canggung.
"Santai saja. Anggap saja itu sebagai tanda bahwa kita sudah resmi berteman. Hehehe." jawabnya diiringi kekehan kecil.
Rindou ber-oh kecil. Remaja itu kembali melayangkan pertanyaannya.
"Kau tidak takut denganku?"
"Kenapa? Kau tidak menyeramkan, tuh!"
"Kalau kau tahu siapa aku sebenarnya, kau pasti akan takut padaku sama seperti mereka."
Ryu mengangkat bahunya cuek. "Aku tak peduli siapa kau sebenarnya. Aku hanya mau berteman. Apa salahnya?"
"Tidak ada salahnya, kok."
Rindou menatap malas ke arah teman kelasnya yang sedang menatap Ryu dan Rindou sambil berbisik membicarakan interaksi kedua remaja yang baru saja berkenalan tadi.
Ryu mengikuti ke mana arah pandang Rindou. Lantas gadis tersebut terkekeh kecil.
"Jangan dipedulikan. Anggap saja mereka hanyalah lalat." kelakar gadis itu sambil menyengir lebar.
Rindou mengangguk sambil tertawa kecil. Benar. Untuk apa juga ia pedulikan omong kosong mereka? Toh, tidak akan berpengaruh pada hidupnya sama sekali.
Dulu, kelasnya kedatangan murid baru yang merupakan pindahan dari Eropa. Hitori Ryu. Gadis yang berdarah Jepang–Eropa itu berhasil merebut hati Rindou. Semua kenangan tentang gadis itu melekat pada ingatan si Haitani bungsu. Sulit untuk melupakan cinta pertama. Hitori Ryu selamanya akan menjadi orang favorit Rindou. Dan Hitori Ryu akan selalu berada di sisi Rindou.
..., kau orang yang asik dan ramah. Kau satu-satunya gadis yang tak takut terhadapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories and Cigarettes || Haitani Rindou x female
Fiksi PenggemarSi Haitani bungsu yaitu Haitani Rindou merupakan seorang eksekutif di organisasi terkejam di Jepang yaitu Bonten. Siapa yang tak tahu Bonten? Organisasi kriminal terkejam dan terlicik di Jepang. Keberadaannya selalu tak bisa diketahui oleh polisi. B...