9. Nightmare

289 43 1
                                    

Mimpi buruk itu ....

Rindou terbangun dengan nafasnya yang memburu, juga dengan pelipisnya yang dipenuhi oleh keringat dingin. Pria itu tidak sengaja tertidur di sofa markas. Ia mendudukkan dirinya, lalu menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa. Memijit pelipisnya yang terasa pening. Rindou ingat, semalam ia banyak meminum alkohol bersama dengan Sanzu. Selesai dengan pekerjaannya, Rindou dan Sanzu memutuskan untuk pesta alkohol. Ya, hanya berdua. Sebab, yang lain menolak ketika diajak. Tak apa, berdua saja juga menyenangkan.

Rindou menghela napasnya berat ketika ia kembali mengingat mimpi buruknya itu. Rasanya seperti nyata. Dan semua itu terekam jelas dalam ingatannya.

Rindou menunduk, menatap arloji yang melingkar di tangan kirinya. Sudah menjelang fajar, ternyata. Rindou mengedarkan pandangannya ke sekitar, guna mencari keberadaan seseorang yang merayakan pesta alkohol semalam. Namun, nihil. Keberadaannya tak ditemukan sama sekali.

Rindou bangkit. Memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Rindou menduga, pasti Ryu akan khawatir padanya, karena ia tak pulang semalaman. Buru-buru ia keluar dari markas. Namun, saat Rindou sudah berada di ambang pintu, bertemulah ia dengan Sanzu yang penampilannya sama sepertinya. Berantakan, dan aroma alkohol yang menguar dari tubuh dan pakaian mereka.

"Oh, Rin? Mau kemana kau?" tanyanya.

"Aku ingin pulang." jawab Rindou.

Sanzu mengibaskan tangannya ke udara, "Sudahlah, tak perlu pulang. Di sini saja. Sebentar lagi juga yang lain akan datang." cegah Sanzu agar Rindou tidak pulang.

"Ada seseorang yang menungguku di apartemen." sahut Rindou.

Sanzu mengernyit bingung, "Siapa?" tanyanya penasaran.

"Orang penting." jawab Rindou sekenanya.

Lalu, ia mengabaikan Sanzu. Rindou berjalan melewati pria jangkung di sebelahnya itu dengan acuh. Tak mengindahkan teriakan Sanzu yang mencegahnya untuk pulang. Persetan dengan Sanzu, ia akan tetap memilih pulang guna menemui kekasihnya yang sudah pasti khawatir dan menunggunya.

Rindou mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Membelah jalan raya kota Tokyo yang mulai ramai pengguna. Setibanya di halaman parkiran apartemen, Rindou bergegas turun dari mobilnya. Segera menuju ke apartemennya yang berada di lantai 6.

Menempelkan kartu pengguna VVIP, pintu langsung terbuka. Rindou segera melangkah masuk ke dalam apartemennya. Langkah lebarnya membawanya ke kamar ke-dua, di mana kekasihnya berada.

Membuka pintunya perlahan, Rindou dibuat tersenyum tipis saat melihat pemandangan pertama kali yang ia lihat saat pintu terbuka. Di mana kekasihnya masih tertidur pulas. Tak ingin mengganggu waktu tidurnya, Rindou menutup kembali pintunya.

Kini ia berniat membuatkan sarapan untuk dirinya dan juga Ryu. Namun, sebelum itu, Rindou pergi ke kamarnya guna membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Tak butuh waktu lama bagi Rindou, ia sudah selesai dengan kegiatannya. Pria yang terbalut kaos oblong putih dengan celana hitam selutut itu, sudah berada di dapur. Sebelum memasak, Rindou menggunakan apronnya terlebih dahulu dan mencuci tangannya bersih.

Menu sarapan hari ini adalah telur dadar.

Rindou membuka lemari pendinginnya, mengambil 4 butir telur ayam. Lalu ia memecahkan telur-telur tersebut dan memasukkan isinya ke dalam sebuah wadah. Tidak lupa ia beri bumbu penyedap secukupnya agar rasanya tidak terlalu hambar. Sambil menunggu teflonnya panas, Rindou mengocok adonan telurnya hingga sedikit berbusa. Saat dirasa sudah panas, lekas ia masukkan adonan telurnya ke dalam teflon, Rindou mulai memasaknya dengan gerakan yang lihai.

Selagi menunggu telurnya matang, Rindou mengambil beberapa kaleng soda dari dalam lemari pendinginnya. Matanya yang fokus pada televisi yang menampilkan acara kesukaannya, sampai ia melupakan telur dadarnya yang belum ia balik sama sekali. Ditambah lagi dengan suhu apinya yang lumayan tinggi, membuat telur itu menjadi gosong di bagian bawahnya.

Rindou yang mencium aroma terbakar, lantas menoleh ke arah kompornya. Dan benar saja, telurnya gosong. Buru-buru pria itu mematikan kompornya dan segera meletakkan telurnya ke piring. Lagi-lagi ia memasak telur gosong. Entah sudah berapa kali Rindou melakukan hal yang sama seperti ini.

Ryu yang terbangun karena mencium aroma sangit dari dapur, lantas terbangun dalam keadaan panik. Takut jika itu kebakaran. Ia berlari dengan tergesa-gesa menuju dapur. Perasaan panik dan kagetnya bertambah saat ia melihat Rindou tengah menunduk dengan air wajah yang bingung bercampur sedih.

"RIN! KEBAKARAN!!" Ryu berteriak panik.

Rindou yang mendengar itu, sontak ikut panik. Pria itu buru-buru berlari ke kamar mandi tamu guna mengambil air dengan ember.

Rindou keluar dengan tangan kirinya yang menenteng sebuah ember berukuran sedang yang penuh berisi air, dan juga tangan kanannya yang memegang gayung.

"MANA? DI MANA KEBAKARANNYA?" Rindou bertanya panik, sambil celingukan ke kanan dan ke kiri.

"KOMPOR, RIN! KOMPOR!" jawab Ryu berteriak sambil menunjuk heboh pada kompor yang terdapat teflon bekas Rindou menggoreng telur.

Dengan gerakan secepat kilat, Rindou mengguyur kompor tersebut dengan air yang ia bawa. Keduanya menghela napas lega. Namun, detik berikutnya, Rindou tersadar. Kedua matanya membulat sempurna.

"Astaga! Itu kan kompor yang aku gunakan tadi." ucapnya sambil menepuk keningnya.

Ryu mengernyit, "Apa?" sahutnya bertanya.

"Tadi, baru saja aku habis memasak telur untuk sarapan kita. Namun, telurnya gosong. Karena aku terlalu fokus menonton televisi sehingga melupakan telur yang masih berada di teflon dengan kompor yang menyala. Ditambah, suhu apinya lumayan tinggi. Jadi, ya, begitulah ...." jelasnya.

Ryu membulatkan bibirnya sambil menganggukkan kepalanya paham. Tetapi, detik setelahnya, ia juga membulatkan matanya tak percaya. Sama halnya dengan Rindou barusan. Kaget.

"Jadi, bau sangit itu berasal dari telur yang kau goreng!?"

Rindou mengangguk. "Iya. Memangnya kenapa?"

Kini berganti Ryu yang menepuk keningnya.

"Aku pikir, ada kebakaran di dapur. Makanya aku bangun dalam keadaan panik. Ditambah lagi, aku melihatmu berdiri di dapur yang seperti orang bingung sekaligus sedih, sebab kau tengah menunduk seperti sedang melihat sesuatu." ucapnya.

Rindou mencerna ucapan Ryu. Pria itu menaruh jari telunjuknya di dagu, tampak sedang berpikir.

"Jadi, itu alasan kau berteriak 'kebakaran'?" tanya Rindou memastikan.

Ryu mengangguk.

"Oh, astaga. Kupikir memang benar ada kebakaran. Ternyata, tidak." ucap Rindou.

Ryu tertawa, "Dan fakta lucunya, kita berdua sama-sama bodoh." guraunya yang membuat Rindou ikut serta tertawa.

Melihat Ryu yang tertawa bahagia akibat kebodohan yang mereka lakukan, membuat Rindou ikut merasa bahagia juga. Namun, sepersekian detik setelahnya, air wajah Rindou kembali berubah menjadi sendu. Ia kembali teringat dengan mimpi buruk yang dialaminya.

Mengapa ia harus bermimpi seperti itu? Apakah itu sebuah pertanda? Pertanda kalau ada hal buruk lainnya yang akan terjadi. Ataukah, memang mimpi buruk itu akan terjadi dalam waktu dekat yang akan menimpa hubungan keduanya? Entahlah.

..., semoga saja, tidak benar-benar terjadi. Sebab, aku tak siap untuk menerima kenyataan sepahit itu.

Memories and Cigarettes || Haitani Rindou x femaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang