"Woi, Fen!"
Ricky berlari memasuki kelas dengan ekspresi yang terlihat sedikit panik.
"Apaan?" Fenly mengerutkan dahinya.
"Cowok pecundang itu..." Ricky menarik kursinya dan langsung duduk. "Ada kabar dia meninggal."
"HAH?!" Fenly membelalakkan matanya kaget.
Refleks, beberapa siswa/i di dalam kelas tersebut langsung menoleh kaget ke arah Fenly. Chelsea -yang sedari tadi hanya menenggelamkan kepala di atas lipatan tangannya juga langsung menoleh ke sampingnya. Perlahan, Chelsea melepas earbuds yang terpasang di telinga kanannya.
"Maksud lu tukang bully kemarin?" Tanya Fenly memastikan.
"Iya." Ricky mengangguk cepat. "Siapa lagi kalau bukan dia."
"Lu serius, Rik?!" Tanya Fiki dengan cepat.
"Kapan sih gue bercanda, Fik." Ricky mendesah pelan.
"Dia meninggal kenapa?" Fiki mulai tertarik dengan pembicaraan mereka.
"Gue juga kagak tau." Ricky menggeleng pelan. "Tapi tadi pagi dia ditemui udah kagak bernyawa di taman belakang sekolah, katanya sih dia meninggal dari kemarin. Kalau diliat sekilas, kepalanya kyk ditembak gitu tapi anehnya polisi kagak nemu peluru di sekitar dia." Ricky menjelaskan semua yang dia ketahui.
"Lu pada inget kagak?" Tanya Fiki cepat.
"Inget apaan?" Fenly menatap Fiki heran.
"Kemarin dia bilang mau ketemu cowok itu pulang sekolah." Ucap Fiki.
"Kagak mungkin dia yang ngelakuin itu." Ricky menggeleng cepat.
"Eh, kita kan kagak tau." Fiki mengangkat kedua bahunya pelan.
Chelsea kembali memasangkan earbuds pada telinganya dengan malas.
"Lang, Lang!" Melihat Gilang memasuki kelas, Fiki langsung memanggilnya dengan cepat.
Dengan ekspresi datar dan langkah santai, Gilang menghampiri ketiga temannya itu.
"Lu udah tau tukang bully kemarin meninggal?" Tanya Fiki to the point.
"Maksud lu?" Gilang mengerutkan dahinya heran.
"Cowok kemarin." Ucap Fiki cepat. "Katanya dia meninggal ditembak kemarin di taman belakang." Jelas Fiki singkat.
"Siapa yang nembak dia?" Tanya Gilang datar.
"Sampe sekarang, polisi yang periksa TKP juga belum tau." Ucap Ricky cepat.
"Kagak aja jejaknya?" Tanya Gilang.
"Nah, itu masalahnya." Ucap Ricky. "Lu tau sendiri kan kemarin hujan deras banget. Semua jejak TKP udah ilang."
Gilang menundukkan kepalanya perlahan, dia merasakan ada sesuatu kejanggalan sekarang. Di sisi lain, salah satu ujung bibir Chelsea terangkat tipis dan hal itu diperhatikan oleh Farhan sedari tadi.
҉҉҉
"LU MASIH KAGAK NGERTI?!"
Laki-laki berjas mendorong tubuh laki-laki tanpa jas dengan keras ke atas rerumputan. Suasana taman kali ini sangat sepi karena jam sekolah sudah selesai sejak 2 jam lalu, hanya ada mereka berdua.
"Ma... Maafin gue." Laki-laki tanpa jas menunduk ketakutan.
"KAGAK ADA KATA MAAF!" Bentak laki-laki berjas. "Gue dihukum sama guru. Jadi lu juga harus terima hukuman."
Laki-laki berjas itu langsung menendang tubuh laki-laki di depannya dengan keras hingga dia meringis kesakitan.
"Kagak bakal ada yang nolongin lu sekarang." Laki-laki berjas itu tertawa sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Girl & S.O.U Boy || UN1TY × StarBe [END]
Fanfiction"Lu kagak boleh jatuh cinta sama gue, atau lu bakal terluka." Mafia? Perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang kejahatan? S.O.U? Bagian kepolisian yang bergerak di bidang anti-terorisme? Siapa sangka putri sulung keluarga mafia harus bertemu denga...