Bagian 3

92 19 0
                                    

Satu tahun hubungan kita, aku semakin mencinta

Bulan-bulan berlalu, di sela kesibukan kuliah, kami selalu menyempatkan untuk bertemu. Melepas penat dalam rengkuhan hangat, katanya.
Seperti saat ini, kami tengah hanyut dalam pesona indah langit senja. Jungkook duduk bersandar pohon, sedangkan aku bersandar di dadanya, nyaman sekali.

"Ini enak sekali. Sayangku sangat pintar membuatnya. Kau sangat pandai dalam banyak hal. Kalau kata orang, tidak ada yang sempurna, berarti mereka tidak pernah mengenalmu." Dia berkata sambil mengunyah kue kering yang ku buat pagi tadi, khusus untuknya. Kalian tahu, Jungkook selalu memujiku, apapun yang kulakukan dia selalu ada di sisiku dan berkata jika aku yang terbaik.

Sudah satu jam lebih di sini, kami berbicara tentang banyak hal. Yang paling ku ingat, Jungkook bilang jika dia ingin memiliki studio musiknya sendiri, menulis banyak lagu tentangku dan kisah cinta kami agar dunia tau betapa beruntung dirinya. Aku tersenyum, membelai surai hitamnya. Aku percaya suatu saat dia bisa mencapai mimpinya, dan sampai hari itu tiba, aku ingin selalu bersamanya.

Jungkook mengantarku pulang saat langit mulai gelap. Masih dengan vespa biru muda andalannya, kami menyusuri kota.
Jungkook memberitahu jika vespa biru muda ini ia dapat dari kakeknya, antik, maka tak heran jika motor ini sering mogok. Pernah sekali kami akan pergi ke bioskop tapi di tengah jalan, kesayangannya ini merajuk. Terpaksa kami harus mendorongnya hingga ke bengkel. "Ji, duduk saja di atas, aku kuat mendorongnya sendiri. Nanti kau lelah." Dia memaksa, tapi aku keras kepala. Sangat tidak tahu diri jika aku melakukan itu.

Sampai di bengkel, Jungkook mengambil kursi untukku, hanya ada satu, ia harus berdiri sambil menunggu. "Tidak sayang, tubuhku besar nanti sempit. Biar aku berdiri," katanya saat aku mengajaknya berbagi kursi. Cukup lama kami menunggu, filmnya sudah terlewat. Ia berulang kali meminta maaf, padahal aku sama sekali tak masalah. Karena selama bersamanya, melakukan apapun dan dimanapun akan selalu istimewa.

Pukul 18.13 motornya terparkir mulus di depan rumahku. Inginku egois, menahannya untuk tetap tinggal. Tapi Jungkook harus belajar untuk kuis besok. Setelah makan malam bersama dan berpamitan dengan orang tuaku, aku mengantarnya ke depan. "Aku pulang ya? Nanti ku telepon saat sudah sampai di rumah. Aku mencintaimu cantik." Jungkook memang tak bisa sedetikpun jika tak membuatku tersipu.

Dia sudah duduk di atas motornya, tapi tak kunjung menyalakan kuda besi itu. Aku menatapnya penuh tanya. Si tampan ini mengerucutkan bibirnya sambil menepuk pelan pipinya.

Ah ... Hadiah perpisahan, begitu dia menyebutnya. Aku sedikit menyondongkan tubuhku, memberi kecupan di dahi dan kedua pipinya. "Hati-hati di jalan, kau membawa hatiku bersamamu, jadi jangan sampai terluka. Aku juga mencintaimu." Dia tersenyum, lalu melajukan motornya.

***

Pagi-pagi, aku sudah berkutat di dapur (kebetulan hari ini aku tak ada jadwal kuliah). Tumpahan tepung berceceran di mana-mana. Aku ingin membuat kue yang sempurna. Hari ini, 8 November, hubungan kami tepat setahun, kupikir aku harus melakukan sesuatu yang istimewa, selama ini Jungkook memperlakukanku layaknya pangeran, akupun ingin lakukan yang sama.

Lelah memang, tapi aku cukup puas. Ah iya, ibuku juga membuat masakan kesukaan Jungkook, capcay dan gurami asam pedas. Ibuku sangat menyayangi Jungkook. Kata ibu, Jungkook itu pembawa kebahagiaan. Beliau sangat senang karena semenjak bersama Jungkook putra semata wayangnya menjadi lebih bahagia.

Semua masakan selesai menjelang makan siang, aku sudah mempersiapkan semuanya di halaman belakang rumah. Aku membuat piknik kecil-kecilan di sini, beruntung siang ini tak terlalu panas. Ayahku yang memberi ide ini, katanya, "Dulu ayah sering mengajak ibumu piknik, walaupun sederhana tapi bisa memupuk rasa cinta." Ayahku yang terbaik, aku sangat menyayanginya.

Jungkook datang, dengan celana hitam dan kaus putih berbalut jaket denim, style mahasiswa. "Selamat hari jadi yang pertama sayangku. Terimakasih telah sudi mencintaiku. Terimakasih telah hadir di hidupku. Terimakasih untuk semuanya." Dia memelukku, begitu erat.

"Jungkook ... Selamat hari jadi yang pertama, aku mencintaimu lebih dari kemarin dan akan terus bertambah. Terimakasih juga telah mencintaiku sayang." Jutaan kata cinta tak akan mempu menggambarkan perasaanku padanya. Betapa berharganya dia untukku, hanya Tuhan yang tahu.

Ayah dan ibu menghampiri kami, mengucapkan selamat dan memberi beberapa nasihat. Tidak lama, mereka masuk kembali ke rumah, katanya tak ingin mengganggu anak muda merajut asmara.

Kami sangat menikmati hari ini, seperti biasa Jungkook terus-terusan memujiku. "Manisku, benar-benar mahir membuat kue." Lihatlah! Dia makan dengan lahap. Jungkook memang memiliki porsi makan yang banyak, sudah puas dengan masakan ibu, kini Jungkook memakan sepotong besar kue buatanku.

"Sayangku, nanti saat kita sudah menikah ayo membuat toko kue dengan live music."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang