gambaran yang cocok pada tempat bekerja barista manis kita adalah sunyi, dari lusa sudah begini. mungkin terlalu usang bagi muda-mudi kiwari. tapi janu acuh, toh dia juga untung tak perlu mencari tempat tuk menyendiri.
tringgg !!
jika lonceng berbunyi pertanda ada pembeli anjangsana. dengan sigap ia hampiri tuk berkata 'selamat datang semoga nyaman' tapi sebelum pemuda asli bandung melaksanakan, sudah lebih dulu gelagapan.
"dia... yang kemarin-- kebetulan apa lagi ini?!"
"mas! mas! ini tempatnya emang biasa sepi atau gimana?"
"sebenarnya sih lumayan ramai, tapi belakangan ini memang sepi kak."
"bagus deh, kalau gitu disini aja kalau ngerjain skripsian. tenang, damai, tentram. biar fokus."
janu mengangguk-angguk, tunggu—
"dia sudah kuliah?!"
"by the way, udah lulus, mas?"
janu menunjuk dirinya sendiri, lalu menjawab dengan gugup "saya baru aja naik ke jenjang sma kak, hehe,"
valerie menghentikan kegiatannya, melirik janu yang sibuk berkutat pada kamera. entahlah apa yang dilakukan, mungkin hanya untuk menghindari kontak mata. "semangat. kalau ada yang susah boleh kok tanya aku! nanti ku ajarin, gratis. asalkan tempat ini dan kamu selalu ada, oke?"
"oh? emm... iya."
"kita belum kenalan 'kan? saya elakshi wikrama valerie. panggil senyamanmu."
"cantik,
---maksudku, nama kakak cantik. kalau aku panggil aja janu,"
fyi, potret vintage dari janu
dengan kamera kesayangan.
- 🍫
KAMU SEDANG MEMBACA
berdansa di ujung harapan✓
Short Storyft. 나재민 / na jaemin pendamba rumah yang tersesat ☆. short story, lowercase © 2022 - chocofilw