menuju petang, pengguna beroda memadati jalan raya. sorak-sorai klakson tak lupa memenuhi telinga. disini, kawula muda setia menengok para manusia dengan raut lelah sehabis bekerja.
tak sengaja, netranya menuju pemandangan yang kerap terjadi pada animasi. anak-anak yang sedang berebut gulali.
lucunya, si pemilik gulali tidak melawan sama sekali. hanya mengoceh saat temannya melakukan aksi.
pada akhirnya batita mungil itu menangis karena para berandal kecil membawa gulali pergi. jika di pikir-pikir salah sendiri tidak menangkis, malah menggembungkan pipi.
"nggak jadi julid deh. maklum, masih kecil. apalagi perempuan,"
setelah memberi wejangan pada diri sendiri. janu berdiri, ingin menghibur anak perempuan tadi. tapi tak jadi, karena taruni muda lebih dahulu menghampiri.
terlihat labium-nya membentuk lengkungan ke bawah sembari mengusap kepala batita lalu berkata "nangis boleh, tapi tahan dulu. nih, kakak beliin yang baru. senyum, ya!"
catat dan ingat
simpang jalan
bagian kanan,
aku bertemu
masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
berdansa di ujung harapan✓
Contoft. 나재민 / na jaemin pendamba rumah yang tersesat ☆. short story, lowercase © 2022 - chocofilw