10 | Keputusan yang tepat

223 55 0
                                    

Tiba-tiba saja sore ini turun hujan. Yang sebelumnya mereka dengan tenang menikmati bau petrichor kini berbanding terbalik. Mereka membuat kericuhan dengan ramai-ramai menuju UKS, bahkan ketika UKS sudah tidak berbentuk lagi mereka mulai pergi ke kelas lain. Mereka mencari apa saja yang dapat melindunginya dari udara dingin.

Jiheon mengacak rambutnya kesal melihat UKS yang seharusnya selalu steril kini porak-poranda. Sampai akhirnya Yuna marah-marah sendiri akibat emosi gadis itu masih belum stabil sejak kehilangan sahabatnya. Yuna memanfaatkan situasi ini untuk melampiaskan amarahnya yang tertahan. Tapi itu bukan puncaknya. Walupun begitu mereka tetap saja hanya murid SMA yang masih mudah untuk dikendalikan. Cukup dengan sarkasan si rangking satu pararel MIPA mereka dapat terkendali lagi.

Semua sepakat untuk mengumpulkan apapun yang dapat membuat mereka hangat kecuali semua barang dari UKS. Karena hal itu tanpa sadar mereka mengumpulkan banyak barang lain untuk tidur yang lebih nyaman malam ini. Mereka juga memilih mengambil barang-barang dari ruang guru dibandingkan dari kelas lain, takut saat mereka kembali malah menjadi perdebatan panjang dengan murid lain.

Kyungmin salah satu yang mendapat tugas mengembalikan barang-barang yang diambil asal oleh anak-anak lain. Tapi pemuda itu malah tidak sengaja menemukan sesuatu.

'Bentar lagi ceritanya.'

Itu isi voice note dari ponsel menyala yang Kyungmin temukan, milik salah satu murid dari orang-orang yang menghilang. Yang membuat pemuda itu salah fokus adalah suara guru di belakang suara dari murid itu. Terdengar cukup jelas sang guru mengatakan, 'jangan keluar kelas sebelum guru masuk' persis yang dikatakan guru kimia sebelum meninggalkan kelasnya.

"Keum.." panggil Kyungmin pada Keum satu-satunya sahabat pemuda Seo itu dari IPS. Makanya tidak mengherankan pemilik nama lengkap Keum Donghyun itu mau menemani Kyungmin mengembalikan barang-barang yang diambil anak-anak lain.

Kembali pada Keum yang hanya berdeham membalas sahabatnya.

"Waktu guru di kelas lo bilang mau rapat dia ngomong apa terakhir kali?" tanya Kyungmin yang terdengar random.

"Duhh mana inget gue Bu Yoona ngomong apa," jawab Keum cukup lelah dengan Kyungmin yang menanyakan hal acak yang sudah pasti tidak diingatnya.

"Jangan keluar kelas sebelum guru masuk?" tanya Kyungmin.

"Eh kayanya gitu," balas Keum yang sedikit kaget Kyungmin dapat mengetahuinya.

"Lo juga dibilangin gitu?" Kini Keum yang balik bertanya.

"Bukan cuma kelas gue, tapi anak kelas ini juga," ungkap Kyungmin tapi Keum tidak menanggapinya dengan serius atau mungkin pemuda Seo itu yang terlalu aneh.

"Terus?" tanya Keum lagi.

"Lo gak ngerasa aneh?" tanya Kyungmin.

"Aneh kenapa? wajar aja dong guru-guru bilang kaya gitu waktu ninggalin kelas untuk rapat. Jangan keluar kelas, jangan ribut di kelas, kerjain tugasnya," kata Keum. Ya, mungkin memang bukan itu yang aneh, tapi Kyungmin yang sudah terlalu pusing dengan situasi dan hal-hal yang menimpa mereka.

...

Semalam mereka benar-benar tidur nyenyak tanpa melupakan fakta tentang sekolah tetap menjadi tempat yang asing sekarang. Tidak lagi bermodalkan kursi atau meja yang digabungkan dan tas sebagai bantal seperti tiga malam sebelumnya, semalam mereka tidur dengan handuk yang dilipat menjadi bantal dan selimut yang mereka dapatkan dari ruang guru dan gudang ekskul pramuka, tidak hanya itu mereka juga menemukan beberapa matras, bahkan sampai sleeping bag dan barang-barang lain untuk keperluan mereka tinggal di sekolah. Mencarinya bersama-sama dan membaginya secara adil adalah keputusan yang paling tepat. Pagi ini Doyoung pun berniat seperti itu lagi.

"Pagi semuanya!" sapa Doyoung yang sekarang mulai terdengar memuakkan untuk beberapa anak yang lain.

"Sarapan pagi ini gue berniat buat ngebaginya secara rata, yang sebelumnya kalian bebas mau makan apa aja, sekarang gue mau ngebaginya rata dengan cara membentuk tim untuk itu," jelasnya. "Menurut kalian gimana? atau kalian punya pendapat lain biar lebih efektif?" lanjut pemuda itu dengan menanyakan balik respon mereka.

"Lo mau batesin makan kita?" tanya Minseo, jika lupa Minseo adalah yang hampir menimbun makanan dari kantin bersama dua anak MIPA 1 yang lain.

"Nggak, gue ngerasa lebih baik kaya gitu karena semalem kita berhasil," jawab Doyoung meluruskan.

"Gue gak setuju!" seru Minjae yang mengalihkan perhatian.

"Ya, Minjae?" tanya Doyoung balik.

"Kalo kaya gitu bisa aja ada anak yang gak berkontribusi tapi tetep ikut nikmatin hasil kerja keras  anak yang lain," kata pemuda Song itu.

"Maksudnya kaya anak kelas lo?" tanya Sujin yang entah mengapa tidak suka perkataan Minjae.

Minjae memutar bola matanya malas. "Aslinya pagi ini gue gak mau debat sama anak-anak bodoh kaya lo—jangan ada yang motong!"

"Kenapa gue bisa bilang gitu? karena emang gak sekali-dua kali anak IPS ngelakuin hal bodoh. Emang awalnya siapa yang kemaren sore bikin kericuhan di UKS? Anak IPS 3 Kim Doah, gue gak salah."

"Loh itu masalahnya ada sama satu orang, lo gak bisa langsung ngecap semuanya. Lo—" Belum sempat melanjutkan Doyoung sudah terlebih dahulu memotong balasan Sujin yang tersulut oleh Minjae. "Stop!"

"Gue akan pastiin gak ada yang ngelakuin itu. Selesai sarapan gue mau ngasih tau pengumuman yang lain tapi gue mohon jangan ada keributan," ucap Doyoung yang sepertinya mulai lelah.

"Kalian boleh nyari di kelas lain tapi gue minta untuk gak ngambil barang lain selain makanan. Dan setiap orang harus punya dokumentasi kalo dia udah nyari makanan di sekolah ini sebagai bukti kalo semuanya kerja keras," final pemuda Kim itu.

Second Home | 03line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang