Sore ini Jiheon, Doyoung dan Seeun membantu Woojin menggali tanah untuk portal mereka kembali. Setelah membaca pesan dari Sungwon yang menyarankan mereka langsung kembali tanpa Junhan, sesuai dengan pendapat Kyungmin yang disetuji oleh yang lain. Pertama, mereka akan membuat seperti ruang bawah tanah untuk keempatnya masuk dan saat semuanya sudah masuk mereka akan kembali menimbun tanahnya kembali dari luar juga dari dalam tanah.
Jiheon sendiri sudah menyiapkan tabung oksigen dari UKS yang kebetulan masih tersisa empat tabung, selain itu saat di bawah tanah mereka akan menggunakan jas hujan untuk melindungi tubuh keempatnya. Mereka benar-benar kerja keras untuk menggali dan menyiapkan semua agar bisa kembali saat malam hari.
Dilihat dari kerja sama keempatnya, Jiheon memperkirakan akan selesai sebelum jam 8 dan pada surat terakhirnya untuk Sungwon dan anak-anak yang lain di sana, gadis itu meminta mereka untuk menggali tanah yang ia tunjukkan sebagai lokasi mereka pada pukul 10.
Masih menemani yang lain Donghyun menghampiri Sohee yang tiba beberapa jam yang lalu membawakan makan malam untuk mereka yang masih menunggu Jiheon dan yang lain.
"Gue mau bahas web itu," bisik pemuda dengan kacamata baru yang bertengger pada hidung mancungnya.
"Donghyun please jangan di sini," pinta sang gadis.
"Tapi dimana lagi kita bisa ngomong? lo selalu ngehindar dan susah dihubungi," katanya.
"Lo mau ngomongin apa lagi?" tanya Sohee terpaksa meladeni Donghyun.
"Web itu gak bener-bener bisa bikin buku-buku di sana jadi kenyataan."
"Itu cuma alasan si pengembang webnya untuk ngelakuin pembunuhan," lanjut Donghyun wajah pemuda itu benar-benar terlihat serius tidak seperti biasanya.
"Tapi gimana sama orang-orang yang punya pengalaman yang sama?" tanya Sohee bingung.
"Ada dua kemungkinan, mereka cuma halu dan cari perhatian atau pengembangnya sendiri yang ngewujudin itu," jawab Donghyun.
"Tapi gimana bisa ada orang sejahat dan seserem itu?" tanya gadis Kim itu lagi masih tidak percaya.
"Ada. Apapun bisa terjadi. Lo pikir kejadian kita beberapa minggu yang lalu masuk akal?"
Sohee menghembuskan nafasnya kasar, Donghyun membuatnya mengingat kejadian buruk itu lagi.
"Kalo gitu tulisan gue gak akan jadi kenyataan kan?" tanya sang gadis.
"Nggak."
"Maaf karena waktu itu udah nuduh lo dan bikin lo hilang kepercayaan sama kembaran lo sendiri. Gue lakuin ini juga untuk minta maaf sama lo," ucap Donghyun benar-benar menyesal.
"Makasih Hyun. Tapi gue masih gak ngerti kenapa semua yang terjadi sama kematian Yujin sama persis kaya yang gue tulis?"
Pemuda Seo itu tidak bisa menjawab pertanyaan Sohee. Sementara Sohee berpikir, mungkin semua ini hanya kebetulan, tapi apa kebetulan akan sespesifik itu?
...
Hampir pukul 10 dan keempatnya tengah gugup dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah mereka yang di sana akan menemukan keempatnya atau keempatnya akan selamanya terjebak di sini.
"Waktu nyari kak Junhan—"
"Jangan banyak omong, kita gak punya banyak oksigen." Jiheon memotong ucapan Doyoung galak.
"Lagipula sebentar lagi jam 10," elaknya.
"Gue sama Jiheon ketemu danau," lanjut Doyoung tidak menghiraukan peringatan si dokter sekolah.
"Di sini ada danau?" tanya Seeun pelan.
Pemuda Kim itu menganggukkan kepalanya, menjawab benar pertanyaan gadis Yoon.
"Di sebrang danau ada perahu kecil, menurut lo siapa yang make itu?"
"Gue bahkan nggak tau ada danau," kali ini Woojin yang menyauti.
"Apa kak Junhan pergi ke suatu tempat? tapi kemana?" tanya Doyoung lagi.
"Menurut kalian gimana tentang pembunuhnya?" tanya Seeun tiba-tiba.
"Apa kak Junhan ketemu pembunuhnya?" balas Woojin balik bertanya.
"Mungkin aja," jawab Doyoung yang tidak tahu harus menjawab apa.
Jarum jam pada jam tangan milik gadis Baek itu menunjukkan pukul 10. Seharusnya Sungwon dan lainnya akan mulai menggali sekarang. Dan beberapa detik kemudian mereka mendengar sesuatu dari atas sana. Sepertinya kali ini mereka berhasil lagi.
Tidak membutuhkan waktu yang banyak karena Woojin dan yang lainnya sengaja tidak menggali dalam-dalam, terlebih lagi mereka mengerjakannya bersama-sama. Tanah yang mereka gali kini telah menunjukkan lubang kecil.
"A-aw!" pekik Seeun saat matanya tidak sengaja terkena runtuhan tahan.
"Jiheon?!" tanya Sungwon dari atas dengan panik.
"Nggak, bukan gue. Itu Seeun," jawab Jiheon tidak terdengar terlalu jelas.
Pemuda Park menghembuskan nafasnya lega. Mereka berhasil.
"Oke, kita akan lebih hati-hati lagi," ujar Sungwon.
Mereka semua akhirnya berhasil membawa Doyoung kembali. Lalu keempatnya segera dibawa naik. Walaupun keadaannya terlihat buruk tapi akhirnya mereka berhasil kembali dan selamat.
"Kita berhasil!" seru Sungwon benar-benar lega sampai memeluk Jiheon yang baru keluar dari portal itu.
"Makasih udah nepatin janji lo untuk tetap selamat," ucap Sungwon pertama kali pada gadis Baek itu.
"Gue bener-bener gak tau harus ngucapin apa yang lebih dari sekedar terima kasih sama kalian," kata sang mantan ketua OSIS yang nyaris menitikan air matanya.
"Kita juga utang banyak terima kasih sama lo," ujar Kangmin.
"Makasih udah bertahan Doy," ucap Yuna tidak disangka-sangka.
"Makasih untuk kalian semua, terutama Woojin, Seeun dan Jiheon," balas Doyoung menatap mereka satu persatu.
"Kalo gitu sekarang kita semua pulang, kita bisa lanjut diskusi lagi besok pagi. Semuanya istirahat yang cukup, kalian udah bekerja keras hari ini," ucap si ketua angkatan, Yuna.
Sebelum bubar Seongmin yang ikut menunggu keempatnya kembali sempat melirik tempat mereka mengubur Yujin. Jin, sekarang semuanya udah balik lagi, makasih karena secara gak langsung lo udah nunjukin jalannya. Gumam sang kembaran dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Home | 03line ✔
FanfictionSekolah adalah rumah kedua. Sial, istilah itu jadi kenyataan untuk mereka. Setelah semua orang di sekolah menghilang secara misterius menyisakan anak-anak kelas 12 IPS 3 dan 12 MIPA 1, mereka terpaksa tinggal di sekolah tempat yang tiba-tiba sangat...