"Gini, gue udah ngomong sama Doyoung untuk ngajakin kalian main, sebenernya awal yang punya ide itu Intak dan gue setuju, karena kita semua butuh hiburan kan sebelum gila?" kata Yuna.
"Dia bilang terserah, karena gimanapun dia gak ada hak ngelarang kita, Doyoung cuma minta anak-anak yang udah dipilih masuk tim dia buat gak ikutan karena banyak yang mereka urus dan mereka gak masalah, yang lain juga kan?"
"Kalo gitu kita bisa mulai main sekarang!" final gadis Shin itu.
Kemudian perhatian diambil alih oleh Intak yang akan menjelaskan permainan mereka. "Okay, total sekarang 26 orang, karena Woojin IPS, Taekhyeon, Keum, Siyoung, Kangmin, Kairi, Doyoung, Dayeon, Sunoo, Taeyoung, Seongmin dan Sungwon yang ga ikut main. Satu orang akan jadi moderatornya jadi yang main 25 orang, akan ada dua dokter, dua polisi dan empat mafia. Kita main cepet aja," jelas Intak. "Oh iya yang belum tau, kita mau main mafia game," lanjutnya.
"Moderator gue serahin ke Hina karena menurut gue dia paling netral," tambah Yuna menunjuk Hina teman sekelasnya. "Yang lain setuju kan? Hina lo gak masalah kan?"
Hina yang sebenarnya tidak berniat main mau tidak mau menuruti yang sudah menunjuknya, lagi pula siapa lagi yang dapat menjadi moderator? Mereka semua hampir tidak akur.
"Bisa dimulai?"
Akhirnya kendali diberikan sepenuhnya pada gadis keturunan Jepang itu. Mereka semua menutup mata menunggu Hina selesai memilih peran mereka. Gadis itu menunjuk Kyungmin dan Woojin sebagai dokter, lalu Doah dan Yuna sebagai polisi, terakhir Intak, Seeun, Jiheon, dan Jinha sebagai mafia.
"Pagi tiba, kalian boleh buka mata kalian dan awalin perkenalkan diri," intruksi Hina untuk pertama kalinya.
"Dari kelas lo aja Yun," kata Intak yang diangguki Yuna dengan cepat.
"Okay gue sebagai ketua angkatan kalian juga udah tau kan," perkenal Yuna.
"Gue orang biasa," jawab Dana yang tepat di sisi kanan Yuna.
"Gue juga," kata Woojin asal.
"Juga mafia?" tanya Sujin seperti berbisik. Tapi pemuda itu hanya menatapnya sinis tidak berniat berdebat, dia di sini punya tujuan lain bukan untuk bermain.
"Gue juga bukan siapa-siapa, gak seru mending bubar aja," ujar Minseo tiba-tiba.
"Iya gue cuma warga biasa, lo juga kan Jin?" Kali ini Dajeong yang bersuara bertanya pada temannya, Jinha.
"Ah iya gue juga warga biasa," jawab gadis itu tentu saja berbohong.
Sampai akhirnya semua anak MIPA mengaku hanya warga biasa.
"Okay, dari perkenalan anak MIPA ada yang kalian curigain? Sebelum akhirnya kita lanjut ke malam," tanya Hina sebagai moderator.
"Gak tau, tapi firasat gue kayanya banyak anak MIPA yang mafia," ungkap Intak.
"Gue gak salah denger? jelas-jelas kelas kalian yang terkenal rusuh," sahut Minjae tidak terima.
"Ya, gue harap gue mafia biar bisa langsung nyingkirin lo," ujar Dana asal.
"Seo Donghyun! lo sendiri kenapa diem aja, lo mafia?" tanya Wooyeon.
"Gue lebih berharap mafia bunuh gue pertama biar kalian gak perlu nuduh gue kaya gini dan gue bisa keluar dari permainan sampah kalian," jawab yang tertuduh.
"Ya, seharusnya lo aja yang mati bukan sahabat gue," kata Yuna. "Dan permainan sampah? lo yang sampah!"
Donghyun tidak tahu harus menjelaskan bagaimana lagi karena apapun yang diucapkannya akan tetap salah di mata mereka. Padahal maksud pemuda itu sendiri karena menurutnya permainan ini hanya akan membuat mereka semakin tidak akur.
"Kalo gitu malam tiba," instruksi Hina. "Mafia buka mata kalian dan masing-masing pilih satu orang untuk di bunuh," lanjut gadis itu yang sebelumnya sudah dijelaskan cara kerja permainan ini oleh Yuna.
Keempat mafia itu pun bertukar pandang sebelum memilih target mereka. Tanpa berpikir panjang Intak memilih Linlin sebagai targetnya untuk dibunuh, pemuda itu akan menyingkirkan orang-orang yang tidak memiliki kepentingan agar tidak mudah di curigai. Sementara itu Seeun memilih ingin memilih Minjae agar pemuda itu tidak banyak bicara lagi tapi ditahan oleh Intak, final-nya ia memilih Sora dengan asal. Lalu Jiheon memilih Wooyeon dan Jinha yang sedikit panik dengan asal memilih Sujin. Di pihak baik ada Doah sebagai polisi yang memilih menyelidiki Minjae yang hanya warga biasa, lalu Yuna yang memilih Sujin yang ternyata orang biasa juga. Terakhir ada dua dokter, Kyungmin dan Woojin yang kompak memilih Doah untuk dilindungi, namun akhirnya Woojin mengalah memilih melindungi Dana.
"Pagi tiba!" seru Hina. "Semalam mafia membunuh Sora, Wooyeon, Linlin dan Sujin," ungkapnya tanpa basa-basi.
"Anjir langsung tiga anak IPS, gue serius gak dibunuh kan?" tanya Intak mulai mendramatisir permainan. "Baru kali ini gue main mafia game takut mati, please harusnya dokter lindungi orang kaya gue yang diem aja dicurigain padahal gue warga biasa," lanjut pemuda itu.
"Jijik banget jing sok lemah lu," ujar Taesung.
"Sekarang lanjut perkenalan anak IPS," sekarang atensi kembali diambil alih Hina.
"Gue belum ngenalin diri udah di bunuh si anjir," umpat Sujin kesal.
"Doah lo abis ini mati juga," ujar Wooyeon yang tidak terima gadis Kim itu masih bermain.
Perkenalan pun dilanjutkan pada anak IPS dengan Intak yang mengawalinya.
"Anggep aja gue mafia kalo lo gak percaya, karena percuma aja kan gue pasti tetep dicurigain?"
"Ya kan emang lo," komentar Dana.
Tidak lama permainan kembali dilanjutkan Jiheon. "Lo semua tau kan julukan gue? Iya dokter sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Home | 03line ✔
Hayran KurguSekolah adalah rumah kedua. Sial, istilah itu jadi kenyataan untuk mereka. Setelah semua orang di sekolah menghilang secara misterius menyisakan anak-anak kelas 12 IPS 3 dan 12 MIPA 1, mereka terpaksa tinggal di sekolah tempat yang tiba-tiba sangat...