Dengan paksaan dari ananda Yangyang terhormat, kini ketiga nya memilih untuk melingkar di bawah pohon besar yang berada di halaman belakang. Jeno dan Jaemin sama pasrahnya karena sikap keras kepala dari Yangyang.
"Ehh tunggu, jangan ngomong dulu!" Yangyang tiba-tiba teriak, Remaja laki-laki itu langsung lari masuk ke dalam rumah. Jeno dan Jaemin saling memandang dengan helaan nafas berat, kenapa mereka harus ditemukan dengan spesies aneh seperti Yangyang? Tak berselang lama, Yangyang kembali dengan kedua tangan yang menarik Eric dan Renjun yang tidak berhenti mengoceh karena memaksa nya pergi, padahal keduanya sedang sibuk!
"Udah, ayo mulai cerita."
"Ini apaan sih anjir?" sewot Renjun. Karena tak ada kunjung jawaban, Renjun kini memilih diam. Berusaha menebak apa yang sebenarnya sudah terjadi. Eric pun walau bingung, juga sama diam nya seperti Renjun. Keheningan mereka teralihkan ketika Jeno mengeluarkan dompet di saku celana nya. "Widih, mau bagi-bagi ampao kah?" karena respon nya itu tentu langsung mendapat cubitan dari Yangyang.
"Damn! Shut the fuck up!" nahkan, Yangyang mode bule keluar. Mau tak mau, Renjun mwnutup kembali mulutnya.
Jeno mengeluarkan foto kecil yang terselip di dompet tersebut, ada foto dua bocah kecil yang tersenyum kearah kamera. "Panti asuhan, di tempat itu gue aman." gumamnya.
"Panti asuhan?" tanya Jaemin pelan, seperti berbisik.
Jeno tersenyum lalu mengangguk "Awalnya gue di panti asuhan, sampe akhirnya gue di adopsi sama keluarga sialan itu."
"Ohh gue kira lu anak pungut" Eric menyenggol lengan Renjun. Ada-ada saja anak itu, selalu mengatakan sesuatu yang menakutkan di waktu yang tidak tepat.
Untung saja Jeno bukan tipe manusia baperan dan emosian seperti Renjun, jadi dia hanya tersenyum. Dan memilih melanjutkan ceritanya.
"Selama 5 tahun gue hidup disana, gue dibuang sama keluarga sialan itu, sampai akhir nya gue tinggal lagi di panti asuhan. Dan ketemu Jaemin, salah satu penyumbang di panti asuhan yang gue tempati. Jaemin kenal gue sebagai Jevan, dan disaat gue ketemu Jaemin gue berpisah sama temen yang bikin gue jatuh hati disaat gue harus di buang ke panti."
"Bentar, maksud lu bocah yang jadi tetangga lu? Yang lu pernah cerita ke gue bukan?" tanya Jaemin.
Jeno mengangguk dan menunjukkan foto yang dipegang nya. "What?!! Ini si buntelan lemak?! Beruang liar?!" Pekik Yangyang saat melihat foto dua bocah yang tersenyum kearah kamera. Itu Jeno dan Haechan, gimana dia ga kaget coba?
Jeno membalas dengan kekehan "Iya, dia Haechan. Hyuck gue"
"Wow wow wow, si beruang liar itu orang yang bikin lu klepek-klepek pas masih bocil?!! Yang bener aja." cemooh Jaemin.
Jeno menyentil kening Jaemin dengan tampang datar nya "Mulut lo mau gue jahit?!"
"Iya maaf, ampun."
Eric yang memperhatikan foto itu juga ikut berpikir. "Lo awalnya emang ada di panti, kan? Terus, lo di adopsi sama salah satu keluar yang kata lo 'keluarga sialan' . Selama hidup sama keluarga ini, lo ketemu sama Haechan?"
"Iya, keluarga itu nyiksa gue. Padahal waktu itu gue masih kecil."
"Lalu lo di kembaliin ke panti asuhan dan ketemu Jaemin?"
"Betul, dia waktu itu pendiem banget. Gue juga susah buat deketin dia, kan ortu gue selalu sibuk, ya? Jadi gue selalu pengen dititipin aja ke panti, dengan begitu gue bisa makin akrab sama Jeno." kini Jaemin yang menjawab.
"Jadi, bekas luka di punggung lo itu. Bukan karena kecelakaan motor, Jen?" tanya Eric lagi, Jeno mengangguk pelan, sembari tersenyum eyesmile.
-00line-
"Punten slurr, ini saya gabut pisan. Gimana kalo kita main di halaman belakang?" celetuk Haechan yang sedang duduk di sofa sembari memainkan rambut Baejin yang duduk di bawah nya.
Mereka baru aja selesai beberes semua nya, dari kamar member baru, bahkan mereka mulai bekerja bakti untuk membereskan penjuru rumah. Dan kini, para pemuda itu berkumpul di ruang tengah. Ditemani dengan nutrisari jeruk yang menyegarkan di hawa yang panas, nikmat mana yang kau dustakan.
Si tampan Baejin yang rambutnya di acak-acak oleh beruang itu hanya bisa pasrah, jika di tegur pun si beruang itu tak akan berhenti, malah akan menjadi-jadi. "Ayo chan, liat Taro nemu bola di gudang." sahut Shotaro memasuki ruang tengah dengan bola volly yang berada di pegangan nya.
Haechan bangkit dengan semangat, lalu menarik Baejin dan Sunwoo. "Ayo main bola! Hyunjin ganteng, ayo temenin main bola!"
"Gamau ah, masih cape." keluh Hyunjin yang sedang tengkurap di karpet bulu.
"Sono temenin Jin, lu kan jago maen bola." sahut Soobin.
"Gue bisa nya maen bola kecil, itu juga yang bawah." jawabnya tak minat.
Haechan dan Shotaro saling pandang tak mengerti, hingga teriakan felix menggelegarkan kuping mereka semua. "Jaga mulut lo! Istighfar nak!" teriak Felix yang langsung menjewer telinga Hyunjin.
Hyunjin yang hampir terlelap itu langsung tersadar, dia meringis sakit ketika telinga nya di tarik oleh si pria aussie. "Lu tuh ya, tau ada si Shotaro yang super duper polos. Ketahuan si Renjun bakal abis lo."
"Aduh iya maaf, sakit anjir lepas woy!"
***tbc***