Sesuai dengan perkataan pak Johnny, kelima siswa badung ditambah dua anggota OSIS itu sekarang sudah berada di pinggir lapangan sekolah.
"Ck sumpah ya, gue mau tidur tau ga sih? Malesin banget." keluh Soobin. Bomin yang sedang berdiri dengan menyilangkan tangan di samping Soobin mengangguk setuju.
"Lama banget anjir, kemana dah tuh si Johnny." kesal Renjun. Si kesabaran setipis tisu itu sedang bersandar disebuah pohon dan tangan nya yang dengan acak mencabuti rumput.
Mereka semua kebosanan, sudah menunggu selama 30 menit. Tapi pak Johnny tak juga mendatangi mereka. Padahal mereka semua dalam formasi lengkap. Tidak ada yang kabur, apalagi diberi ancaman akan di keluarkan dari sekolah. Ngeri cuy.
Yangyang sedaritadi cuma curi-curi pandang kearah Hyunjin yang diem. Kalo aja Jeno ga dibawa agak jauhan sama Eric mungkin kedua nya akan berantem lagi.
Tin! Tin!
Suara klakson mobil membuat mereka langsung bangun dari duduk nya. Dan mobil sport berwarna hitam itu berhenti di depan mereka. "Soobin?" panggil yang membawa mobil.
"Saya, pak?" sahutnya agak bingung.
"Kamu salah satu anggota OSIS yang di perintah pak Johnny untuk menjaga lima siswa nakal bersama Bomin?"
"Iya pak, tapi bapak siapa ya?"
"Saya Yuta, guru BK dari SMK Nusa Bangsa. Kalian semua saya jemput, karna pak Johnny yang memerintahkan."
"Daddy? Ngapain di suruh pak Johnny?"
"Gausah banyak nanya. Tunggu apalagi? Cepat naik."
Soobin mengkode kearah teman-teman nya agar mendengar intrupsi. Soobin duduk di samping pengemudi, Bomin, Yangyang dan Eric di kursi tengah. Lalu Jeno, Renjun dan Hyunjin di kursi belakang.
"Kalo berantem gue patahin ya jari kalian" celetuk Renjun. Dia mengatakan itu karna dia berada di tengah-tengah Hyunjin dan Jeno. Bisa saja kan kedua orang itu akan berulah kembali, nanti dia juga yang akan kena imbas nya.
"Bapak bukan penculik kan? Muka bapak kaya om-om pedofil." celetuk Bomin memandang Yuta dari bangku nya.
Eric yang mendengar itu mencubit kecil paha Bomin, bisa-bisa nya!
"Heh! Bapak gue jangan lu katain pedofil anjing. Bucin banget dia sama emak gue." kesal Renjun dan mendegul kepala Bomin dari belakang.
Yuta yang mendengar itu terkekeh pelan "Tentu, saya bukan penculik kok tenang saja. Kartu nama saya sebagai guru di sekolah Nusa Bangsa bisa dijadikan bukti." sahut nya sembari memberikan kartu nama kearah Soobin.
"Pak Yuta beneran ayahnya Renjun?" tanya Soobin.
"Renjun anak pungut lebih tepatnya, ganas banget dia walaupun posisi nya sub."
Dan pandangan nya masih mengarah ke jalanan. Soobin mengangguk setuju, dia menunjukan kartu nya kearah bangku belakang.
"DADDY! RENJUN BILANGIN MOMMY LOH! Awas aja biar gadapet jatah mingguan." sungut nya kesal. Tanpa sepengetahuan para remaja itu, Yuta menekan salah satu tombol. Dan dalam sekejap, asap terhembus oleh mereka. Lalu mereka semua kehilangan kesadaran.
Setelah dirasa selesai, Yuta langsung menghembuskan nafas. Iya, dia daritadi nahan nafas agar tak menghirup gas tidur. "Ck berasa jadi pemeran squid game gue" gumam nya.
Dia mengambil ponsel nya dan mendial salah satu nomor. "Beres, berangkat sekarang"
-00line-
"Si Jepang kemana lagi ah! Kesel banget gue. Bilang nya tunggu di depan ruang guru, tapi orang nya malah gaada cih." dumel Haechan.
"Awas aja kalo ketemu, gue pite-awww aduh aduh!" ucapan Haechan terhenti ketika ada seseorang menjewer telinga nya. Dia menoleh dan mendapati wajah Johnny yang menatap nya datar.