part 8

705 40 0
                                    

Kini giliran tingkat ara vivi yang harus bertanding. Mereka berdua pun bangkit dari duduknya mendekati para peserta lain yang memiliki sabuk yang sama, mereka belum memakai sabuknya tetapi banyak yang mencibir dan merendahkan mereka.

"Kenapa dojo angsa putih ngirim 2 gadis buat mewakili? Gak ada pria yang lebih jago kah" Ucap seorang pria menatap sinis ara dan vivi.

"Biarin aja, pasti sekali tendang juga keok" Timpal yang lainnya.

"Udah jadi pacar abang aja"

"Cantik2 jangan berantem nanti cantiknya ilang"

"Duh serem amat mukanya neng"

Itulah cuitan dari beberapa orang dan terus bertambah, ara dan vivi tak peduli. Harusnya bukan gender yang mereka lihat tapi tingkat fisik dan ketrampilan taktik bertanding. Vivi yang diminta untuk maju terlebih dahulu, ia pun merentangkan sabuknya dan mengikatnya dipinggang. Pria yang berhadapan dengan vivi menelan ludah begitu melihat sabuk vivi dan garis yang dimiliki. Dan3 artinya vivi 2 tingkat diatas pria dihadapanya, pertandingan pun dimulai, vivi dari awal sudah unggul karena pria dihadapannya itu baru naik dari sabuk coklat ke sabuk hitam. Pertandingan pun selesai, pria itu duduk bersandar di dinding karena kehabisan tenaga. Sedangkan vivi berdiri di samping ara dan meminum air putih karena haus, kini giliran ara maju menghadapi lawannya.

"Lu ngaku kalah aja biar muka cantik lu gak ancur" Ucap pria dihadapan ara seolah meremehkan, ara pun hanya membalas dengan senyum, senyum sinis. Ia pun merentangkan sabuknya lalu melilitkan dipinggang tanpa melepas genggaman tangannya pada ujung sabuk yang terdapat garis. Dirasa sudah cukup kencang ara pun melepas genggaman sabuknya, membuat semua orang dapat melihat garis diujung yang digenggam ara tadi. Pria itu pun melotot tak percaya dengan apa yang ada didepannya.

"Senpai" Ucap pria itu saat melihat garis di sabuk ara. Garis 5 emas atau Dan5 setara dengan asisten pelatih atau senpai.

"Mau dilanjutkan? " Tanya ara kepada pria itu.

"Pria itu pun membungkuk, dengan senang hati" Jawab orang itu. Pertandingan pun dimulai, pria itu sama sekali tidak bisa menyentuh ara, pukulannya berkali-kali berhasil ditepis oleh ara. Pria itu pun mengangkat tangan tanda menyerah, membuat ara kecewa.

"Maaf, saya lelah" Ucap pria itu.

"Bukannya tadi anda meremehkan? " Tanya ara.

"Saya mohon maaf senpai"

"Jangan panggil senpai" Ucap ara karena risih dipanggil senpai.

"Sebenarnya saya masih sabuk coklat, karena guru kami tidak ikut serta saya pun memakai sabuk miliknya" Jelas pria itu, membuat ara semakin kecewa, bukan karena lawannya ini menyerah tapi karena tak mendapatkan lawan yang seimbang. Tiba-tiba ada yang mendekatinya.

"Kita sparing disini" Ucap orang itu tak lain adalah lidya, senseinya sendiri.

"Suatu kehormatan sensei" Jawab ara membungkuk lalu ber siap-siap. Sparing antara ara dan lidya berlangsung sengit, berkali-kali ara terbanting dan terus bangkit. Beberapa menit masih berlanjut, hingga ara tersungkur dan sparing pun terhenti. Ara malu dibuatnya, bagaimana tidak ia tersungkur akibat dirinya sendiri, saat berlari kaki kirinya tersandung kaki  kanannya tapi untungnya itu hanya diketahui oleh ara dan senseinya, sedangkan yang lain menganggap kalau dirinya kelelahan. Lidya pun menghampiri ara lalu mengulurkan tangan membantu ara bangun, ara pun menyambut uluran tangan lalu berdiri, ia pun langsung memeluk lidya.

"Terimakasih sensei" Ucap ara ngos-ngosan, mereka berdua tak sadar kalo lapangan ini sudah ramai sorak sorai tepuk tangan penonton yang melihat pertandingan epic yang disuguhkan beberapa menit yang lalu. Pertandingan karate pun selesai, istirahat 30 menit sebelum berganti pertandingan judo dan taekwondo.

Big family MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang