03

67 13 3
                                    

BAK! BUK! POW!

Terdengar suara pukulan dari seorang gadis yang tengah memukuli beberapa preman. Preman-preman tersebut tampak tidak berdaya menghadapi gadis tersebut.

Gadis tersebut mengusap sudut bibirnya yang terluka akibat pukulan salah satu preman tersebut.

"Cih! Ngakunya preman, tapi pas berantem lemah!" Cibir gadis tersebut.

Jinan Safa Safira adalah nama gadis tersebut. Dia adalah salah satu petarung MMA tingkat Nasional yang berhasil masuk ke babak 8 besar. Namun, dia dikalahkan oleh Gracia.

Drrrrtttt!!

Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan melihat pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Dia menghela nafasnya saat melihat isi pesan dari sang pelatih yang menyuruhnya untuk balik.

"Pasti gue disuruh latihan keras lagi nih." Gumamnya.

Lalu, Jinan pun memakai helmnya dan menaiki motornya. Dia menghidupkan motornya, lalu menjalankan motornya meninggalkan para preman yang terkapar.

***

Kediaman Ichwan...

"Heh kebo, lo disuruh sama papa buat turun ke bawah." Ucap seorang gadis berwajah pinguin.

"Hnnggg... Lima menit lagi." Jawab gadis yang satunya.

Eve dan Ariella adalah nama kedua gadis tersebut. Mereka adalah kakak adik. Meskipun mereka terlihat feminin, tapi mereka pernah menjuarai tinju tingkat nasional.

Dan saat ini, Eve baru saja keluar dari kamar Ariel. Eve menghela nafasnya sejenak, lalu beranjak ke ruang makan.

"Mana kakakmu? Kok belum turun?" Eve mengendikkan bahunya pada pertanyaan sang Ayah.

Sang Ayah berdecak, lalu beranjak menuju kamar Ariel. Tanpa mengetuk, sang Ayah pun masuk dan langsung menjewer telinga Ariel.

"Aduh, sakit bego!" Keluh Ariel.

"Apa?! Kamu bilang Papa bego?!"

Ariel membulatkan kedua matanya. Dia menelan salivanya dan langsung melihat pada sang Ayah. Ariel menunjukkan cengirannya pada sang Ayah dan menunjukkan tanda peace pada tangannya.

"Kamu ini disuruh bangun susah amat sih!"

"Abisnya, aku semaleman latian sih Pa. Capek banget." Jawab Ariel memanyunkan bibirnya.

Sang Ayah melepaskan jewerannya, "Kamu itu udah cukup hebat. Mau latian apa lagi?"

Ariel menghela nafasnya. Lalu mengambil ponselnya dan menunjukkan sesuatu pada Ayahnya.

"Pertandingan yang diselenggarakan oleh ratu petarung itu?" Ariel mengangguk, "Kamu udah daftar?"

Ariel menggeleng, "Aku mau izin dari Papa buat daftar."

Sang Ayah tersenyum, "Daftar aja. Daftarin Eve sekalian. Tunjukin kemampuan kalian berdua pada ratu petarung itu."

Ariel tersenyum girang, "Beneran Pa?"

Sang Ayah mengangguk, "Iya. Tapi, kalo kalian udah tidak sanggup, jangan dipaksakan ya."

Ariel memeluk sang Ayah, "Tenang aja, Pa. Aku dan Eve pasti sanggup kok."

"Ya sudah, sekarang kamu turun dan sarapan. Terus siap-siap, karena kamu kuliah kan hari ini?"

Ariel melepas pelukannya, lalu mengangguk. Dengan segera, Ariel pun menuruti perintah Ayahnya.

The Fighting AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang