P R O L O G

6.6K 636 131
                                    


Proudly present

Sweet and Tears by Chanty Romans
Genre : General fiction / Slice of Life - Self Love - Humor

Triger Warning+ : Banyak umpatan kasar. Bahasa campuran Jawa-Indonesia. Awas baper berjamaah.

Prolog ;

Tentang Barra

Nama : Barra Wisnu Pradipta.

Umur : Belum banyak, tapi udah pantas meminangmu.

Pendidikan: S 1-5 (SD, SMP, SMA, S1, S2)

Pekerjaan : Yang penting halal, berkah, bisa buat halalin kamu.

Alamat : Yang penting bukan alamat palsu, apalagi sampai cinta yang palsu.

Hobi yang  tengah digeluti : Jailin Keneisha alias Kendedes.

Cita-cita : Pengin jadi Husband Materials buat kamu.

Motto: Ribut aja Njhenk, capek sabar teros!

Status: Jomlo High Quality. Muda, tampan, mapan, siap bergelut di atas dipan. (Canda ding!)

Quote favorit: Maju kena, mundur kena, diam ajalah! Ga usah ngapa-ngapain.

Barra baru menandaskan isi piringnya pada acara makan malam bersama keluarga di rumah tercinta. Bukan, bukan keluarga besar, karena keluarga Barra hanya terdiri dari dua sosok manusia yang dikasihi. Yang pertama ada sang ibu - Hastari. Mamanya yang tak pernah bosan untuk mendeklarasikan omelan, satu kali 24 jam. Dari hal-hal kecil tentang cara bicara anak-anaknya, sampai hal paling membosankan yang akhir-akhir ini sering menyambangi saraf-saraf pendengaran Barra ; Kapan nikah? Kapan bawa calon ke hadapan mama? Kapan ngelamar anak gadis orang?

Andai jodoh bisa dipesan instan layaknya di restoran siap saji. Habis dipesan, datanglah barang.
Sayangnya nyari jodoh itu udah kek nyari jarum di tengah lumpur. Susah!
Belum tentu ketemu, tapi jatuhnya sudah pasti. Untung-untungan enggak tenggelam.

Kedua, adalah Keneisha Aluna. Gadis dua puluh empat tahun itu adalah adik angkat Barra. Tinggal bersama sejak Aluna berusia tiga belas tahun, minus kebersamaan saat Barra melanjutkan S2-nya di luar negeri. Kenal selama hampir 12 tahun membuatnya dan Aluna menjadi dekat. Hubungannya terjalin layaknya adik-kakak. Aluna yang manis, selalu memantik sifat jail Barra. Ada saja ulahnya menjaili adik perempuannya itu.

Mama dan Aluna adalah dua perempuan yang masing-masing memiliki tempat tersendiri di hati Barra.
Sedangkan ayah Barra, telah berpulang sejak Barra duduk di bangku SMA.

Barra siap-siap akan beranjak, belum sempat bokongnya terangkat dari permukaan kursi tapi suara Hastari lebih dulu melesat menyambar kupingnya.

"Bulan depan usia kamu genap 33 tahun, Barra, kapan katanya mau bawa calon istri buat dikenalin ke mama?"

Kuping Barra mendadak berdenging mendengar pertanyaan mamanya. Di sebelah Hastari, Aluna menatap Barra disertai ekspresi wajah mengejek.

"Belum ketemu yang cocok, Ma, doakan saja. Pokoknya kalau Barra sudah ketemu sama cewe yang sesuai kriteria, nanti langsung Barra suruh menghadap ke mama," sahut lelaki itu setelah embusan napasnya menguar.

"Bohong Ma, Kak Barra keknya enggak pernah dekat sama cewe manapun, Mama wajib curiga, jangan-jangan Kak Barra enggak normal, Ma ...." Ekspresi kaget dengan mata membeliak dan kedua tangan menutup mulut saat Aluna melempar kalimat jail tentang Kakaknya.

Hastari refleks merapal istighfar. "Astaghfirullah, benar begitu, Bar?" Matanya menatap lekat sang putra dengan sorot penuh selidik. Barra sibuk menggeleng-geleng.

"Ma, Ma, Ma, jangan dengarin Kendedes. Hoax itu, Ma." Tangannya meraih rambut Aluna di seberang meja, menjambak helaian surai adiknya yang tergerai bebas sampai Aluna menjerit kesakitan. "Hei Women, lupa apa gimana, gue pernah nyium Lo sepuluh tahun lalu."

Hastari mendelik. Wajah tuanya terkaget-kaget mendengar penuturan refleks sang putra.

"Kak Barra lepasin, Mama tolongin, sakit."

"Barra lepasin, adikmu kesakitan itu."

Barra melepas cengkraman rambut Aluna. Wajahnya membias puas merasa menang. Tapi sepertinya Barra tidak menyadari satu hal saat ini. Hastari tiba-tiba bergeming sesaat usai pengakuan dosa oleh putranya.

"Sejak kapan?" tanyanya menatap Barra dan Aluna bergantian.

Kedua kakak-beradik itu saling bertukar pandang dengan alis terangkat, bingung.

"Apanya, Ma?" jawab keduanya serempak.

"Sejak kapan Barra suka mesum sama Aluna? Jawab jujur, Nak, jangan takut, Mama ada di belakang Aluna."

Barra dan Aluna sama-sama mendelik mendengar penuturan mamanya.

"Bu-bukan begitu, Ma---" Aluna ingin membantah, tapi Hastari memotong ucapannya. Mamanya itu bicara seraya matanya mengabsen pada Barra.

"Mama enggak nyangka, Bar, diam-diam kamu ini, kenapa enggak bilang jujur ke mama?"

Barra mengusap wajah frustrasi. Ingin sekali menampar mulutnya sendiri yang suka banget keceplosan tanpa difilter. Kan, mama jadi salah paham.

"Kalau gitu mama sudah putuskan." Hastari menatap putranya penuh intimidasi.

"Kenapa lihat Barra kayak gitu, Ma?" Mendadak perasaan Barra jadi tak enak.

"Kamu menikah saja sama Aluna, Barra," ucap Hastari seolah tanpa beban.

Barra membeliak. Aluna setengah berteriak. Hastari menatap tajam.

"Enggak ada bantahan lagi, keputusan mama sudah final. Mungkin ini cara Allah mengabulkan doa mama. Mama tidak mau pisah sama Aluna, kalau kalian menikah, kalian berdua akan tetap di sisi mama sampai kapanpun, enggak perlu pergi jauh andai kalian masing-masing bertemu jodoh nanti."

Barra menepuk keningnya sendiri. Mau sih, cepat dapat jodoh, tapi enggak begini juga konsepnya. Nikah sama Kendedes? Rasanya Barra mau berendam di lumpur saja.

******

Bhahahaaa, gimana prolognya?
Seperti biasa, Kachan datang membawa yang ringan-ringan. Jangan lupa save ke library biar enggak ketinggalan update nanti.

Update kapan?

Nanti, setelah Love and Agreement tamat. Kurang 3 bab, karena Pak Dewa akan tamat di bab ke-40.

Visual cast?

Tolong, ini hanya sebatas angan penulis. Kalian bebas bayangin siapa aja tokoh Barra dan Aluna. Visual di sini enggak musti dijadikan patokan ya.

Meet Barra Wisnu Pradipta
(Dihapus karena mau ganti visual)

Meet Keneisha Aluna
(Dihapus karena mau ganti visual)

Meet Keneisha Aluna(Dihapus karena mau ganti visual)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cant wait buat bab 1-nya, ya.

Tabik
Chan

18-03-2022

Sweet and Tears (TAMAT-PINDAH KE KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang