18. Tamu tak Diundang (Pariwara)

1.7K 349 28
                                    


Wajah Aluna terpasung lelah saat memasuki rumah. Penat dengan urusan kantor ditambah lagi, agak sebal dengan sikap bebal Kamela, membuat tenaganya seperti diperah habis-habisan seharian ini.

Membanting diri ke sofa ruang tamu saat baru tiba di rumah, Aluna memejamkan mata sejenak guna mengurai rasa penat yang seharian merasuki pikiran. Suara salamnya tadi dijawabi Hastari, mamanya agak berteriak dari ruang makan, mengatakan jika sedang menyiapkan makan malam.

"Assalamualaikum ...." Suara salam terdengar dari teras. Aluna sontak menegakkan tubuh, beranjak dari duduk ingin mengecek siapa yang datang.

"Wa'alaikumussalam," jawabnya seraya melangkah.

Mata Aluna berbinar saat mendapati tamu yang berdiri persis di depan daun pintu. Sepasang suami istri yang beberapa waktu sempat berkunjung ke sini.

"Lho, Kak Aisyah, Kak Aby, ayo masuk!" titahnya seraya mengamit lengan Aisyah, menggiringnya untuk duduk di sofa.

"Aluna apa kabar?" tanya Aisyah saat sudah duduk di sofa.

"Alhamdulillah, baik. Tumben Kakak berdua ke sini? Ngidam kue buatan mama lagi ya, Kak Aisyah?" Tebak Aluna seraya memasang mimik bercanda. Aisyah tertawa pelan seraya mengangguk.

"Wisnu ada di sini, Aluna?" Abyasa gantian bertanya.

Aluna mengangguk. "Ada Kak, di kamar, bentar Una panggilin."

Aluna melangkah menuju kamar Barra. Bersamaan Hastari muncul dari arah dapur masih mengenakan apron - ingin tahu tamu yang datang.

"Lho, Abyasa, Masya Allah lama enggak ketemu." Hastari menyambut tamunya. Abyasa beserta sang istri sontak berdiri, keduanya Salim tangan dengan takdzim pada mamanya Barra tersebut.

"Tante apa kabar?" tanya Abyasa.

"Alhamdulillah baik, ini istrinya Aby ya?" Hastari balik bertanya. Abyasa manggut-manggut. "Masya Allah cantiknya. Maaf ya, waktu Aby nikahan Tante sama Una enggak datang, gara-gara Barra lupa kasih tahu tanggal undangannya." Raut Hastari sedikit memancarkan rasa sesal.

"Enggak papa Tante, yang penting doanya."

Hastari mengangguk. Matanya digulir memindai istrinya Abyasa. Perempuan paruh baya itu mendekat pada Aisyah, tangannya refleks mendarat di perut istrinya Abyasa yang kelihatan membuncit.

"Lho sudah mau jadi mama papa, ya ampun, Tante ketinggalan banyak berita tentang kamu, Aby."

Abyasa tertawa kecil. "Alhamdulillah Tan, sudah jalan empat bulan, doakan ya Tan, anak dan istri Aby sehat sampai nanti waktunya lahiran."

"Pasti Nak ... pasti Tante doakan yang terbaik," sahut Hastari. "Barra juga semoga cepat nyusul kayak kalian ini. Tante juga udah enggak sabar mau punya cucu sendiri." Pengimbuhannya diaminkan Abyasa dan Aisyah bersamaan.

"Tante pamit sebentar ya, lagi nyiapin makan malam, nanti habis ini kita makan malam bareng ya," cetus Hastari.

"Enggak usah repot-repot, Tan." Abyasa menyahut.

Hastari mengibas tangan. "Enggak repot. Tante tinggal sebentar ya." Hastari beranjak kembali ke dapur.

Bersamaan Barra dan Aluna muncul usai kepergian mamanya. Barra langsung menyongsong Abyasa, saling jabat tangan ala bromance kemudian duduk di kursi seberang sofa.

"Tumben ke sini lagi?"

"Ish, Kak Barra ini, enggak sopan nanyanya." Aluna protes.

Barra tak acuh, malah memamerkan eskpresi jail. "Pasti mau ngerampok kue buatan mama lagi, ya?" Lanjutnya menimbulkan gelak tawa Abyasa.

Sweet and Tears (TAMAT-PINDAH KE KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang