5.......

4.8K 588 42
                                    


🐺🦋

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~






















Jika kalian mengira Asahi datang untuk menjenguk Haruto, Adiknya itu, tentu salah besar! Tapi mengakui dan sadar bahwa dirinya merasa marah saat dari sudut pandangnya melihat gelagat Jeongwoo, teman karibnya itu seperti akan mencium Adiknya.

Asahi datang tidak sendiri, melainkan bersama Jaehyuk yang termasuk juga dalam gang Jeongwoo dan selalu mengintili Asahi kemanapun dirinya pergi. Tujuan Asahi bersuka rela untuk datang ke rumah sakit ini hanya akan menyampaikan sesuatu pada Jeongwoo.

Padahal ada teknologi bernama handphone, lantas apa gunanya?

Jeongwoo menaikan alis tanda bertanya ketika Asahi dan Jaehyuk masuk ke dalam kamar rawat Haruto lalu, mereka duduk dengan santai di sofa tanpa beban. Paham akan apa yang Jeongwoo tanyakan, Asahi segera membuka suara "Dua hari lagi, jangan lupa bro di tempat biasa"

"Okey, lo udah kabarin yang lain? Takutnya mereka gak tau" Balas Jeongwoo berbalik bertanya, memastikan.

"Udah gue kasih tau tadi" Yang jawab bukan Asahi, melainkan Jaehyuk.

"Langsung turun ntar kita?" Tanya Jeongwoo lagi yang kini mendekat ke arah dua sahabatnya, lalu duduk di space yang tersisa.

"Yoi. Jangan lupa lo bawa linggis, katana atau apa kek" Peringat Asahi yang dibalas anggukan oleh Jeongwoo.

Keadaan hening seketika, semua sibuk dengan handphone masing masing. Lain dengan Haruto yang tengah menatap pada jendela kaca yang menampilkan hamparan lautan manusia di luar sana yang begitu indah dipandangannya, ribuan lampu kerlap kerlip baik dari rumah ataupun kendaraan serta padatnya dunia pada malam hari ini membuat Haruto terasa sedikit merasakan kehangatan pada hatinya.

Ia tidak sendiri.

Walaupun, kenyataannya ia memang hidup sendiri, tidak mau mengakui rasanya jika hidup dalam kesendirian itu sangat teramat menyedihkan. Hatinya selalu saja bertolak belakang dengan pikirannya, hingga hal apapun selalu diperdebatkan oleh perang batin antara hati dan pikiran.

Asik berkalut dalam pikirannya Haruto tidak sadar, kini Asahi sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Lemah" Ujar Asahi remeh, mengejek membuyarkan pikiran Haruto yang tersentak kaget.

Tanpa menoleh Haruto bertanya dengan dingin "Ngapain lo di sini?"

"Lo itu, lemah" Ulang Asahi berniat memperjelas ejakannya yang tertuju untuk Sang Adik.

"Lantas, urusannya sama lo apa?"

Merasa di abaikan Asahi memegang rahang Haruto kuat, lalu mengarahkan wajahnya untuk saling bertatap mata "Gue di sini, bukan di jendela kaca itu"

"Ganggu lo, ngalangin pemandangan" Balas Haruto kelewat datar setelah menepis tangan Asahi.

Asahi tersenyum licik "Dasar benalu gak guna lo"

Hati Haruto begitu mencelos sakit atas ucapan tanpa beban Asahi, membuat ia memusatkan atensi sepenuhnya pada Sang Kakak "Apa lo bilang?" Tanyanya dengan geraman tertahan.

"Lo" Asahi menunjuk tepat pada wajah Haruto "Benalu di Keluarga Watanabe"

Mendengarnya pedih dihati. Namun, saat ini amarahnya lebih mendominasi sehingga ia segera turun dari brankar lalu, langsung melayangkan bogeman pada rahang Asahi tanpa memperdulikan tangannya yang berdarah akibat jarum infusan yang terlepak paksa.

He's My EnemyWhere stories live. Discover now