13.......

3.5K 440 26
                                    

🐺🦋

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~















Entah setan apa yang berani merasuki Haruto saat ini, sehingga tanpa ada rasa malu bergelayut manja pada lengan Jeongwoo bahkan merengek di depan umum. Semenjak terakhir kali Jihan melabraknya, dengan ancaman yang justru membuat Haruto gencar untuk bikin Jihan cemburu.

Kemungkinan, jika Haruto membeberkan yang sebenarnya tentang perjodohannya dengan Jeongwoo dipastikan satu cewek pentolan sekolah itu, akan kesenengan dan semakin berkesempatan mencari celah untuk menyingkirkan dirinya dari Jeongwoo.

Jika saja ada yang bertanya mengenai mengapa sikapnya berubah pada Jeongwoo karena perasaan cinta, maka dengan lantang ia akan menjawabnya; salah besar dan tidak mungkin, mustahil. Ia sengaja melakukannya karena ingin tau, sampai mana Jihan berani bertindak jika ia memanaskan situasi.

Namun, ada kesalahpahaman saat dimana Haruto bersikap selayaknya seorang kekasih, bukan hanya pada saat ketika ada kehadiran Jihan disekeliling mereka berdua saja. Tetapi, ia berlebihan dengan mengintili kepergian Jeongwoo kemanapun, seminggu lamanya ia bak lem perekat.

"Ru, seriusan ini gue mau buang air, lo mu ikut?" Jeongwoo jengah dengan sikap Haruto yang mengikutinya tanpa henti, tidak memberi ruang padanya untuk berjarak.

Dengan polos Haruto mengangguk "Buang air ya tinggal buang air, apa susahnya sih?"

"Gue ke toilet loh, bukan ke kantin?"

Merasa kesal Haruto menepis tangannya sendiri yang bergelayut manja dilengan Jeongwoo, lalu ia menghentakkan kakinya "Ish! Iya Jeongwoo iya, emang kenapa, sih? Nyebelin banget, tinggal buang air ribet bener" Gerutunya dalam sekali tarikan napas saja.

Jeongwoo merasa risih, karena sikap Haruto menjurung lebih ke posesif. Saat ia akan bertemu dengan Jaehyuk dan Asahi pun begitu dilarang keras tanpa alasan yang jelas. Akhirnya, setelah mengelah napas Jeongwoo melanjutkan langkahnya menuju ke toilet, ia sedikit misuh misuh.

"Buru, gak pake lama!"

Seketika Jeongwoo berhenti di ambang pintu toilet, ia mengira Haruto kekeh untuk ikut masuk ke dalam dan secara langsung akan meliat anu-nya dengan menunggu ia menuntaskan hajat kecil. Tapi, ternyata ia salah dan merasa agak malu atas pemikirannya sendiri. Sebagai dominan ia mengakui seringkali berfantasi liar.

Haruto menunggu sembari merancang skenario yang ia tata serapi mungkin, rencananya harus berjalan sesuai dengan semestinya. Bahaya yang mengancam hidupnya menaruhkan garis takdirnya, maka dari itu ia harus antisipasi.

Beberapa menit kemudian Jeongwoo keluar bertepatan dengan Jihan yang berjalan ke arah mereka, tanpa perlu memikirkan hasilnya Haruto segeran menjalankan aksinya.

"Kamu tuh ya, cuman kencing aja lama bikin aku pegel nunggunya!" Protes Haruto lebih ke merengek, karena ia berucap sembari memukul dada bidang Jeongwoo dengan kepalan tangannya.

Jeongwoo terserang mendadak. Napa lagi gusti ni satu anak konda–pikirnya "Lah, padahal gak sampe lima men-"

Dengan memakai sedikit tenaga Haruto memukul kembali dada Jeongwoo "Sama pacar sendiri aja, gak mau ngalah" Haruto mencebikkan bibirnya "Kamu gak sayang ya sama aku, iya kan? Makanya gitu!"

Niar Haruto berencana untuk pamer kemesraan bersama Jeongwoo di depan Jihan, tapi emang pada dasarnya ia salah telah menyangkut pautnya si Park yang tidak peka.

Membuat Haruto tidak dalam mood seperti sebelumnya, dan juga ia menjadi begitu sensitif hingga matanya berkaca kaca "Tuh, kan gak jawab! Hiks Kamu emang udah gak sayang sama aku"

He's My EnemyWhere stories live. Discover now