3. terpuruk (flashback)

15 0 0
                                    

Ashyel sudah tidak menangis lagi, cewek itu juga sudah berpakaian rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ashyel sudah tidak menangis lagi, cewek itu juga sudah berpakaian rapi. Dia duduk dilantai bersandar di pinggir kasur, sembari menekuk dan memeluk kedua kakinya.

Sudah lebih dari 30 menit dia menunggu, tapi Ares sama sekali tidak kembali.

Ashyel meremas-remas jarinya, cewek itu sangat ketakutan, dia linglung dan tiba-tiba merasa malu.

"Ayo pulang"

Ashyel menoleh kaget, ada kakaknya disana. Cowok itu tampak biasa saja sama sekali tidak merasa bersalah dan sedikit pun tidak ada rasa iba.

Ashyel bangkit berdiri, matanya sudah berkaca-kaca namun tidak mau menangis dihadapan Xafega.
Cewek itu mendekati Xafega dengan kain sprei dipelukannya.

Xafega tampak tidak peduli, cowok itu berjalan dahulu lalu diikuti Ashyel dari belakang.

Saat sudah tiba dimobil kakaknya, dari arah lain Ares memanggil.
Ashyel tertegun, jantungnya hampir saja berhenti berdetak.
Cewek itu trauma, suara, wajah bahkan mendengar namanya saja sudah membuat Ashyel mual, langsung pusing dan gemetaran.

"Tas Lo" Ares menyerahkan tanpa basa basi, lalu pergi begitu saja.

***

Sepanjang jalan, Ashyel dan Xafega hanya diam. Ashyel sudah terlampau sakit hati, selama ini dia diasingkan, dia tidak mempermasalahkannya sama sekali. Namun kali ini berbeda, Ashyel sampai tidak bisa mendeskripsikan betapa hancur hatinya saat ini.

"Mau ketemu bunda?" Cowok itu melirik sekilas pada Ashyel.

Ashyel menahan nafas, dia sampai sulit mengeluarkan suara.
Entahlah, kepercayaan pada kakaknya seperti sirna.
Ashyel menggelengkan kepala, sedikit ragu.
"Ashyel ada tugas kak" ucapnya pelan.

Xafega mengangguk samar, cowok itu memberhentikan mobilnya di depan kediaman keluarga Reagan.

"Makasih kak.." suara Ashyel bergetar, cewek itu buru-buru keluar dari mobil. Hampir saja dia tidak bisa menahan Isak tangisnya.

Xafega mengangkat bahu tampak acuh. Tidak memperdulikan Ashyel yang sudah berlari kedalam.

Ashyel berlari kekamarnya, melewati bi Resta yang hendak bertanya. Cewek itu menutup pintu, lalu meluruh Kelantai. Dia meremas bajunya, dadanya begitu sakit.
Dia menangis sesenggukan, disembunyikan wajahnya pada kain sprei yang dibawanya tadi, untuk meredam suara isakan yang begitu pilu.

"Ashyel, kamu baik-baik saja?" Suara bi Resta mengagetkan Ashyel.

"I..iya bi"

"Habis ganti baju, bantu bibi masak ya."

"Iya, bi"

***

ALIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang