Prolog

2.3K 160 40
                                    

🐜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐜..

"Sini gue gendong, lo nggak boleh nolak." Pergerakan gue sangat cepat sehingga Millie tidak dapat menolak apa yang gue lakukan, menggendong gadis itu ala-ala di dalam film romantis. Cih, kesambet apa sih gue dibikinin dialog yang bikin merinding.

"Kak Damar nggak latihan futsal? Tiap malam minggu kakak selalu latihan, kan?" tanya Millie dengan tampang capek.

"Gue udah ijin nggak latihan dulu. Mau temenin lo," kata gue sambil mendudukan Millie di pinggir bathtup yang berisi air, memastikan suhu airnya udah pas. "Lo butuh berendam biar pikiran lo refresh, mau gue sabunin? Mau gue bantu lepasin baju lo?" Gue berkata dengan nada biasa, sama sekali nggak ada pikiran cabul. Jangan suuzon lo pada! Ngeres sih pikirannya.

"Gue udah gede, gue bisa." Millie melepaskan satu persatu kancing seragam putih abu-abunya, doi nggak canggung dengan hawa keberadaan gue. Seolah gue transparan.

"Abis ini kita obatin luka di jidat lo, sama olesin salep buat kaki lo yang kesleo."

Bagian atas tubuh Millie sudah naked dan hanya menyisakan celana berbentuk segitiga. Gue bisa melihat payudaranya yang sangat cantik sampai menelan ludah. Eh, dibilangin jangan suuzon, gue nggak ngaceng kampret!

"Tolong, ikatin rambut aku kak."

"Oke." Gue menurut dan mengambil ikat rambut di dekat wastafel.

"Apa gue nggak tahu malu telanjang di depan kak Damar?" Millie bertanya kepada gue yang sedang memasukan sabun ke dalam air sehingga bathtup penuh busa dan gelembung sabun.

"Gue nggak berpikir seperti itu. Lo baru aja mengalami kejadian nggak mengenakan. Ayah lo yang nggak waras itu nggak seharusnya memukul dan menyeret putrinya sendiri," kata gue sambil mengelus kepala doi. "Sebagai pacar lo—ehem, udah kewajiban gue melakukan peran gue sebaik-baiknya."

Millie meringkuk di dalam bathtup apartemen gue dengan wajah frustasi—fyi aja; sejak kelas satu SMA gue udah tinggal sendiri, dan apartemen ini hadiah dari bokap waktu ultah gue ke 16th. Jadi nggak masalah kalau ada gadis telanjang di Apartemen ini.

"Kak Damar mau masuk? Gue mau di sabunin."

Gue mengangguk. "Gue ingin lepas baju karena sepertinya gue harus mandi." Gue mencoba melihat respon Millie tentang rencana gue melepas pakaian, dan doi nampak santai. Apa perut kotak-kotak gue biasa aja? Bisa-bisanya doi nggak napsu lihat perut bak pahatan dewa Damara Akbar.

"Gue mulai ya." Gue duduk di belakang Millie. Gue dapat melihat bahu mulus gadis itu yang udah kayak papan selancar, mulusnya kebangetan cuy. Tangan gue perlahan membasahi bahu doi sambil menuangkan sabun, membersikan punggungnya. Memberikan pijatan kecil supaya doi rileks.

SWEET AS HELL [Mini Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang