"Aaa! Aku tidak menambahkan garam, ibu!"
Seseorang menepuk pundakku, aku terkejut bukan main rasanya jantungku akan keluar saat ini juga.
Perlahan aku membuka mataku, sepasang sepatu boot berada di hadapanku. Perlahan mataku mengarah ke atas, seorang pria dengan topeng yang menutupi matanya berdiri menjulang tinggi di hadapanku. Dia bak pangeran bertopeng.
"S-siapa k-kau?" Aku terbata, tubuhku rasanya mendingin, aku sangat ketakutan sekarang. Pria ini sepertinya akan menculikku.
"H-Helen! T-tolong aku!" teriakku. Aku tidak tau apakah suaraku terdengar oleh Helen atau tidak yang pastinya aku kembali menyembunyikan wajahku berharap pria ini lari dari kamarku.
"I-ibu, tolong aku, aku berjanji tidak akan menambahkan garam lagi, tapi kumohon selamatkan aku. Aku masih ingin melihat suami gaibku, ibu."
Tak terasa air mataku menetes, oh sungguh aku tidak pernah merasa ketakutan seperti ini. Jika ada ibu mungkin saja semuanya akan baik-baik saja.
"Suami gaibmu?"
Pria itu kembali bersuara yang mana membuatku memberanikan diri untuk melihatnya lagi.
Aku meneguk ludahku, meski wajahnya tidak terlihat secara sempurna tapi aku yakin wajahnya tidak terlalu buruk rupa.
"S-siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk ke kamarku?" tanyaku, perlahan aku berdiri, meski rasanya kakiku sangat lemas tapi aku tidak selemah itu.
"Siapa kau?" Berulang kali aku bertanya, pria ini tetap diam. Apa dia tidak memiliki suara? Atau, dia ini bisu di waktu-waktu tertentu.
"Aku akan teriak jika kau--"
"Bisakah kau diam? Aku sangat lelah," ujarnya.
Aku mengernyitkan dahi bingung, apa hubungannya denganku? Jika lelah maka istirahatlah di kamarnya.
"Aku ingin tidur denganmu--"
Plak!
Tanganku secara tidak sadar menampar wajahnya. Sialan! Pria ini sangat mesum, apa dia pikir aku ini wanita murahan?!
"Pergi kau dari kamarku!" ujarku marah. Ketakutanku tadi kini berubah menjadi amarah.
"Apa maksudmu?"
"Apa kau tidak sadar telah masuk ke dalam kamar seorang wanita? Terlebih lagi wanita itu telah menikah?!" ucapku marah.
"Lalu?"
Sialan! Pria ini benar-benar membuat emosiku menjadi.
"Apa kau ini tidak punya rasa malu?" tanyaku, tanpa mendengar jawabannya aku menarik tangannya yang begitu besar, lalu membawanya keluar kamarku.
"Helen! Mengapa kau membiarkan orang asing masuk ke dalam kamarku?! Meskipun suamiku tidak nyata, tetap saja aku ini sudah menikah!" ujarku marah, bisa-bisanya mereka membiarkan laki-laki itu masuk ke kamar wanita yang sudah bersuami ini.
"Tuan Kastanov."
Helen dan beberapa pelayan lain membungkuk hormat pada pria itu.
Aku mengernyit heran, bagaimana bisa mereka hormat dengan pria mesum ini?
"Kau--"
"Dia sangat marah karena aku terlambat mengunjunginya, oleh sebab itu aku diusir keluar olehnya. Baiklah, silahkan lanjutkan pekerjaan kalian."
Pria itu menarik tubuhku dalam dekapannya, sialan! Pria mesum ini!
"Aku ingin menghabiskan waktu bersama istri kelima ku dahulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Kateliza
Historical FictionAku Kateliza. Kisah ini tentang Kateliza. Pahit dan manis hidupku, jangan lupakan rasa asin yang mendominasi karna aku sangat menyukai asin! Hei, apa kalian ingin membaca kisahku? Silahkan baca, karena cerita ini kutulis dari buku berwarna cokelat...