"Halo, dengan Kim Minju, ada yang bisa dibantu?"
"Maaf, Bu. Ada tamu yang menunggu di lobi"
"Oh...siapa ya, Pak?"
"Namanya Yuri"
"Ohhh, bilang tunggu aja sebentar ya, Pak"
Minju segera beranjak dari kursi untuk menemui temannya yang menunggu di lobi. Kunjungan yang cukup aneh untuknya. Apalagi mengingat kantor Yuri berjarak cukup jauh. Tanpa menghubungi Yuri terlebih dulu, ia langsung menuju ke lift dan turun ke bawah.
Keluar dari lift, ternyata siang itu lobi cukup sepi dan hening. Minju berjalan ke arah meja front office tempat Yuri menunggu.
Namun, bukan Yuri yang nampak, melainkan Ahn Yujin yang berbalik badan untuk menyambutnya. Yujin tersenyum tipis tanpa berkata apapun
"Kamu ngapain ke sini?" pertanyaan Minju yang dingin itu jadi kalimat pertama begitu sampai di hadapan Yujin
"Kamu lagi senggang?" tanya Yujin
"Aku tanya Kamu ngapain ke sini? Pak, maksud Bapak ini orangnya?"
"Iya, Bu..."
Minju menghela nafasnya dan membawa Yujin ke luar area lobi untuk mencari area yang lebih sepi untuk bicara. Tangan yang sudah lama tidak diraihnya itu masih lembut seperti dulu
"Kamu ngapain lagi sih, Jin? Kurang jelas tulisan di sticky note yang aku tinggalin waktu itu?"
"Aku juga ninggalin pesan buat Kamu kan? Apa yang Aku tulis itu bukan cuma kata-kata. Aku mau liat Kamu lagi"
"..Yujin please...cukup. Kita udah gak ada apa-apa. Udah setahun lebih.. Kenapa Kamu tiba-tiba jadi gini sih?"
Yujin tidak bisa berkata apapun dan hanya membisu di depan Minju
"Aku harus balik ke atas. Kalo Kamu gak punya jawaban, Aku naik.." Minju segera berjalan menuju pintu lobi kembali, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar teriakan kecil Yujin dari kejauhan
"Apa kita gak bisa jadi temen?!"
Minju tidak berbalik arah, ataupun menjawab pertanyaan itu. Ia tak tahu harus menjawab apa. Minju enggan membuang waktunya hanya untuk omong kosong belaka.
Ia berjalan kembali dan benar-benar pergi meninggalkan Yujin.
Sampai di mejanya, pikiran kembali mengganggunya siang itu.
"Apa kita gak bisa jadi temen?"
Pertanyaan omong kosong yang didengarnya tadi. Siapa yang bisa menjadi sebatas teman kembali dengan orang yang pernah menjadi bagian terpenting di hidup kita? Kalau memang ada, Minju tidak akan percaya dan baginya itu semua hanya sebuah kebohongan untuk menipu diri sendiri.
Apa yang dijalaninya dulu bersama Yujin bukan sekadar hubungan asmara dua remaja belaka.
Hari semakin gelap. Minju pulang dengan masih dihantui bayang-bayang Ahn Yujin siang tadi. Mengapa dari sekian banyak kendala yang dapat terjadi di hidupnya, harus hal seperti ini yang mengganggu beberapa hari terakhir. Atau... sebenarnya, semua ini akibat pikiran Minju yang terlalu rumit saja?
Tiga notifikasi pesan masuk secara berurutan dilihatnya saat sedang menyetir,
"Aku bukan mau minta maaf"
"Aku mau kita bisa ngobrol lagi"
"Masih banyak hal yang mau Aku bicarain sama Kamu"
Minju membiarkan pesan itu dan kembali berfokus pada jalanan di depannya. Namun, berbeda ketika sampai di rumah. Setelah beberapa saat, ia dapat berbaring setelah selesai membersihkan tubuh dan meregangkan semua otot-ototnya
Minju kembali sibuk melihat HP yang ada di genggaman. Melihat kembali pesan yang sempat dianggurkannya tadi. Kedua sisi kepalanya seperti berperang. Apakah pesan itu harus dibalasnya atau tidak?
—
Di sisi lain, Yujin terus menunggu dan menunggu balasan dari chat itu. Namun, sejujurnya ia juga sudah tidak berekspektasi tinggi, mengingat respon Minju saat melihatnya.
Yujin melepas kacamata dan meletakkannya di meja kerja. Ia kembali ke tempat tidur dan mulai merebahkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamar dan berpikir keras.
Apa yang dilakukannya salah?
Sejak awal, ia memang tidak pernah berpikir untuk berpisah dengan Minju. Hanya, Yujin mencoba untuk mengerti keputusan kekasihnya saat itu. Jika diingat lagi, perpisahan mereka meninggalkan banyak tanda tanya.
Yujin bukan hanya ingin melihat dan bertemu Minju lagi. Ia juga ingin menyelesaikan hal-hal yang belum selesai. Coba bayangkan, kita harus berpisah dengan orang yang begitu kita cintai hanya dengan 30 menit waktu bicara sebelum keputusan akhir. Belum lagi, permasalahan yang menjadi akibat kandasnya hubungan itu tidak pernah dipertanyakan atau diperjelas lagi.
Saat sedang merenung, Yujin terkejut dengan notifikasi pesan dari HP yang ada di meja kecil sebelahnya.
"Mungkin kita emang harus ketemu untuk omongin apa yang belum selesai"
"Aku harap itu jadi yang terakhir kali"
"Aku mohon setelah itu kita fokus sama diri masing-masing"
Yujin menghela nafasnya setelah membaca pesan itu