Chance

549 78 14
                                    

Yujin duduk di sebuah meja cafe tempat ia membuat janji temu dengan Minju. Perasaannya sedikit gugup saat menunggu kedatangan sang mantan kekasih. Namun, tidak terlalu lama untuk Minju untuk tiba di sana.

"Sorry. Kamu udah lama?"

"Belom kok"

Mereka menunggu secangkir kopi yang dipesan Minju untuk diantar sebelum memulai pembicaraan. Kopi itu pun akhirnya datang.

"Soal chat semalem..." Yujin mulai membuka suara setelah menyeruput sedikit minumannya

"Ah...iya. Aku ngomong udah cukup clear kan? Kita emang udah gak ada apa-apa. So... Aku harap Kamu udah cukup dewasa buat ngerti hal itu"

"Ju, apa sesusah itu buat kita jadi temen lagi?"

Minju terdiam dan hanya melihat ke arah Yujin dengan tatapan kosong.

"Sorry... okay mungkin tujuan Aku mau ketemu Kamu juga bukan cuma mau ngomongin soal itu. Ada hal-hal lebih penting yang belum kita selesain dulu. Banyak pertanyaan yang mau Aku tanya ke Kamu"

Minju pun mengangguk mendengar ucapan Yujin itu

"..Soal kamu tahu aku sering ke club dulu. Aku berani sumpah aku gak pergi sama siapapun atau ketemu siapapun, apalagi untuk hal-hal yang Kamu takutin"

"Sampai detik ini, alasannya gak pernah Aku kasih tahu ke Kamu. Karena Aku gak mau terlihat pathetic di depan Kamu, apalagi tahu keburukan keluarga Aku"

"Maksud Kamu?..."

"Waktu itu... Papa mulai berubah dan mulai ngelakuin hal-hal yang gak seharusnya ke mama. Aku jarang pulang ke rumah dan pas tahu mama setiap hari disakitin... Aku bener-bener drop dan marah. Di satu sisi, Aku mau cerita ke Kamu, tapi Aku gak mau nambahin pikiran Kamu dengan kondisi Aku yang gak jelas saat itu. Apalagi Kamu lagi banyak project yang harus dikerjain"

"...a-aku gak nyalahin Kamu. Maksudnya, kondisinya saat itu ya kayak gitu"

Minju yang mendengarkan sejak tadi tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.

"..Tapi sekarang mama Kamu udah gapapa kan?..." pertanyaan yang jadi satu-satunya respon Minju

"Mereka udah pisah. Mama tinggal sama kakek Aku lagi sekarang" jawab Yujin sambil menganggukkan kepalanya

"Maafin Aku. Karena kondisi Aku yang lagi gak jelas, mungkin itu yang bikin Aku jadi lebih sensitif dan ngelimpahin semuanya ke Kamu dulu"

Minju yang mendengar penjelasan Yujin mulai diselimuti sedikit perasaan bersalah dan bingung di saat yang bersama. Apakah hatinya tergerak? Tapi, untuk apa lagi? Semua sudah berlalu.


Udara yang sempat hening di antara mereka dipecah oleh Minju dengan mulai menjelaskan 'cerita' dari sisinya

"...Cowo itu. Cowo yang Kamu liat waktu itu. Dia staff di tim Aku. Waktu dulu project lagi hectic-hecticnya, Aku sempet gak bawa mobil ke kantor beberapa hari karena bener-bener capek."

"Akhirnya sesekali dia yang anter Aku pulang kalau sekalian kita abis meeting di luar. Dan kebetulan banget waktu itu Kamu di rumah"

Minju sedikit tertawa dengan perasaan pahitnya, "Aku gak tahu kenapa Aku harus jelasin ini sekarang karena semua udah lewat. Ta-"

"Ju..." Yujin menyentuh tangan Minju


Minju dengan reflek menggeser tangannya dari atas meja.

"Yujin, kita udah sepakat kan? Kita ke sini cuma buat ngomongin apa yang belom selesai"

"Tapi Kamu denger sendiri kan pembicaraan kita dari tadi. Semua cuma karena hal-hal yang seharusnya gak bikin kita kayak gini sekarang"

"Cukup, Ju buat Aku mempertanyakan soal kita selama setahun ini. Cukup buat Aku ngertiin keputusan Kamu malam itu. Aku gak bisa..."

"Jin, apa yang udah lalu yaudah. Aku gak mau sesalin apa yang udah kita putusin dulu..." Minju yang kesal berdiri dari tempat duduknya dan pergi ke luar cafe itu


Yujin mengejar dan menyusulnya. Ia berlari dan menghalangi Minju yang sedang berjalan cepat.

"Okay. Okay! Aku akan stop ngomongin hal ini...Aku minta maaf. Tapi please... Aku mau kita bisa berteman lagi. Bisa kan?..."

Minju yang terlalu lelah untuk berdebat dan meladeni kelakuan Yujin belakangan ini akhirnya mengiyakan apa yang mantan kekasihnya itu inginkan.

Apa keputusan kali ini akan membuat beban Minju sedikit lebih ringan? Atau justru sebaliknya?

Sejak awal kemunculan Yujin di hadapannya lagi, ia begitu marah, kesal, dan bertanya-tanya. Bukan hanya pada Yujin, tapi juga dirinya sendiri.


Namun, ada satu hal yang dapat dipastikan. Sejak awal pula ia sadar, dirinya tidak pernah membenci Yujin setitik pun. Malam beberapa hari yang lalu, kala Yujin yang tengah mabuk datang ke rumah, perkataan Yujin yang setengah tertidur di bahunya tidak mungkin ia lupakan.


"Akk-ku...masih h-.. ss-ayang banget sama Kamu...hh-"


POINTLESS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang