Beberapa hari sudah berlalu. Minju sudah kembali bekerja seperti biasa. Setiap hari Yujin akan terus mengiriminya pesan sekadar untuk menanyakan kondisinya. Namun, Minju tidak selalu membalas pesan-pesan itu.
Sejak keberadaan Yujin menjaganya waktu itu, banyak yang dipikirkan seorang Kim Minju. Ia bukan anak kecil polos dan lugu yang tidak tahu maksud dari semua perlakuan mantan kekasihnya itu. Hanya saja, sampai saat ini Minju tidak tahu harus memberikan respon seperti apa.
Baginya, apa yang mereka sudah lalui di masa lalu adalah sebuah akhir yang tidak dapat dan tidak perlu dirubah. Di lain sisi, hatinya tidak berani dan lebih tepatnya, tidak mau menolak apa yang dilakukan Yujin.
"Okay gue nanti coba sampein ke orangnya, tap-" Minju berbicara di telfon ruangannya sambil mencatat beberapa hal penting, tapi sebuah ketukan pintu mengganggunya
"Wait...siapa?" Minju menjauhkan telfon itu dari telinganya untuk menanyakan siapa yang mengetuk
"Permisi, Mbak. Ada kiriman.."
"Eh bentar ya. Nanti gue telfon lagi" Minju menutup telfon itu.
"Kiriman apa ya?"
Orang itu pun masuk ke dalam ruangan Minju dan memberikan sebuah rangkaian bunga untuknya.
"Ini ada yang ngirim bunga, Mbak"
"Dari???"
"Wah saya kurang tahu, tadi disuruh anter ke ruangan ini aja"
"Okay.. thank you ya"
Minju segera memeriksa apakah terdapat kartu pengirim di sana. Ternyata tidak tidak bukan, itu dari Ahn Yujin. Paduan warna putih dan biru menyelimuti rangkaian bunga itu.
Minju sudah mulai di tahap benar-benar heran dengan kelakuan Yujin. Ia pun langsung mengirim pesan kepada Yujin untuk menanyakan maksud dan tujuan dari bunga itu.
"Kamu kenapa ngirim bunga?"
"Pengen aja"
"Kamu gak suka bunganya?"
"Bukan itu"
"Jin please, buat apa sih?"
"Belom cukup waktu itu jagain Aku seharian?"
"Kalo kayak gini, Aku gak ngerti batesan Kamu soal 'temen' tuh apa"
"Ya Aku kirim bunga itu sebagai temen"
Perdebatan yang tidak akan pernah selesai. Yujin memang selalu seperti ini sejak dulu. Bertindak semaunya. Biasanya, sifat seperti ini memang tidak baik. Namun, di satu sisi, Yujin jadi tidak pernah bohong akan perasaannya. Ia selalu menunjukkan apa yang dirasakan dan diinginkannya seperti saat ini. Walaupun... ia mencoba menghargai Minju dengan menerima embel-embel 'teman' itu.
—
Sudah saatnya Minju untuk pulang setelah hari yang panjang dan melelahkan. Hari ini mobilnya tidak dibawa dan hendak pulang bersama salah satu staffnya.
"Mbak, saya ambil mobil dulu ya"
Minju pun menunggu di lobi sambil memainkan HP nya. Akhirnya, mobil yang ditunggu tiba.