Dua

2.1K 105 6
                                    


Oke. Sauna. Kamu pernah pergi ke men's spa and sauna, kan?

Dulu yang terkenal namanya 9M Massage, di Jakarta. Bisa di-googling sendiri lah ya review-nya. Cuma tempatnya tutup gara-gara gelombang kebencian pada LGBT yang muncul di awal 2016. Sejak itu, banyak tempat massage khusus hemong-hemong ditutup. At least di daerah selain Bali—karena kabarnya Elegantz Bali masih buka—semua sauna untuk pria yang sebenarnya tempat para hemong maksiat, tutup.

Nah, semalam, pas aku staycation sama bestie-bestie-ku, aku dikasih tahu bahwa satu sauna yang dulu sempat tutup, akhirnya buka lagi. Nama tempatnya Imodos Men's Spa and Sauna. Ada massage plus-plus, tempat gym plus-plus, dan sauna and steam plus plus juga. Di area sauna and steam, pengunjung bakal berkeliaran pake handuk, duduk panas-panasan, sambil lirik kanan kiri mencari makhluk mana yang berpotensi untuk diajak maksiat.

Yawla ... aku udah kangen melakukan itu. Terakhir aku begitu sih 2019, sebelum pandemi. Itu pun di saunanya tempat gym. Dan itu pun, harus ngecek dulu orangnya hemong juga apa bukan. Kalau di tempat men's spa kayak gitu kan sudah pasti yang datang homo semua.

Sehabis magrib, aku langsung naik Grab menuju Imodos. Lokasinya ada di Jakarta Timur, agak jauh dari kosanku, but that's okay. Yang penting malam ini aku bisa nungging tanpa sengaja di sauna, lalu tetiba seekor kontol masuk ke anusku dengan gagahnya, membuatku keenakan dan kenikmatan.

Bestie-ku bilang, Imodos sudah buka selama dua bulan terakhir. Hemong-hemong Jakarta udah mulai cruising lagi di sana. Dia bahkan udah mampir ke Imodos weekend lalu. Aku iri dengki dong, yaaa ... aku juga pengin, kaaan. Membaralah hasratku untuk mampir ke sana. Apalagi kalau udah buka dua bulan, tempatnya pasti aman sentosa.

Sesampainya di Imodos, gedungnya sudah direnovasi. Dulu aku pernah ke sini sekali, jadi aku excited melihat banyak perubahan. Baik dari interior, sama petugas resepsionis yang lebih ramah.

Aku menyimpan barang-barangku di loker, lalu berjalan menyusuri koridor gelap mengenakan handuk di bawah pusar. Bahkan, agak jauh dari pusar, lebih dekat ke pangkal kontol, supaya jembutku bisa kelihatan. Dan supaya belahan pantatku bagian atasnya bisa kupamerkan.

Imodos lumayan ramai malam itu. Isinya kebanyakan lelaki-lelaki tua yang tidak menarik. Yang selain wajahnya jelek, umur juga mendekati sisi Tuhan Yang Maha Esa. Yang muda ada beberapa, tapi jelek juga. Pokoknya aku enggak duduk dulu sebelum menemukan hemong yang good looking satu aja.

Oh, di sana. Ada gadun ganteng sedang duduk di ruang sauna. Badannya stocky, ada tato di lengannya, putingnya gelap, dan mukanya ada facial hair. Ugh, seksi.

Aku juga masuk ke sana, dan sengaja duduk berseberangan dengan gadun itu. Tentunya supaya aku bisa duduk agak ngangkang, dan gadun itu bisa melihat ke dalam handukku. Sauna kan penerangannya jelas, ya. Ini tuh ruangan yang seluruhnya dilapisi kayu, lalu panas ruangan dibuat dari bara yang dibakar. Kalau steam kan banyak uapnya, biasanya enggak kelihatan apa-apa.

Berhasilkah aku menarik perhatian si gadun?

Berhasil. Bahkan bukan hanya dia aja. Tiga homo tuwir yang ada di ruangan juga melihat ke arahku terus. Mungkin karena aku paling muda kali, ya. Dan paling menawan.

Cucok.

Tapi karena aku cuma pengin sama si gadun itu, aku hanya mengedipkan sebelah mata ke dia. Lalu, aku beranjak ke tempat shower. Kulihat si gadun membuntuti dari belakang. Celingukan sana-sini, tetapi tetap menguntitku. Aku masuk ke bilik shower nomor tiga. Sengaja ditutup tiga per empat saja tirainya, biar si gadun tahu aku di shower yang mana. Kemudian ...

(3) MamoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang